Poetry Battle: 250109

Thursday 29 January 2009

wayang yang terjejer dan tergolek rapi
lalu berserakan
siapa tahu kisahnya
siapapun tak tahu kisahnya
aku

satria penjuru
memagar dan menebas mengharum marga tenggelam dalam istana kotak
Berlarungkan baja
Segera menghitam kelana

merenggang jarak melupa nama lari kencang terbirit meninggalkan sang dalang
menderadera dalam penggalan napas terakhir
adakah bait yang tersisa

adalah langkah yang terbelenggu rantai berbalok seribu terulur ulur mengitari cincin alam sahaja
seakan menikmati harumnya surgawi
atau hanya indera pencium saja yang sudah rusak

penggelak pelana pemecut dahaga duniawi
walau terasa berat mengalun bersama deraian angin

menerpa lalu merasuk dan mendidih alur nadi
bergema dalam jurang memori yang hampir retak

tentang nirwana dan lembah retak
tentang kisah yang terkoyak

cerita yang tercabik cabik
cerita yang terus mengusik benak telisik

berbaris
larik bagai sisik
meresap dalamdalam disetiap relung jiwa

menyusup di ujung pembuluh
merancap dan merapat dalam otak

meracun dan membelah kepala
meniupkan pahit udara disekitar

berhembus perlahan
lalu mencekik
memutar perlahan
lalu memekik

siapa aku
kamu
mereka
dia
dalam lunglai
tak mampu
tergelepar pekikpun menampik
berderaiderai airmata berjatuhan dari orang sekeliling

tak peduli
jasad telah terguling
siapa mau peduli
nafsu telah tertikam oleh barabara dendam

busuk
menikam
rejam dan merajam
menuju keabadian semu

bukan salahku
bukan salahmu
lantas untuk siapa airmata itu?

bukan untuku
dan bukan untukmu
sungguh nista apalagi yang kan tercipta

tak dapat dikata
dan tak dapat di eja
biarkan saja waktu berembus disekitar kita dan kita pun terlarut ikut

Ruang Maya, 250109

*) Zarazy(tegak) - Ekohm Abiyasa(miring)
Selengkapnya: Poetry Battle: 250109

Poetry Battle: 170109

menjelang senja
rona cakrawala jingga

menghinggap dalam pandang
sejagad remang
menghantar kenang

terusik dalamdalam dan kuatkuat dalam memori tua
tersimpan rapat dalam lemari
tergantung serobek memory
pekat
cekat
pasak tak terpatri

diam saja
hati ingin keluar menapak gunung bayang
terpaku
kaku
sekelebat
layang pandang
tak bergeming

lantas menuju ruang hampa
menatak aksara
yang tak bisa di eja

tersungkur jatuh meniup lilin gelap
tak bersua
tanganpun kelu
gelap
bermaya

berkerlipkerlip mengisyaratkan sesuatu
rahasia di balik
manisnya sembilu

mengenang membanjir di otak dan sepertinya menikamnikam
remuk rejam yang terus berkubang

sampai kapan duka berkumandang
miris meliris terus menggenang
tak tau kapan kan jadi
terang

tersungkur jatuh lagi dalam bayang
keluh dan peluhpun bermalam pada jurang

ya
rasanya hendak mengulangulang kesalahan
kesalahan
tak terulang namun nasib tak bisa di sayang

terbenam tenggelam segala kerinduan
rindu yg terus mencengkeram
sukma

Ruang Maya, 170109

*) Zarazy(tegak) - Ekohm Abiyasa(miring)
Selengkapnya: Poetry Battle: 170109

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas