Foto-foto dan Publikasi Pertemuan Penyair Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit, Tegal 20-22 Juni 2014

Monday 30 June 2014

Dok. Herman Syahara


Link-link foto:
- Facebook Herman Syahara
- Facebook Abah DAM.
- Facebook Abah DAM lagi
- Facebook Endang Supriyadi
- Facebook Windu Mandela (lumayan lengkap)
- Facebook Metallia
 - Yang terselip DNP5 (dok. Herman Syahara)
- Facebook Bontot Sukandar
- Bincang puisi (dok. Herman Syahara)
- Ekspresi Penyair DNP5 (dok. Herman Syahara)
- Ekspresi Enam Penyair Wanita (dok. Herman Syahara)

Publikasi Pertemuan Penyair DNP5: Negeri Langit, Tegal 20-22 Juni 2014
Selengkapnya: Foto-foto dan Publikasi Pertemuan Penyair Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit, Tegal 20-22 Juni 2014

Empat Puisiku di Antologi Puisi "Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit"

Friday 27 June 2014

Sumber gambar.

Sumber gambar.
Tegal, Sepoci Sunyi #1

bahari
mengombak waktu
pada senja hati
meriap ketir rindu
sepadan pada
genangan rindu
para kekasih
teh poci mengentalkan kalimat-kalimat
amin pada keindahan
rupa sunyi
di gigir bunyi

secangkir poci
mengeraskan mata
takjub pada karunia
melaut pelangi
di secangkirnya
mengurai detak para pelaut sunyi

rindu ini
tak'kan habis kusesap semalam
hadiah petualang
dari hujan
menumbuk waktu
setia pada kenangan
di ombak
puisi

2013-2014

 

Tegal, Sepoci Sunyi #2

rinduku berlayar
merunut riak bibir
; pantaimu

rindu-rindu
yang mengalir
mengekalkan ketir
; sunyi

rinduku geletar
sisa-sisa waktu meramu lampu
mengarsipkan hening terukir
; debur sunyi

2013-2014

 

Hutan Imajinasi

pohon-pohon hitam
di hutan belukar
kematian burung-burung hantu
menjadi rahim
paling sunyi

seorang pejalan melangkah getir
reranting di kaki
suara desis dari bulan yang jatuh
dari hujan
yang kelewat anyir
berpayung puisi
secarik kenangan
di dahi
yang mulai rapuh

daun-daun menjelma
huruf-huruf
pejalan itu memanggulnya berkarung-karung
sebagai teman dan kekasih hidup
melekatkan
segala murung

Surakarta, 2013

 

Almanak Hujan

hujan dan waktu tersedu
berkeliaran mengunduh rindu
di setiap keping sunyi
yang merambati tubuh

sekiranya waktu bisa digenggam
menyeduh teh panas atau kopi hitam
atas pahit dahaga malam

seorang anak pengembara mengusap wajah
dengan secawan do'a-do'a purba
dari mulut ibunya yang ia ikatkan
pada pinggangnya

Surakarta, 2013

*Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit, Tegal 20-22 Juni 2014

https://www.facebook.com/notes/kosakatakita/ekohm-abiyasa-tegal-sepoci-sunyi-1/824319574259043

------------------------
http://serampaikata.blogspot.com/2014/05/153-nama-penyair-yang-karyanya-akan.html
http://serampaikata.blogspot.com/2014/06/foto-foto-pertemuan-penyair-dari-negeri.html
Selengkapnya: Empat Puisiku di Antologi Puisi "Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit"

Surealisme dan Sejarahnya yang Romantis

Thursday 26 June 2014

I. PENGENALAN
Surealisme, adalah sebuah aliran seni dan kesusastraan yang menjelajahi dan merayakan alam mimpi dan pikiran bawah sadar melalui penciptaan karya visual, puisi, dan film. Surealisme diluncurkan secara resmi di Paris, Perancis, pada tahun 1924, ketika penulis Perancis Andre Breton menulis manifesto pertama surealisme, mengguratkan ambisi-ambisi akan kelahiran gerakan baru. (Breton menuliskan dua lagi manifesto surealis, pada tahun 1930 dan 1942). Gerakan tersebut segera menyebar ke wilayah lain di Eropa, juga ke wilayah Amerika Utara dan Selatan. Di antara kontribusi-kontribusi yang paling penting dari gerakan surealis adalah penemuan teknik artistik baru yang terhubung ke alam pikiran bawah sadar seniman.

II. ASAL MUASAL SUREALISME
Surealisme, dalam banyak karakteristik, merupakan kelanjutan dari gerakan seni pendahulunya yang dikenal sebagai Dada, yang didirikan di tengah berkecamuknya Perang Dunia I (1914-1918). Terhentak oleh kenyataan kehancuran besar-besaran dan melayangnya begitu banyak nyawa yang diakibatkan perang, motivasi-motivasi para Dadais secara kuat bersifat politis: untuk mengejek kebudayaan, pemikiran, teknologi, bahkan seni. Mereka percaya bahwa keyakinan apapun akan kemampuan kemanusiaan untuk mengembangkan diri melalui seni dan kebudayaan, khususnya setelah penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perang, adalah naif dan tidak realistis. Sebagai akibatnya, para Dadais menciptakan karya menggunakan ketidaksengajaan, kemungkinan, dan apapun yang menekankan pada irasionalitas kemanusiaan: contohnya, menulis puisi-puisi dengan serpihan-serpihan cukilan dari koran yang dipilih secara acak, berbicara dengan kata-kata tak masuk akal keras-keras, dan mendaulat obyek sehari-hari sebagai karya seni. Program surealis adalah pengembangan dari Dada, tapi menaruh lebih banyak pandangan positif secara esensial pada pesan negatif Dada .

Para surealis secara hebat dipengaruhi oleh Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis dari Austria. Mereka terutama sangat menerima pembedaannya antara ego dan id-yaitu, antara naluri-naluri dan hasrat-hasrat utama kita (id) dan corak perilaku kita yang lebih beradab dan rasional (ego). Sejak tuntutan dan kebutuhan utama kita secara berkala berjalan bersinggungan dengan pengharapan masyarakat, Freud menyimpulkan bahwa kita menekan hasrat asli kita ke dalam bagian bawah sadar pikiran kita. Untuk individu yang ingin menikmati kesehatan kejiwaan, ia rasa, mereka harus membawa hasrat-hasrat itu ke pikiran sadar. Freud percaya bahwa – mengesampingkan desakan tuntutan untuk menekan hasrat-hasrat – yang ada di pikiran bawah sadar tetap menampilkan dirinya, terutama ketika pikiran yang sadar melonggarkan cengkeramannya; dalam mimpi, mitos, corak kelakuan ganjil, terpelesetnya lidah, ketidaksengajaan, dan seni. Dalam pencarian untuk mendapatkan akses ke alam pikiran bawah sadar, para surealis menciptakan bentuk dan teknik baru seni yang radikal.

