wayang yang terjejer dan tergolek rapi
lalu berserakan
siapa tahu kisahnya
siapapun tak tahu kisahnya
aku
satria penjuru
memagar dan menebas mengharum marga tenggelam dalam istana kotak
Berlarungkan baja
Segera menghitam kelana
merenggang jarak melupa nama lari kencang terbirit meninggalkan sang dalang
menderadera dalam penggalan napas terakhir
adakah bait yang tersisa
adalah langkah yang terbelenggu rantai berbalok seribu terulur ulur mengitari cincin alam sahaja
seakan menikmati harumnya surgawi
atau hanya indera pencium saja yang sudah rusak
penggelak pelana pemecut dahaga duniawi
walau terasa berat mengalun bersama deraian angin
menerpa lalu merasuk dan mendidih alur nadi
bergema dalam jurang memori yang hampir retak
tentang nirwana dan lembah retak
tentang kisah yang terkoyak
cerita yang tercabik cabik
cerita yang terus mengusik benak telisik
berbaris
larik bagai sisik
meresap dalamdalam disetiap relung jiwa
menyusup di ujung pembuluh
merancap dan merapat dalam otak
meracun dan membelah kepala
meniupkan pahit udara disekitar
berhembus perlahan
lalu mencekik
memutar perlahan
lalu memekik
siapa aku
kamu
mereka
dia
dalam lunglai
tak mampu
tergelepar pekikpun menampik
berderaiderai airmata berjatuhan dari orang sekeliling
tak peduli
jasad telah terguling
siapa mau peduli
nafsu telah tertikam oleh barabara dendam
busuk
menikam
rejam dan merajam
menuju keabadian semu
bukan salahku
bukan salahmu
lantas untuk siapa airmata itu?
bukan untuku
dan bukan untukmu
sungguh nista apalagi yang kan tercipta
tak dapat dikata
dan tak dapat di eja
biarkan saja waktu berembus disekitar kita dan kita pun terlarut ikut
Ruang Maya, 250109
*) Zarazy(tegak) - Ekohm Abiyasa(miring)
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)