Buat temen penyair, mari ikut serta | Maret 2012

Wednesday, 28 March 2012

Buat temen-temen penyair, mari berpartisipasi menyumbang puisi.. Mengenang seniman Murtidjono http://obyektif.com/sastrabudaya/read/mengenang_seniman_murtidjono Deadline akhir MARET 2012 ...
Selengkapnya: Buat temen penyair, mari ikut serta | Maret 2012

(Arisan Kata 17) Merapu Sunyi

Tuesday, 27 March 2012

: Murtidjono disisasisa hening ini aku merapu sunyi juga bekas jejak yang engkau tanam ditanah merah mencaduk pesanpesan yang engkau kirim dalam kerlap malam jua aku bersungut memaknai semua yang kau perankan atas segenap kisah manusia engkau hidup terus mengalir menguliti jalan sunyi bahwa puisi bukan pula hal modular yang membuat kita hanya puas terkapar begitu saja berhenti pada...
Selengkapnya: (Arisan Kata 17) Merapu Sunyi

(Fiksimini) Dunia Sunyi Ini Sangat Indah

Thursday, 22 March 2012

Dunia sunyi ini terasa indah sekali. Aku menemu malam gelap. Tiada orang yang bisa menebak secara pasti apa yang aku rasakan. Betapapun kamu menilai salah, itu tidak akurat 100%. Yang tahu pasti hanyalah aku dan Tuhan. Dunia ini terasa asing bagimu, tetapi terasa sangat nyaman aku huni. Hei sunyi.. Dunia ini indah juga tak ada ukuran pasti untuk kebenaran. Orang punya pembenaran sendiri-sendiri. Penilaian sendiri-sendiri. "Oh ini salah, mana data dan faktamu!!".  "Tidak. Aku tidak butuh data dan fakta kawan. Yang kubutuhkan hanyalah...
Selengkapnya: (Fiksimini) Dunia Sunyi Ini Sangat Indah

Chapter 6: Tiba-tiba Hujan

Tiba-tiba hujan. Pelataran basah. Jalanan basah. Kendaraan mencoba menepi. Orang sibuk dengan urusan masing-masing. Hanya satu pintaku, semoga tidak mati lampu. Ribet dan repot bila harus ngecek billing client satu-satu. Huft. Mendung masih setia saja menyelimuti langit. Ku tancap saja lelaguan The SIGIT.. Tapi tiba-tiba saja, terang benderang. Hujan terkalahkan. Itu pertanda apa? Ya, aku suka membaca tanda-tanda dari alam. Jakal KM 14, 22 Maret 2...
Selengkapnya: Chapter 6: Tiba-tiba Hujan

Chapter 5: Jenuh

Sudah tiga hari ini diriku terjebak dalam kekosongan. Seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Kesana kemari tak tentu arah. Dan tak punya tujuan jelas. Duh hari!, kau cepatlah berlalu. Diri seperti terkubur hidup-hidup dalam mesin waktu. Aku menjumpai segala hal. Ingin kesana tapi kaki seperti susah sekali buat melangkah ingin kesana, jarum hati menusuk-nusuk. Seperti permainan saja. Tak kuasa, lemah daya. Hanya ada secelah harapan. Yang ada, menunggu waktu. Rasanya campur aduk saja. Menikam-nikam. Muka harus tebal biar tahan. Hati...
Selengkapnya: Chapter 5: Jenuh

Quote Hari Ini: Pengalaman dan Nasihat-nasihat

Pengalaman dan nasihat-nasihat pada masa sebelum kita disini(tempat baru) sebaiknya kau ingat-ingat dan pegang erat. Karena itu akan membantumu beradaptasi dengan lingkungan baru/asing. Mojosongo, Senin  21 Desember 20...
Selengkapnya: Quote Hari Ini: Pengalaman dan Nasihat-nasihat

Chapter 7: (Catatan Spiritual) Beberapa Makna (Maksud) dari Gerakan-gerakan dalam Wirid #1

Beberapa makna (maksud) dari gerakan-gerakan itu. Berdo'alah kepada Allah SWT. Selalu berdo'a kepada-Nya. Pakai 'rasa hati', jangan pake pikir. Karena pikiran itu sering kali menipumu, sedang hati adalah lurus jalan. Tak pernah bohong. Kurang menghormati orang lain. Sering-sering menghormati orang lain (sewajarnya). Misal orang yang emang pantas dihormati, guru, kepala sekolah, wanita yang lebih tua, bertuturlah yang baik pula. Kurang beramal. Masih minim banget kamu dalam beramal. Ketika dalam kesunyian aku bergerak mengikuti alur....
Selengkapnya: Chapter 7: (Catatan Spiritual) Beberapa Makna (Maksud) dari Gerakan-gerakan dalam Wirid #1

Chapter 3: Ketika Hidup Itu Sebuah Pilihan

Maka akan ku pilih sesuai naluri dan hati nuraniku. Sebab antara aku dan kau pastinya berbeda. Pun kau dengan dia atau mereka pastinya juga berbeda pula. Hanya dengan keyakinan sendiri kita memilihnya. Sudah terlanjur 'nyemplung' kedalam telaga. Basah jadinya, sekalian saja aku mandi dan menyelam. Berkeliaran dan berpetualang dalam sunyi malam. Melanglang dunia. Menjelajahi alam mimpi dan batin. Lalu aku meraih sedikit kayuh buat kukebut. Menggapainya ternyata tak semudah yang kubayangkan. Namun sepertinya tinggal melangkah saja. Tanpa...
Selengkapnya: Chapter 3: Ketika Hidup Itu Sebuah Pilihan

(Fiksimini) Akhirnya Aku Merasakannya, dari Sebuah Dilema

Malam tak terlalu dingin. Dengan motor sebagai kendaraan, kami melewati perjalanan malam itu. Jalan yang panjang dan berkelok membuat aku agak capek. Bayangkan saja kami melewati bulak yang sunyi senyap. Hampir tiada manusia beraktifitas. Hanya hewan malam saja rupanya berkeliaran kesana kemari. * * * Sekitar jam delapan malam kami bergegas ke lapangan. Berangkat bersama-sama. Banyak teman rupanya. Aku sendiri tak kenal banyak. Yang datang dari berbagai daerah. Aku hanya kenal sebagian saja/beberapa saja. Aku baru pertama kalinya...
Selengkapnya: (Fiksimini) Akhirnya Aku Merasakannya, dari Sebuah Dilema

(Fiksimini) Beradu dengan Sunyi dan Keheningan Lewat Tengah Malam

Semakin lama aku mengucapkan, semakin detak jantung ini terasa. Aku dikelilingi berjuta gambar, wujud tak jelas atau siluet-siluet besar. Berpusing-pusing diri malam tadi. Harusnya aku cari tempat hening sunyi. Tidak dalam kamar kotak yang berjejal. Rasanya aku pernah mengalaminya sewaktu aku masih kecil. Di rumah mbah putri dulu, Setu. Semakin yakin semakin berputar-putar ombak pikiran ini. Kemana aku ikuti saja. Tidak aku tolak. Bukannya apa-apa. Ada saat jiwa ini mau memberontak keluar selesai. Tapi aku tahan saja. Aku tidak lama-lama...
Selengkapnya: (Fiksimini) Beradu dengan Sunyi dan Keheningan Lewat Tengah Malam

(Fiksimini) Tentang Hujan, Orang Buta dan Dunia yang Membutakan

Kulihat orang itu diseberang jalan. Sembari menunggu seseorang/sesuatu sepertinya. Entahlah, hujan kala itu begitu menderas secara tiba-tiba. Ternyata seseorang itu tak dapat melihat matanya alias tuna netra. Seseorang itu menunggu seseorang yang mungkin temannya. Lalu menyeberanglah mereka. Seseorang itu memukul-mukulkan tongkat kecilnya kedepan. Bagai mata bantu buat seseorang itu. *** Sayup-sayup suara adzan Isya terdengar kala hujan itu. Aku lelah menanti riputnya matahari. Diam hening. Temanku baru saja masuk kedalam toko 'Stream'...
Selengkapnya: (Fiksimini) Tentang Hujan, Orang Buta dan Dunia yang Membutakan

(Fiksimini) Kau Datang Ketika Hujan Berkelana

Kau datang ke sini tadi malam. Bersama seorang temanmu. Namanya siapa aku lupa. Katanya dari Pati. Teman satu kampus kamu dan kost. Ditengah kedinginan dan hawa yang menggigil kalian melintasi jalan-jalan. Debu-debu lenyap diri. Lalu kita istirahat sebentar saja. Tertawa mengolok diri masing-masing. Dan temanmu hanya ikut senyum dan tertawa. Disini, dikamar yang selalu aku tidur disini. Lalu kau pamit pulang dulu ke rumah. Besok kau akan datang lagi buat menantang aku sebuah permainan. Ya, aku sanggupi saja. Bahkan kutantang balik. Hahaha.....
Selengkapnya: (Fiksimini) Kau Datang Ketika Hujan Berkelana

(Fiksimini) Sepi Malam Ini dan Nenekku Sayang

Ini malam Sabtu jam 19:25. Rasanya sedari pagi tadi suasana sepi banget. Kepala sedikit berpusing. Entah karena apa. Entah. Senja beranjak pun masih sedikit pening. Ku lihat dijalan Lawu ini seorang nenek berjalan sendiri. Menggendong entah itu bekal entah itu makanan. Duh aku miris melihatnya. Bukan apa-apa, aku hanya teringat seorang nenek yang paling baik kepadaku. Sungguh ku bisa saja menitikkan air mata ini jauh kedasar kerak bumi. Rasanya ku sangat sangat kehilangan seorang nenek terbaik di dunia yang pernah ada, yang pernah aku...
Selengkapnya: (Fiksimini) Sepi Malam Ini dan Nenekku Sayang

(Fiksimini) Malam Kelam

Aku berjalan mengikuti udara kala itu. Langit sepertinya tak henti menurunkan pusakanya. Air hujan yang sayup menderas. Menelanjangiku dan orang-orang disekitar. Sepertinya mereka terbius terhipnotis mengikuti suatu perintah. Entahlah aku sendiri sepertinya terkena. Sulit sekali menolaknya. Kacau. Menghitam mengabu langit dan pandangan. Berhenti disuatu titik lokasi. Aku tak tahu dan tak menahu soal itu. Ada pemerkosaan seorang gadis oleh seseorang pria seperti Tora Sudiro. Anehnya sepertinya si gadislah yang mulai. Dan juga si pemuda...
Selengkapnya: (Fiksimini) Malam Kelam

Chapter 2: "Aku"

Aku.. Kalau sudah merasa tersakiti, terjebak, tertipu dsb maka akan timbul rasa benci atau dendam yang entah kapan berakhirnya. Itulah aku. Harap maklum. Untuk saat ini kek na lagi emosi. Hahaha.. Tapi aku sempat tersenyum saat ini. Hatiku lagi kacau entah kenapa? "Takut, siapa takut!!" Ada bisikan kecil dalam hati. Entah dunia ini yang membuat pusing hening pening bingung atau aku saja yang terlalu...
Selengkapnya: Chapter 2: "Aku"

(Fiksimini) "Bunuhlah Aku!"

Senja ini mengelabuhiku dalam rinai hujan yang lumayan deras. Dingin begitu menyergap sekujur tubuhku. Dan rasa kantuk masih menyerangku. Ah malas saja rasanya. Ingin melangkahkan kaki kesana, tapi hujan terlalu kuat disini. Kawan bunuhlah aku. Sebuah tekad yang hampir saja pudar. Harus bagaimana lagi?"Sial hujan ini deras sekali"Setelah tekad kuat untuk pergi kesana menerjang hujan yang makin menggila. Sudah tiga jam lebih tak henti-hentinya mengguyur kota. Sekarang sudah menjelang maghrib."Bunuhlah aku!"Entahlah pikiran mana yang mempengaruhiku....
Selengkapnya: (Fiksimini) "Bunuhlah Aku!"

Chapter 1: Suara Bertahanlah!

Sore ini hujan turun deras membasahi sudut kota. Beberapa hari terakhir sekitar 3 hari yang lalu sungguh sangat menyiksa badan. Panas terasa dan pandangan mata sayu biru. Seperti pilu. Disegenap penjuru otak muncul banyak suara-suara. Suara-suara itu sangat menyiksa. Hampir setiap malam itu aku meracau. Dan kudengar suara-suara itu sangat jelas dikepalaku. Seperti sebuah penyesalan datang bertubi-tubi. Karanganyar, 25 Januari 2...
Selengkapnya: Chapter 1: Suara Bertahanlah!

(Fiksimini) Pagi Ini dan Para Jaulah

Seorang ibu sangat sayang sama anaknya. Lover Boy. Itulah pilem pagi ini di bioskop TransTv. Yang mana sudah saya tonton dua kali di tempat yang sama. Deru kendaraan melintasi jalan Lawu pagi ini. Rasanya dingin menyerang dan lapar. Mata seakan tak mau terpejam sejak beberapa hari kemarin. Aku nikmati saja pagi ini. Hingga kusandarkan tubuhku pada dinding tangga toko emas Roda Jaya itu. "Buk buatin teh anget yah" pintaku pada Bu Tin. Seperti biasa aku selalu ngeteh dan menghabiskan banyak pagi disana, warung Bu Tin depan toko emas persis....
Selengkapnya: (Fiksimini) Pagi Ini dan Para Jaulah

(Fiksimini) Pulang Kampung

Pulang dulu menjenguk kampung. Dah sekian minggu ga pulang. Weits aku ketiduran sampai jam 12 siang. Sial. Aku beranjak ke MA N. Hasan mau tidur siang rupanya. "Eh gimana jadi kan sepedanya ntar?" "Jangan lupa yah. Tolong usahain banget yaw.." Pengen sekali punya itu. Sepeda motor. Aku pinjam sepedanya Hasan buat mau pulang kampung. Tapi sebelumnya kami makan siang dulu. Digenjotnya pedal itu dan melaju ke arah barat dan belok ke selatan. Berhenti di utara kolam renang Teletubies. Jadi inget jaman sekolah dulu. Pernah aku mampir kesana...
Selengkapnya: (Fiksimini) Pulang Kampung

(Fiksimini) Sepeda Motor

... lagulagu efekrumahkaca yang baru saya putar. mengiringi menemani malam/pagi ini. yea the kalongs was here-has been here-we will here. hasanudin tadi belajar bikin e-mail. dan mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku. tentang e-mail itu sendiri. bisakah menyimpan data atau segala macem. bisakah e-mail itu hilang/terhapus dari komputer. apakah kalau sudah lama tidak dibuka bisa hilang... sluuuurrp! sejenak menenggak segelas susu jahe. dan aku juga menenggak habis teh jahe yang ku pesan tadi. wah eman-eman tiwas beli 2 pisang goreng...
Selengkapnya: (Fiksimini) Sepeda Motor

Step by Step

Kehidupan selalu bergerak dan ketika level kita sudah naik step by step, lalu kita pastinya akan mencari referensi/ilmu kepada orang atau apalah yang levelnya sama dengan kita atau lebih.Semoga bermanfaat dan berkah apa-apa yang kita peroleh.   Jakal KM 14 Jogja, 14 Nopember 20...
Selengkapnya: Step by Step

Poetry Battle: Kemana Rindu Melangkah

Tuesday, 13 March 2012

segaris jalan tanah berdebu kaki-kaki tanpa sepatu mengingatkan aku padamu.. kemana, dimana ujung langkahmu di ujung senja yang meronakau menghentikan langkahmumenghisap pasir rindu didadamubegitu katamu sampai aku lupa merajut rindu yang sama padamu Ruang Maya, 9/13 Maret 2012 *) Blue Ilalang (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring) Diambil dari facebo...
Selengkapnya: Poetry Battle: Kemana Rindu Melangkah

Poetry Battle: Karena Langit adalah Takdir

aku mencintaimu karena cinta itu kamu bagai langit biru setelah mendung berlalu adalah serona jinggarindu yang mengguritapadamu cintakarena langit adalah takdir kita bersama aku mencintaimu karena cinta itu kamu lembayung senja berwarna dadu diantara jarak dan waktuadalah serupa sunyimalam yang rindupadamu kasihkarena musim telah memanggil kita menyatu aku mencintaimu karena cinta itu kamu senyum yang tersipu malu menghapus noda kelabu adalah seputih melatisenja yang heningmengutarakan rindu yang berkesudahankarena kamu menyesapkan rindu...
Selengkapnya: Poetry Battle: Karena Langit adalah Takdir

(Fiksimini) Hatimu Spesial

Friday, 2 March 2012

Cinta itu merah, semerah darahku yang mengalir dalam tubuhku. Begitu rindu menggebu. Rona senja yang menggelora. Rerintik air hujan yang berkeliaran. Suasana yang sangat aku inginkan. Tepat sekali buat menikmati kenangan atau hanya sekedar mengenang wajahmu yang ayu. Ditemani secangkir teh mungkin atau kopi. Kertas-kertas berserakan. Bait-bait puisi yang belum selesai aku bikin. Dirimu memang...
Selengkapnya: (Fiksimini) Hatimu Spesial

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas