Aku berjalan mengikuti udara kala itu. Langit sepertinya tak henti
menurunkan pusakanya. Air hujan yang sayup menderas. Menelanjangiku dan
orang-orang disekitar. Sepertinya mereka terbius terhipnotis mengikuti
suatu perintah. Entahlah aku sendiri sepertinya terkena. Sulit sekali
menolaknya. Kacau. Menghitam mengabu langit dan pandangan.
Berhenti disuatu titik lokasi. Aku tak tahu dan tak menahu soal itu. Ada pemerkosaan seorang gadis oleh seseorang pria seperti Tora Sudiro. Anehnya sepertinya si gadislah yang mulai. Dan juga si pemuda juga beringasan orangnya. Lalu aku ketakutan berdiri seperti dibawah batu siap menikamku. Dan orang-orang berdatangan. Aku bersembunyi lalu keluar. Tapi anehnya orang-orang membiarkan sang pria tadi. Aku terheran kaget. Entahlah.
Lalu masih menuju kegelapan saja. Aku menurut saja. Aku ikuti saja. Berhenti lagi disuatu titik lokasi. Ada sebuah peristiwa menakutkan (menurutku). Satu orang ditangkap dua orang yang sepertinya satpam. Lalu satu orang itu ditendang kepala/mukanya dengan sepatu satpam. Dan berdarah-darah. Aku ngilu melihatnya. Ngeri. Dan kulihat juga disampingnya menjerit seorang perempuan menangis sambil memeluk seseorang. Dia juga berdarah-darah sepertinya. Seperti sebuah perkelahian. Namun entahlah. Peristiwa yang kualami ini sepertinya abstrak saja. Alam mana aku juga tak tahu. Ada sebuah pistol dan orang-orang berkerumun banyak. Banyak sekali. Lalu aku membayangkan sesuatu namun tak dapat pemecahan.
Malam itu berdarah-darah. Memekat rasanya dan mengerikan seperti neraka.
Dan sayup-sayup suara adzan subuh menuntun mataku terbuka.
Berhenti disuatu titik lokasi. Aku tak tahu dan tak menahu soal itu. Ada pemerkosaan seorang gadis oleh seseorang pria seperti Tora Sudiro. Anehnya sepertinya si gadislah yang mulai. Dan juga si pemuda juga beringasan orangnya. Lalu aku ketakutan berdiri seperti dibawah batu siap menikamku. Dan orang-orang berdatangan. Aku bersembunyi lalu keluar. Tapi anehnya orang-orang membiarkan sang pria tadi. Aku terheran kaget. Entahlah.
Lalu masih menuju kegelapan saja. Aku menurut saja. Aku ikuti saja. Berhenti lagi disuatu titik lokasi. Ada sebuah peristiwa menakutkan (menurutku). Satu orang ditangkap dua orang yang sepertinya satpam. Lalu satu orang itu ditendang kepala/mukanya dengan sepatu satpam. Dan berdarah-darah. Aku ngilu melihatnya. Ngeri. Dan kulihat juga disampingnya menjerit seorang perempuan menangis sambil memeluk seseorang. Dia juga berdarah-darah sepertinya. Seperti sebuah perkelahian. Namun entahlah. Peristiwa yang kualami ini sepertinya abstrak saja. Alam mana aku juga tak tahu. Ada sebuah pistol dan orang-orang berkerumun banyak. Banyak sekali. Lalu aku membayangkan sesuatu namun tak dapat pemecahan.
Malam itu berdarah-darah. Memekat rasanya dan mengerikan seperti neraka.
Dan sayup-sayup suara adzan subuh menuntun mataku terbuka.
-oo0oo-
Karanganyar, 18 April 2009
*) Ekohm Abiyasa
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)