III. MIMPI-MIMPI, MITOS-MITOS, DAN METAMORFOSIS
Mimpi, menurut Freud, adalah jalan terbaik untuk mempelajari alam bawah sadar, karena dalam mimpilah pikiran bawah sadar kita, hasrat-hasrat utama menampilkan dirinya. Ketidakberaturan dalam mimpi, Freud percaya, adalah hasil dari pergulatan memperebutkan dominasi antara ego dan id. Dalam usaha untuk mengakses kinerja pikiran yang sebenarnya, banyak surealis yang menggali untuk meraba kualitas mimpi yang tak masuk akal. Para pemimpin dari seniman-seniman tersebut antara lain Salvador Dali dari Spanyol, dan Rene Margrite serta Paul Delvaux dari Belgia.



Untuk mengungkap kualitas irasional dari alam mimpi – dan secara bersamaan, untuk mengejutkan para penyimaknya – banyak pelukis surealis menggunakan representasi yang realistis, tapi meletakkan secara berdampingan objek-objek dan gambarannya dengan cara yang irasional. Dalam “Magritte’s Pleasure” (1927, Kunstsammlung Nordrhein-Westfalen, Düsseldorf, Jerman), sebagai contohnya, seorang gadis kecil mencabik-cabik seekor burung dengan giginya lalu menelannya hidup-hidup. Karya tersebut menggarisbawahi kejahatan umat manusia, sambil mempermainkan ketidakcocokan antara judul dan gambarannya. Dalam karya Dali, Apparition of Face and Fruit Dish on a Beach (1938, Wadsworth Atheneum Museum of Art, Hartford, Connecticut), buah-buahan pelengkap hidangan tampak menggentayang sebagai wajah, jembatan sebagai kalung kekang anjing, dan pantai sebagai taplak meja, tergantung apa yang menjadi fokus penyimaknya.

Dali juga bereksperimen dengan film, yang menawarkan kemungkinan memotong, menindih, mencampur, atau memanipulasi gambar untuk menciptakan penyejajaran gambar sedemikian rupa yang mengguncang penyimaknya. Dalam film seperti Un chien Andalou (An Adalusian Dog, 1929) dan L’age d’or (The Golden Age, 1930), dua-duanya adalah hasil kolaborasi dengan sutradara Spanyol Luis Bunuel, perangkat-perangkat tersebut digunakan sebagai tambahan untuk rangkaian dan pengembangan plot yang irasional.

Metamorfosis dari satu objek ke objek lainnya, yang populer digunakan oleh para pelukis dan pembuat film surealis, adalah perangkat yang juga digunakan oleh para pemahat surealis. Seniman Swiss Meret Oppenheim menghubungkan cangkir teh, piring cawan, dan sendok dengan bulu binatang dalam karyanya Object (Breakfast in Fur) (1936, Museum of Modern Art, New York City), membawa penyimaknya untuk membayangkan sensasi yang membingungkan dengan meminum dari cangkir serupa itu.

Banyak surealis yang menjadi terpesona dengan mitos. Menurut Freud, mitos-mitos mengungkap belenggu kejiwaan yang tersembunyi dalam setiap manusia. Psikolog Swiss Karl Jung meneruskan dengan argumen bahwa mitos – mengesampingkan tempat asal dan waktu terjadinya – menunjukkan persamaan yang patut diperhatikan. Ia menjelaskan persamaan-persamaan tersebut melalui keberadaan apa yang ia sebut dengan “ketidaksadaran kolektif”, lapisan kejiwaan yang entah bagaimana dimiliki oleh semua manusia. Seperti halnya mimpi menampilkan gambaran-gambaran irasional yang mengungkap kejiwaan pemimpinya, mitos mengungkap kejiwaan semua umat manusia.

Dalam lukisan Dali “Metamorphosis of Narcissus”(1934, Tate Gallery, London, England), sang seniman merujuk pada tokoh mitos Yunani kuno, Narcissus, yang mana adalah seorang anak muda yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri dan dialih-bentukkan menjadi bunga yang cantik. Mitos-mitos Yunani menarik para surealis karena metamorfosis (perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain) adalah tema yang paling sering mereka ulang. Secara serupa, dalam lukisan Dali, apa yang pada pandangan pertama tampak seperti pantat manusia, dilihat dengan cara lain, menjadi gambar tangan yang memegang telur.

Mitos-mitos juga menarik bagi surealis dikarenakan peran pentingnya bagi budaya-budaya non-barat. Dalam pandangan para pengikut Freud, peradaban barat berada dalam bahaya karena menceraikan kemanusiaan dari sifat alaminya. Secara luas dipercaya bahwa budaya-budaya non-barat lebih selaras dengan sifat dan dorongan-dorongan alami – dorongan-dorongan yang diekspresikan melalui mitos-mitos dan seni kebudayaan tersebut. Seorang surealis yang meminjam dari kesenian Afrika untuk karyanya adalah pemahat Swiss Alberto Giacometti. Dalam membuat “Spoon Woman” (1926, Museum of Modern Art, New York City), yang mana di dalamnya sendok menyerupai juga bentuk badan wanita yang berlekuk, Giacometti dipengaruhi oleh orang suku Dan di Liberia dan Cote d’Ivoire, yang mana sendok-sendok dan centong-centongnya juga menyerupai bentuk manusia.

IV. TEKNIK-TEKNIK SUREALIS
Sebuah strategi yang digunakan para surealis untuk mengangkat gambaran-gambaran dari alam bawah sadar disebut “Exquisite Corpse”. Dalam bentuk seni kolaborasi ini, sehelai kertas dilipat menjadi empat bagian lipatan, dan empat seniman berbeda memberi kontribusi berupa representasi gambarannya tanpa melihat kontribusi seniman-seniman lainnya. Yang pertama menggambar kepala, melipat lagi kertasnya lalu menyerahkannya kepada seniman lainnya, yang menggambar bagian atas tubuh; yang ketiga menggambar kedua kaki, dan yang keempat, menggambar bagian bawah tubuh. Para seniman itu lalu membuka lipatan kertas untuk mempelajari dan menginterpretasikan kombinasi gambar tersebut.

Max Ernst, surealis Jerman, menemukan teknik lain yang menggunakan kemungkinan dan ketidaksengajaan: frottage (bahasa Perancis untuk “menggosok”). Dengan menempatkan kepingan-kepingan kayu atau logam yang kasar di bawah kanvas dan selanjutnya melukis atau menggambar dengan pensil di atasnya, sang seniman mentransfer motif kasar dari permukaan tersebut ke dalam karya-jadi. Dalam “Laocoon, Father and Sons” (1926, Menil Collection, Houston, Texas), Ernst meracik motif kasar kemungkinan dengan cara menggosok, sambil merujuk juga pada tokoh mitos Yunani, Laocoon, seorang imam Troya yang bergulat dengan piton-piton raksasa.

Barangkali teknik paling penting yang digunakan surealis untuk mengangkat alam bawah sadar adalah “automatisme”. Dalam lukisan, automatisme dibuat dengan membiarkan tangan menjelajahi permukaan kanvas tanpa campur tangan dari pikiran sadar. Tanda-tanda yang dihasilkan, mereka pikir, tidak akan menjadi acak atau tak berarti, tapi akan dibimbing pada setiap titiknya dengan memfungsikan pikiran bawah sadar sang seniman, dan bukan oleh pikiran rasional atau pelatihan keartistikan. Dalam “The Kill” (1944, Museum of Modern Art, New York City), pelukis Perancis Andre Mason menerapkan teknik ini, tapi kemudian ia menggunakan tanda-tanda yang telah diimprovisasi sebagai dasar untuk penguraiannya. Betapapun mengada-adanya penyerupaannya dengan objek nyata (dalam hal ini, wajah atau bagian tubuh), ia memperbaikinya untuk membuat hubungannya tampak lebih jelas. Karena Masson tidak menentukan sebelumnya hal yang menjadi subjek dari lukisannya, para surealis mengklaim bahwa uraian-uraiannya selanjutnya dimotivasi secara murni oleh keadaan emosionalnya selama pembuatannya.



Seniman lainnya yang menggunakan teknik automatisme adalah pelukis Spanyol Joan Miro. Dalam “Birth of the World” (1925, Museum of Modern Art, New York City), contohnya, ia menuangkan zat warna secara acak ke atas kanvas dan membiarkan lukisannya melaju melintasi permukaannya mengikuti gravitasi, menciptakan serentetan hasil yang tak bisa ia prediksi ke depannya. Sejalan dengan Masson, langkah dalam karya lukisan seniman lainnya malah dibuat lebih secara disengaja dan diperhitungkan. Sang seniman mungkin telah merenungkan warna yang akan dituangkan ke atas kanvas untuk beberapa lama, lalu, terinspirasi oleh bentuk-bentuk dan makna-makna yang mereka anjurkan, menambahkan beberapa lekukan, bentuk-bentuk abstrak yang memunculkan wujud-wujud hidup. Judul “Birth of the World” menyiratkan bahwa dunia diciptakan dari tiada, tapi juga merepresentasikan lahirnya kesadaran melalui penciptaan lukisan.

Beberapa surealis, diantaranya Ernst, Yves Tanguy dari Perancis, dan Roberto Matta dari Chili, menggunakan kombinasi teknik-teknik tersebut untuk menyiratkan keadaan alam mimpi atau untuk menghasilkan perbendaharaan abstrak dari bentuk-bentuk. Mereka sesudahnya kesulitan untuk menyimpannya ke dalam sebuah kategori. Dalam karya Matta “The Unknowing” (1951, Museum of Modern Art, Vienna, Austria) contohnya, sang seniman telah membuat ruang dan objek-objek tiga dimensi yang kelihatan solid. Objek-objek tersebut, bagaimanapun juga, sangat ambigu sehingga penyimaknya bisa melihatnya dengan berbagai cara dan menyimpulkan interpretasi mereka sendiri-sendiri terhadap lukisan tersebut.

V. SASTRA SUREALIS
Meskipun surealisme paling banyak memberikan pengaruh dalam seni visual, gerakan tersebut pada awalnya dimulai sebagai gerakan kesusastraan. Menurut Andre Breton, karya surealis yang pertama adalah “Les champs magnétiques” (1920; The Magnetic Fields, 1985), kumpulan tulisan automatisme yang ia tulis berkolaborasi dengan penulis Perancis Philippe Soupault. Penulis-penulis surealis penting lainnya antara lain para penulis Perancis Louis Aragon, Jean Cocteau (yang juga membuat film-film surealis), dan Paul Éluard. Beberapa penulis surealis membuat catatan-catatan dari mimpi, dan, seperti pelukis surealis, beralih pada teknik automatisme untuk mengakses alam bawah sadar. Dalam penulisan automatis para surealis membiarkan pikirannya mengalir dengan bebas ke dalam halaman kertas tanpa mencoba untuk menyunting atau mengaturnya. Hasil aliran kata-kata tersebut seringkali susah dimengerti. Seperti pelukis surealis, para penulis tersebut kemudian memodifikasi automatisme murni dari percobaan awal mereka dengan menyuntingnya, seringkali dengan penegasan yang seksama terhadap gambaran-gambaran simbolis.

Para penulis surealis menggali kembali ketertarikan dalam dua orang penyair Perancis yang karyanya sepertinya telah mengandung benih-benih surealis: Arthur Rimbaud dan Isidore Ducasse, yang nama penanya adalah Le Comte de Lautréamont. Breton mengadopsi ungkapan dari Lautreamont “cantik seperti kesempatan yang bertemu di meja mesin jahit yang terpotong dan sebuah payung,” sebagai contoh yang mengejutkan, ketidakberaturan kecantikan yang diharapkan para surealis untuk diungkapkan.

VI. PENGARUH SUREALISME
Surealisme dinilai sebagai salah satu dari gerakan-gerakan seni yang paling penting dan berpengaruh di Eropa pada paruh pertama abad 20. Banyak surealis, termasuk Breton, Masson, Ernst, and Matta, menghabiskan waktu di Amerika Serikat selama Perang Dunia II (1939-1945). Kehadiran mereka terbukti penting bagi perkembangan para pelukis abstrak-ekspresionis, terutama bagi karya Arshile Gorky, Robert Motherwell, dan Jackson Pollock. Surrealism juga meninggalkan pengaruh kekal pada seni Amerika Latin, dalam karya seniman-seniman seperti Frida Kahlo dari Meksiko dan Wifredo Lam dari Kuba.

Sumber: http://manuskripdody.blogspot.com/2011/02/surealisme-dan-sejarahnya-yang-romantis.html
Selengkapnya: Surealisme dan Sejarahnya yang Romantis

Apresiasi Sastra dan Karakter Bangsa

Oleh: Kalis Mardi Asih

Moral atau karakter adalah unsur isi yang tak dapat dipisahkan dari karya sastra. Karya sastra adalah karya estetis yang memiliki fungsi untuk menghibur serta memberi kenikmatan emosional dan intelektual. Pandangan Aristoteles mengenai teori mimetic menyatakan dalam proses penciptaan sastrawan tidak semata-mata meniru kenyataan, melainkan sekaligus menciptakan sebuah ”dunia” dengan kekuatan kreativitasnya.

Aristoteles memandang sastra sebagai sesuatu yang tinggi dan filosofis, bahkan mempunyai nilai lebih tinggi dibanding karya sejarah (Luxemburg dkk, 1992 : 16-7). Pesan religius dan keagamaan serta pesan kritik sosial yang senantiasa lekat dalam karya sastra menyebabkan sastra mendapat tempat khusus dalam kurikulum pendidikan kita, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Sastra dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagaikan cat warna dalam karya seni lukis. Sayangnya, dewasa ini isu tentang nasionalisme anak bangsa dipertanyakan karena fenomena produk budaya asing yang lebih digemari daripada produk dalam negeri. Film-film serta lagu-lagu Barat dan Korea lebih diminati remaja kita dibanding hasil karya anak negeri. Mereka fasih bernyanyi atau melafalkan bahasa asing untuk berkomunikasi dengan teman sejawat.

Tanpa disadari, produk-produk turunan seperti pakaian, makanan, dan aksesori dari negara asing pun laris manis menjajah industri dalam negeri. Produk budaya asing tak berarti buruk, namun produk budaya lokal pasti lebih kaya dan mengajarkan nilai-nilai kearifan dan kebangsaan dalam bermasyarakat.

Bahasa sebagai bagian peradaban yang paling tak dapat kita pisahkan dari keseharian karena kebutuhan untuk berkomunikasi serta bersosialisasi adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Banyak akademisi dan ahli bahasa yang kemudian meneliti bahasa. Mayoritas dari penelitian itu menghasilkan hipotesis mengenai tingkat kemudahan masing-masing bahasa saat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satunya adalah anggapan bahwa bahasa asing lebih ekspresif digunakan di kalangan para remaja kita yang sedang memasuki fase pubertas. Namun, apakah benar masalahnya ada pada unsur struktur kebahasaan? Apakah generasi muda kita memikirkan unsur intrinsik bahasa dalam menyerap produk-produk budaya? Bagaimana metode analisis wacana dan sistem pembelajaran yang tepat untuk menjadi solusi degradasi moral bangsa?

Selama ini, ruang-ruang belajar di sekolah tampak mati. Pembelajaran seolah-olah terjadi, namun kenyataannya yang ada hanya tak lebih dari sekadar ceramah teori. Setelah mendapat teori, siswa kemudian dituntut berproduksi atau berkarya, tak peduli bagaimana kualitas karya tersebut.

Hal inilah yang menyebabkan kita menghasilkan banyak karya sastra, namun tak pernah menyumbangkan ilmu sastra untuk dunia ilmu pengetahuan. Kita juga tak terdidik menjadi bangsa yang kritis karena ada satu jenjang pembelajaran yang kita lewati, yakni apresiasi karya.

Stilistika kesastraan merupakan sebuah metode analisis karya sastra secara objektif dan ilmiah tentang karakteristik khusus sebuah karya. Nurgiyantoro (2007: 280) menyatakan kajian stilistika dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan antara apresiasi estetis (perhatian kritikus) di satu pihak dengan deskripsi linguistik (perhatian linguis) di pihak lain.

Dua unsur ini dapat diobservasi dengan bebas tanpa keharusan dari titik mana dahulu kita harus berangkat sebab baik linguistik maupun wawasan estetis-literer dapat saling menstimulasi. Hal tersebut tampak dari unsur-unsur dalam stile yakni unsur leksikal atau diksi, unsur gramatikal yang mengacu pada struktur kalimat, serta unsur retorika atau cara penggunaan bahasa untuk mendapatkan efek estetis.

Kompleksitas dalam stilistika memang bukan hal yang mudah, namun dengan mengasah kepekaan siswa terhadap hal-hal seperti ini diharapkan akan lahir kembali karya-karya sastra yang monumental sehingga produk budaya bangsa sendiri akan dicintai dan mendapat penghargaan dari generasi penerus bangsa.

Dalam praktik di kelas, guru dapat menciptakan suasana yang nyaman ketika siswa diberi waktu khusus untuk menyelesaikan bacaan, menonton film, atau menikmati sebuah lagu. Guru juga dapat mengajarkan siswa untuk membandingkan karya-karya yang monumental pada zamannya, misalnya karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) yang menyajikan agama (syariat) sebagai sesuatu yang diyakini para tokohnya dengan karya-karya A.A. Navis yang menyajikan unsur keagamaan dan religiositas secara koheren dalam cerita.

Guru juga dapat menghadirkan karya-karya masa kini seperti membandingkan karya Ayu Utami, Mustofa Bisri, Darwis Tere Liye, Andrea Hirata, dan lain-lain. Melalui kegiatan semacam itu, siswa akhirnya mengerti bahwa sebuah karya merupakan anak zaman yang memiliki pengaruh penting dalam kehidupan berbangsa.

Guru diharapkan dapat memberikan kesimpulan bahwa karya sastra yang baik adalah karya yang dapat mengubah persepsi dan kehidupan banyak orang, bukan hanya karya komoditas kejar tayang. Empat pilar penyangga budaya yakni mitos, logos, ethos, dan patos juga wajib diinternalisasikan dalam kegiatan pembelajaran. Mitos adalah kesamaan cita-cita dan nilai-nilai norma yang diusahakan dan dijunjung bersama oleh pemiliknya.

Mitos ini berarti menyangkut ideologi atau falsafah hidup bangsa. Mitos didukung logos, yakni pemikiran yang diasah untuk mewujudkannya serta ethos yang merupakan kemampuan mengorganisasi berbagai kemampuan manusia (cipta, rasa, dan karsa). Dua hal ini diterjemahkan dalam sistem pendidikan nasional dan atau kurikulum.

Produk budaya yang dihasilkan erat kaitannya dengan patos yang tak lain merupakan kemampuan yang muncul dari pengalaman manusia. Demikianlah, kegiatan apresiasi (di dalamnya juga kritik sastra) adalah upaya untuk memperkaya wawasan dalam empat pilar penyangga budaya tersebut.

Seiring perkembangan zaman kapitalistik, peningkatan frekuensi serta kapasitas produksi industri menjadi hal yang diutamakan. Semakin banyak penerbit-penerbit indie bermunculan sehingga siapa pun dengan bebas dapat menerbitkan karyanya. Terlebih di zaman teknologi informasi, siapa saja dapat mengunggah karya melalui laman pribadi (blog) atau media sosial.

Diperlukan kemampuan dan kepekaan khusus agar kita dapat menempatkan karya-karya yang memang bermutu pada posisi yang semestinya. Melalui pendekatan stilistika dalam kegiatan apresiasi sastra, generasi muda kita akhirnya dapat menilai kualitas produk-produk budaya. Dan akhirnya, semoga cita-cita pendidikan untuk membendung degradasi moral dapat tercapai melalui sesuatu yang indah: karya sastra!

Kalis Mardi Asih (kalis.mardiasih@gmail.com)
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret 

Sumber: http://www.harianjogja.com/baca/2013/09/03/mimbar-kampus-apresiasi-sastra-dan-karakter-bangsa-443741

Diposting harianjogja pada Selasa, 3 September 2013 
Selengkapnya: Apresiasi Sastra dan Karakter Bangsa

Pertemuan Penyair Asia Tenggara dan Peluncuran Antologi Puisi Lentera Sastra II

Tuesday 10 June 2014

Keberadaan kesusastraan di tengah kehidupan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting. Tidak saja dikarenakan kesusastraan dapat dijadikan indikator pengukuran nilai-nilai sosio-kultural, sosio-politik bahkan para ranah transenden sekalipun, melainkan dapat juga dijadikan sebagai cerminan  peradaban manusia. Sebut saja, penandaan masa prasejarah dan sejarah diberlakukan melalui penemuan tulisan, bahkan sebutan prasejarah dewasa ini juga dikenal dengan nama praaksara.

Sungguhlah tidak berlebihan, jika mengatakan kesusastraan sebagai cerminan peradaban manusia, sebagaimana kita ketahui bersama, penandaan masa prasejarah dan sejarah diberlakukan melalui penemuan tulisan, bahkan sebutan prasejarah dewasa ini juga dikenal dengan nama praaksara. Kemudian, kenyataan akan pentingnya kesusastraan sebagai bagian dari kegiatan literasi manusia yang estetis dan luhur, tidak sejalan dengan perkembangannya di era modern ini.

Tingkat kesadaran masyarakat Asia Tenggara—tidak  terkecuali Indonesia—mengalami kemunduran nilai serta minat terhadap dunia sastra. Fakta ini mesti ditanggapi dengan cepat dan mesti ditangani dengan tepat. Bukan perkara bagaimana mesti melainkan bagaimana kita memulai pergerakan yang berkelanjutan serta tepat sasaran.

Gagasan untuk mengundang para penyair dari berbagai negara khusunya di wilayah Asia Tenggara, akhirnya sangat penting untuk dilaksanakan. Akan tetapi, tidak sebagaimana pertemuan-pertemuan penyair yang kerap selesai begitu saja, kegiatan ini diharapkan benar-benar memberikan suatu pengaruh terhadap dunia sastra. Dalam hal ini, tidak sedang berbicara pengaruh dalam artian popularitas atawa selebritas kepenyairan, melainkan mengenai penyair yang benar-benar berbaur dengan pelajar, mahasiswa, pendidik,  dan atau tanpa terkecuali seluruh lapisan masyarakat.

Bagaimana mengaplikasikan wacana yang sebegitu membumi? Melalui kegiatan ini, para penyair akan diajak untuk tinggal di rumah-rumah warga tanpa pengecualian di rumah birokrat yang telah bersedia menjadikan rumahnya sebagai tempat tinggal. Hal tidak lain tidak bukan, untuk memberikan kebebasan kepada para penyair untuk mencercap nilai-nilai tanah, udara, dan air dengan gaya dan caranya masing-masing.

Sekolah-sekolah di Kota Cilegon pun telah bersedia menjadi tempat pementasan para penyair, seminar, serta tempat obrolan ringan antara para penyair dan dengan para siswa. Akan ada pembagian kelompok penyair untuk mendatangi sekolah-sekolah yang kami bagi menjadi empat wilayah, yakni Wilayah Selatan, Utara, Timur, dan Barat. Tentu saja, kami pun telah membagi panitia dalam empat kelompok untuk kelancaran acara tersebut.

Kemudian, para penyair diharapkan menuliskan maksimal 3 puisi, esai, atau cerpen semasa tinggal di Kota Cilegon. Karya-karya tersebut akan dibukukan oleh Dewan Kesenian Cilegon dengan sponsor yang turut membantu dan dibagikan di sekolah-sekolah yang ada di Provinsi Banten. Para penyair juga akan mendapatkan bukti penerbitannya masing-masing 1 eksamplar.

Perlu diketahui, tidak hanya penyair yang karyanya termuat dalam buku Lentera Sastra II saja yang diundang. Penyair-penyair yang ingin turut mengisi kegiatan ini sangat dipersilakan, dengan syarat memberitahu lebih dahulu kepada panitia. 

Kira-kira begitu, hal sederhana mengenai Pertemuan Penyair Asia Tenggara, tidak ada yang berlebihan.

AGENDA ACARA:

Adapun agenda acara secara umum dibagi menjadi empat bagian:

1. Peluncuran Antologi Puisi Lentera Sastra II
-       Gembrung Budaya Indonesia.
-       Pentas Sastra Asia Tenggara.
-       Pentas Sastra Pelajar.

2. Seminar Sastra Negeri Serumpun
-       Dinamika Sastra Asia Tenggara.
-       Indonesia dalam khazanah literasi dunia.
-       Eksotisme Sastra Banten.

3. Penyair Asia Tenggara Masuk Sekolah
-       MA Al-Khairiyah Karangtengah (Utara)
-       SMP IT Raudatul Jannah Cilegon (Selatan)
-       Dua sekolah lagi masih dalam tahap komunikasi (Barat dan Timur)

4. Jelajah Kultur 
-       Komplek Kerajaan Banten Lama.
-       Ziarah Geger Cilegon.
-       Ziarah Produksi Kebudayaan Cilegon.


WAKTU PELAKSANAAN

Pembukaan dan Peluncuran Buku Puisi Penyair Asia Tenggara (Lentera Sastra II)

Hari, tanggal                : Jumat, 08 Agustus 2014
Pukul                           : 15.30-selesai
Tempat                        : Rumah Dinas Cilegon.

Penyair Asia Tenggara Masuk Sekolah

Hari, tanggal                : Sabtu, 09 Agustus 2014
Pukul                           : 08.30-12.00 WIB
Tempat                        : MA Al-Khairiyah Karangtengah (Utara), SMP IT Raudatul Jannah (Selatan), Barat, dan Timur.

Seminar Sastra Asia Tenggara

Hari, tanggal                : Sabtu, 09 Agustus 2014
Pukul                           :15.45-17.15 WIB
Tempat                        : Tentatif

Pentas Sastra Asia Tenggara

Hari, tanggal                : Sabtu, 09 Agustus 2014
Pukul                           : 19.30-23.30 WIB
Tempat                        : Lapangan Bola Mini Cilegon

Jelajah Kultural

Hari, tanggal                : Minggu, 10 Agustus 2014
Pukul                           : 08.00 s.d. selesai.
Tempat                        : Komplek Kerajaan Banten Lama, Situs Geger Cilegon, dll.


NAMA-NAMA PENYAIR YANG AKAN KAMI UNDANG BAIK YANG TERGABUNG DALAM BUKU LENTERA SASTRA II MAU PUN TIDAK TIDAK TERGABUNG DI DALAMNYA:

INDONESIA
  1. Abdul Malik,  (Medan, Sumut)
  2. Achmad Sultoni, (Cilacap, Jateng)
  3. Adri Sandra (Payakumbuh, Padang)
  4. Ady Harboy  (Medan, Sumut)
  5. Aldi Istanzia Wiguna, (Bandung, Jabar)
  6. Alhusni Husni, (Kajhu, Aceh Darussalam)
  7. Arafat AHC, (Demak, Jateng)
  8. Ari Witanto, (DI Yogyakarta)
  9. Arsyad Indradi, (Banjarbaru, Kalsel)
  10. Asrul Irfanto, (Bojonegoro, Jateng)
  11. Aulia Nur Inayah, (Tegal, Jateng)
  12. Ayat Khalili, (Madura, Jatim)
  13. Ayu Cipta, (Tangerang, Banten)
  14. Badruddin SA , (Madura, Jatim)
  15. Bambang Eka Prasetya, (Magelang, Jateng)
  16. Bagus Burhan, (Kudus, Jateng)
  17. Chipz Mirza Sastroatmodjo, (Kudus, Jateng)
  18. Daladi Ahmad, (Magelang, Jateng)
  19. Darman D Hoeri , (Malang, Jatim)
  20. Dedet Setiadi, (Magelang, Jateng)
  21. De Kemalawati, (Aceh)
  22. Dhenok Kristianti, (Bali)
  23. Dimas Arika Mihardja (Jambi)
  24. Dimas Indiana Senja, (Brebes, Jateng)
  25. Edi S Febri, (Gringsing, Jateng)
  26. DR. TRI Budhi Sastri, (Siduardjo, Jatim)
  27. Ega Prayoga, (Cilegon, Banten)
  28. Ekohm Abiyasa, (Karanganyar, Jateng)
  29. Eni Meiniar Gito, (Rejang Lebong, Bengkulu)
  30. En Kurliadi NF, (Kranji, Bekasi)
  31. Fajar Timur, (Tangerang, Banten)
  32. Farida Sundari, (Sidorejo Hilir, Medan)
  33. Gampang Prawoto, (Bojonegoro, Jatim)
  34. Gia Setiawati Nesa, (Kotamobagu, Gorontalo)
  35. Gie Ferdiyan, (Cilegon, Banten)
  36. Gito Waluyo (Serang, Banten)
  37. Gol A Gong (Serang, Banten)
  38. Helfi Hendri Hanif, (Jakarta)
  39. Helin Avinanto, (Ngawi, Jatim)
  40. Hesti Sartika, (Medan, Sumut)
  41. Irham Kusumah, (Bandung, Jabar)
  42. Irna Novia Damayanti, (Purbalingga, Jateng)
  43. Isroni Muhammad Zulfa, (Banyumas, Jateng)
  44. Julia Asviana, (Pontianak, Kalbar)
  45. Karmila Ratna Dewi, (Malang, Jatim)
  46. Khoer Jurzani , (Sukabumi, Jabar)
  47. Kurnia Hidayati,  (Batang, Jateng)
  48. Lalu Muhammad Syamsul Arifin, (Lombok, NTT)
  49. Marina Novianti, (Bogor, Jabar)
  50. Muh Ali Sarbini, (Gresik, Jatim)
  51. Muhammad Asqalani Eneste, (Riau)
  52. Muhammad Lefand, (Jember, Jatim)
  53. Muhammad Rinaldy, (Palembang)
  54. Nastain Achmad Attabani, (Tuban, Jatim)
  55. Niam At-Majha, (Kudus, Jateng)
  56. Nova Linda, (Pekanbaru)
  57. Nurhadi, (Kendal, Jateng)
  58. Okto Muharman, (Batuhampar, Sumbar)
  59. Oscar Amran , (Bogor, Jabar)
  60. Retno Handoko, (Sumatra Utara)
  61. Riyanto, (Purwokerto, Jateng)
  62. Ruhyati, (Indramayu, Jabar)
  63. Seruni Tri Padmini, (Solo, Jateng)
  64. Sofyan rh Zaid, (Bekasi)
  65. Sri Wintala Achmad, (Cilacap, Jateng)
  66. Sulaiman Djaya (Serang, Banten)
  67. Sus Setyowati Hardjono (Sragen, Jateng)
  68. Syaki Zanky, (Bogor, Jabar)
  69. Teja Alhabd, (Dewan Kesenian Tanjungpinang)
  70. Toto ST Radik (Serang, Banten)
  71. Trisnatun Mpd, (Ajibarang, Jateng)
  72. Vanera El Arj, (Wonosobo, Jateng)
  73. Wanto Tirta, (Ajibarang, Jateng)
  74. Winarno Jumadi, (Bandung, Jabar)
  75. Wahyu Arya (Serang, Banten)
  76. WYAZ Ibnu Sinentang, (Ketapang, Kalbar)
  77. Windu Mandela, (Sumedang, Jabar)
  78. Yasintus T Runesi, (Jakarta)
  79. Yudi Damanhuri, (Tangerang, Banten)
  80. Yupnical Saketi, (Jambi)
  81. Zen AR  (Sumenep, Jatim)
  82. Zulkifli, S.Pd, (Jambi)

SINGAPORE
  1. Rohani Din, (Toa payoh)
  2. Jumadi Safar (Toa payoh)
  3. Faridah Bte Taib,  (National Institute of Education)
  4. Nordita Bte Taib, (Singapore Sports Council)
  5. Nor Aisya Bte Buang, (Marsiling Drive)
  6. Herman Mutiara, (Singapore)
  7. Khaziah Bte Yem, (Ministry of Education, Singapore)
  8. Dodi Alfy AZ, (Changi Airport & Road Sweeper)
  9. Ifa Hanifah, (Singapore)
  10. Khaireen Faezah, (Nanyang)
  11. Norhidayat Bin Mohamad Noor, (Bukit Batok)
  12. Mohd Khair Mohd Yasin, (Singapore)
  13. A.Jaaffar Munasip,  (Woodlands, Singapore)
  14. Kamaria Bte Buang, (Yhisun)

MALAYSIA
  1. Prof. Dr. Wan Abu Bakar, (Kuala Lumpur)
  2. Ampuan Awang, (Kinabalu)
  3. Azmi Nordin, (Klantan)
  4. Che Fauziah binti Idrus, (Kuala Lumpur)
  5. Ilya kalbam, (Kuala Lumpur)
  6. Didi Pengeja Adabi , (Hang Tuah)
  7. Gabriel Kimjuan, (Labuan)
  8. Mahlis Tompang, (Malaka)
  9. Mohd Ayadi, (Klantan)
  10. Norjanah MA, (Pulau Pinang)
  11. Roslan Syarif, (Slangor)
  12. Rosnani Ahmad, (Kedah)
  13. Teratai Abadi, (Kuala Lumpur)
  14. Sani La Bise, (Sabah)
  15. Sharimi Che Rus, (Kedah)
  16. Syafrein Effendi Usman, (Malaka)
  17. Ummi Marsheyta, (Kuala Lumpur)
  18. Umar Uzair, (Kuala Lumpur)
  19. Shirly Idris, (Pulau Penang)
  20. Rosmiaty Shaari, (Malaka)
  21. Djazlam Zainal, (Malaka)
  22. Abdullah Abdul Rahman, (Ipoh)
  23. Ahmad Ahnaf, (Kuala Lumpur)
  24. Ezah Nor, (Kuala Lumpur)
  25. Badaruddin Sabaruddin, (Kuala Lumpur)
  26. Kamelia Kameel, (Kuala Lumpur)
  27. Yatim Ahmad, (Sabah)
  28. Hazwan Arif Hakimi, (Petaling Jaya)
  29. Md Radzi Mustafa, (Kuala Lumpur)
  30. Amran Ibrahim Rasidi, (Kuala Kangsar)
  31. Nur Azian Liza, (Ipoh)
  32. Ibnu Din Assingkiri
  33. Ahmad Sirajudin Mohd Tahir, (Perak)
  34. Afik Ikram Muslimin, (Johor)

BRUNEI DARUSSALAM
  1. Abdullah Tahir , (Tutong)
  2. Haji Jawawi, (Brunei)

TAILAND
  1. Dr. Phaosan Jehwae, (Pattani)
  2. Mahroso Doloh, (Pattani)

TAIWAN & HONGKONG
  1. Aini Sekar Arum, (BMI, Formosa )
  2. Jay Wijayanti, (BMI, Taipei)
  3. Lintang Panjer Sore, (BMI, Hongkong)

HAL-HAL LAIN
  1. Undangan resmi akan diserbarkan secara periodik mulai tanggal 20 Juni 2014.
  2. Untuk mempermudah kawan-kawan berkomunikasi dengan pemerintah setempat, kami mengundang juga dinas kesenian dan kebudayaan setempat.
  3. Tamu undangan akan mendapatkan akomodasi berupa penginapan dan konsumsi selama kegiatan berlangsung.
  4. Tamu undangan diharapkan hadir sebelum acara pembukaan dimulai (Jumat, 08 Agustus 2014 pukul 15.30 Waktu Indonesia Barat).
  5. Tamu undangan dari luar kota atau luar negeri yang menggunakan pesawat akan dijemput di Bandara/airport Soekarno Hatta, Jakarta dari pukul 09.00-13.00 Waktu Indonesia Barat.
  6. Tamu undangan yang menggunakan kereta akan dijemput di Stasiun Merak dari pukul 09.00-13.00 Waktu Indonesia Barat.
  7. Tamu undangan yang menggunakan Bus umum akan dijemput di Terminal PCI, Cilegon dari pukul 09.00-13. 00 WIB Barat.
  8. Tamu undangan yang datang di atas jam 13.00 akan diberi rute jalan menuju tempat kegiatan oleh panitia.

Demikian informasi sementara mengenai Pertemuan Penyair Asia Tenggara dan Peluncuran Antologi Puisi Lentera Sastra ini disampaikan. Ada pun hal-hal yang ingin ditanyakan silakan diajukan kepada pantia.

Salam hormat kami,

Muhammad Rois Rinaldi
Ketua Pelaksana

Indra Kusumah
Ketua Umum Dewan Kesenian Cilegon

Sumber: Facebook M. Rois Rinaldi
Dan ini.
Link berita: yahoo dan tempo.co / ini.
Selengkapnya: Pertemuan Penyair Asia Tenggara dan Peluncuran Antologi Puisi Lentera Sastra II

Puisi Aji Ramadhan, Kompas, 1 Juni 2014

Saturday 7 June 2014

Monogram Dua Huruf

Meski kau menuduhku sebagai penyamun, tetap
aku berpaling darimu. Dan meski tujuan kita sama,
aku mencoba pikiran kita bertolak belakang.

Aku ingat, kau tiba-tiba bertanya padaku:
“Jalan apa yang kau loncati. Bagaimana. Dan
Apakah kau tak terjebak untuk mabuk? Kenapa?”

Barangkali kau keliru merabai aku, jika aku ternyata
dapat menjadi si buas yang sopan ketika mendung
belum tercatat sebagai perih. Mungkin kau hanya

membaca di sisi luarku, lalu menduga bahwa aku
adalah si kecil yang berlindung di batu gelap sembari
berdoa dijauhi hari sial. Memang tak salah ketika

kau menuduhku, sebab kau berkeyakinan seekor
harimau yang kencur belum bisa membedakan
antara mangsa dan kawan. Tapi aku menganggap:

Seekor harimau, meski kencur, tetaplah harimau.
Apalagi taring harimau merupakan ruang kerja bagi
dewa maut untuk memulangkan jiwa yang buram.

Dan aku akan menjawab pertanyaanmu: “Sebuah
jalan merupakan buku semu. Dan aku tetap selalu
mabuk, meski jalan kita bertolak belakang.”

Surakarta, 2014


Handuk Hangat

Uap yang mengepul menandakan
aku telah siap melumat kaku dagingmu.

Tujuanku hanya satu, membuatmu
tenang dengan sedikit kejutan tak terduga.

Dan keluarlah kotoran lewat pori-porimu,
seperti lava dingin yang merembes.

Bahkan, aku tak memaksa kotoran
keluar, tapi aku memanfaatkan tarikan.

Dan bersikaplah seolah kau melakukan
kelahiran kembali, biar kau tak sia-sia.

Benar, syarafmu akan mengembang dengan
detak jantung melamban secara berurutan.

Jika kau mau menjawab, apakah kau
setuju aku akan mencuri keterjagaanmu?

Begitu, sayang sekali jika ternyata matamu
tak menyukai kelelapan semurni licinku.

Sekarang minumlah susu itu, lalu duduklah
dan pikirkan kenapa kau melewati kilauku.

Gresik, 2014


Dinding Sekarang

Aduh, saya tidak asli sini, Mas. Semua orang
di sini kebanyakan berasal dari luar. Cuma,
saya dan semua orang di sini bisa tinggal

karena kakek buyut kami pandai membuat
tuan besar senang. Padahal hanya membuatnya
kenyang dan tenang.

Saya dan semua orang di sini tahu, jika
tuan besar sangat berjasa. Untuk menghormati
jasanya, tempat ini kami buatkan dinding dan
di dinding itu kami beri tulisan:

Kami bahagia

dan tuan besar semoga diberkati Tuhan.
Oya, sudah dengar belum, Mas, jika tuan besar
turun tahta? Kami tidak khawatir meski
nanti kami diusir. Kami akan tetap menyambut
tuan besar dan menjamunya hingga muntah.

Surakarta, 2014


Tak Bertuan
: Bawah Tanahnya Dostoyevski

Jangan kalungkan koin emas
di leherku. Aku puas dengan deheman palsu,
timbangan keruh dan pergulatan gelapmu.

Bahagiakan saja aku, demi
sentuhan tak terarah yang bersembunyi
di kedipan matamu. Tapi simpan dulu

serabut hasratmu dan jangan gegabah
untuk membebatku. Karena aku
seorang yang tak mengimamimu.

Aku hanya ingin anjing di tubuhmu
liar. Terus menggonggong sampai kita
melihat bintang merekah di langit utara.

Lalu kau pun berdoa: Tenang,
tanpa sangsi. Sudah kau jangan
pikirkan hidup, karena kita sudah payah

menjalankan alur derita. Mari kita
selesaikan ini, meski kita saling luput
ketika kokok ayam tak patah dan aku

melupakan gonggongan anjing di tubuhmu.

Surakarta, 2014


Langit Tampak Mencolok

Biarkan langit tampak mencolok setelah kurvanya
kehabisan mekar. Dan biarkan juga langit tak lagi elok,
sebab orarenya telah membayang.

Tapi misalkan, langit tak menawarkan pemandangan
tersebut, barangkali aku jadi khawatir jika nanti malah
menampakkan batu-batuan yang beterbangan.

Seperti sabda si suci yang memberikan
kuliah umum kepada kaum gemar berhitung.

Oh, takutlah aku bahwa langit tak disangga pilar gaib.

Dan langit pun rebah di laut, bersama kurva dan
oranyenya. Seperti berubahnya gambar karena luntur.

Dan motif bunga di bajuku yang semula diam, sekarang
pun bergoyang-goyang ingin menjatuhkan putiknya.

Gresik, 2014


Pesta Minum Teh

Pesta minum teh baru 13 menit berlalu.
Beberapa boneka belum meminum
secangkir pun. Si gadis tersenyum

melambai-lambai tangannya.
Memainkan pertemuan secara anggun.

Di pesta minum teh tadi,
boneka kuda tampak sedih. Si gadis cuek
dan lebih bercerita keluguannya.

Boneka lain tampak bahagia melihat aksi
si gadis. Seolah tidak mubazir dihidupkan.

“Ibu peri belum datang, kita tunggu
ibu peri dulu,” kata si gadis.

Pesta minum teh baru 13 menit berlalu.
Boneka kuda sudah frustasi. Diharapkan
si gadis memberhentikan permainannya.

Akhirnya jam pun mendatangkan si mama
menjemput si gadis itu. “Itu, akhirnya ibu peri
datang,” kata boneka kuda dan menyiapkan
diri untuk berlari dalam ilusi.

Surakarta, 2014

* Aji Ramadhan lahir di Gresik, Jawa Tengah, 22 Februari 1994. Ia tinggal di Surakarta. Salah satu buku puisinya adalah Sepatu Kundang (2012).

PUISI KOMPAS, MINGGU, 1 JUNI 2014

Sumber: http://puisikompas.wordpress.com/tag/aji-ramadhan/
Selengkapnya: Puisi Aji Ramadhan, Kompas, 1 Juni 2014

Sastrawan Sejati, Tidak Takut Miskin

Friday 6 June 2014

Sastrawan sejati berpikir dan bertindak dengan hati yang murni. Ia memahami kejayaan sebagai proses bersyukur. Ia memahami kejatuhan sebagai proses perbaikan diri. Ia akan lebih menghargai orang yang menganggapnya sebagai lawan tetapi bersikap tulus dan terus-terang daripada orang yang dianggapnya sebagai kawan yang bersikap manis di hadapan tetapi menghancurkan di belakang.

Sastrawan sejati selalu melihat setiap persoalan dari berbagai sudut pandang, juga dari pandangan yang bertentangan; ia tidak pernah memutuskan sikap atas sesuatu sebelum memiliki informasi yang cukup.

Sastrawan sejati, jika kalah dalam wacana pemikiran atau perdebatan, tidak akan menghancurkan lawan berpikir dan berdebatnya dengan menggunakan kekuasaan yang ada pada dirinya atau dengan menggunakan kekuasaan yang ada pada orang lain. Ia tidak akan pernah merampas pekerjaan dan hak-hak perdata orang lain dengan cara apa pun.

Sastrawan sejati tidak akan menggadaikan prinsip-prinsip kebaikan universal.

Sastrawan sejati tidak takut gertakan, tidak takut pada kekuasaan yang mengancam, tidak takut memperjuangkan kebenaran.

Sastrawan sejati, tidak takut miskin.  

(Cecep Syamsul Hari, April 2014).

Sumber: Sastra Digital, http://www.sastradigital.com/apps/blog/show/42093871-sastrawan-sejati-tidak-takut-miskin
Selengkapnya: Sastrawan Sejati, Tidak Takut Miskin

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas