Masastro #13: "September Merah" di Rumah Blogger Indonesia, Jajar Solo (26/09/14)

Friday 10 October 2014


Baca salah satu puisi dari buku Bahaya Laten Malam Pengantin karya Aslan Abidin.




Baca puisi Bogambola dari buku puisi Dunia Bogambola karya Sosiawan Leak.






Musikalisasi puisi oleh Yuditeha.


Foto oleh Padmo Adi.
Foto selengkapnya: Facebook Masastro.
Selengkapnya: Masastro #13: "September Merah" di Rumah Blogger Indonesia, Jajar Solo (26/09/14)

Ngemsi dan Baca Puisi di Road Show PMK ke-23, MAN 1 Sragen (Sabtu, 06/09/14)

Catatan:
Yang menarik adalah puisi pendek Wardjito Soeharso "A2KI" Aku, Kamu, Kita, Indonesia yang membuat para siswa bersemangat. Tak kalah menariknya ialah pembacaan puisi Tarung: Faizy vs Aida. Dengan tempo cepat, suasana berubah panas! Namun yang paling menarik adalah apresiasi ribuan siswa, para guru dan tamu undangan mengapresiasi puisi menolak korupsi dalam acara road show PMK. Salut!
Bambang Eka Prasetya (Magelang)

Wardjito Soeharso (Semarang)


 Roosetindaro Baracinta (Kartasura)

Suyitno Ethexz (Mojokerto)
Ekohm Abiyasa (Karanganyar)

Abah Yoyok (Tangerang)
Eka Pradhaning (Magelang)

Faizy Mahmoed Haly (Semarang)
Aida Kurniasih (Purwokerto)
Tarung Puisi

Diambil dari blog PMK: http://gerakanpuisimenolakkorupsi.blogspot.com/2014/09/road-show-23-pmk-laskar-pmk-baca-puisi.html

Sumber:
1. Facebook Bambang Eka Prasetya
2. Facebook Bambang Eka Prasetya
3. Facebook Sus S. Hardjono: di sini, di sini dan di sini.

Posting serupa:
http://puisimenolakkorupsi.com/foto/read/album-road-show-pmk-ke-23-di-sragen-jawa-tengah
http://negeri-kertas.blogspot.sg/2014/09/road-show-23-pmk-laskar-pmk-baca-puisi.html 
Selengkapnya: Ngemsi dan Baca Puisi di Road Show PMK ke-23, MAN 1 Sragen (Sabtu, 06/09/14)

Puisi "Jalak Lawu" di Media Indonesia (07/09/14)

Jalak Lawu

mereka para penutur kesunyian yang baik dan bijak
ketika matahari usai membakar bumi
seperti lanskap raksasa

biarkan kami terbang bebas
biarkan kami hinggap di ranting-ranting meranggas

berita cuaca adalah usia seratus tahun kesendirian
di lembah-lembah dan jurang kepunahan
ribuan kepak sayap dan sarang-sarang

keramaian adalah penjara bagi nasib

Surakarta, April 2014

Posting serupa di Facebook grup sastra minggu.
Bercerita tentang kepunahan burung Jalak yang bermukim di sekitaran gunung Lawu Karanganyar akibat perburuan liar.
Selengkapnya: Puisi "Jalak Lawu" di Media Indonesia (07/09/14)

Puisi "Lone Ranger" di Sastra Mata Banua (06/09/14)

Thursday 9 October 2014

Lone Ranger

para penjahat itu memotong jantung dan memakannya
mentah-mentah!

roh jahat terlahir di padang pasir
tawar menawar yang keras dengan kematian
tarian para pendosa
di rumah bordil yang menyala
seperti kandang ternak penuh lelaki
bertampang menyeramkan
memanggul senjata

kau lihat
di batu terkutuk itu
kuda-kuda berlarian
para pendosa itu tertawa
menertawai kebodohan kita!

perang tak akan memihak sesiapa
seperti sangkar tanpa burung tanpa kicau
ia telah bersembunyi dengan kematian!

buatlah orang-orang brengsek itu bertekuk lutut!
mereka harus membayar semuanya

burung gagak telah mati
sungai berwarna merah
rumah-rumah dibakar
namun pahlawan tak bisa mati
untuk kedua kali!

kuda hitam kuda putih
membawa mata angin di kakinya
menemu nasib di antara pasir-pasir
di lembah airmata

keadilan adalah lelaki
yang bisa menjaga dirinya sendiri

kesedihan berulang; sekali lagi!
penyesalan seperti laku bisu
menerka gerak kuda-kuda

para penjahat itu merenggutnya kembali!

Surakarta, Mei 2014
Menyimak puisi berjudul 'Lone Ranger' yang dikirimkan oleh Ekohm Abiyasa ke Sastra Mata Banua, seperti:
/roh jahat terlahir di padang pasir
tawar menawar yang keras dengan kematian/

/para pendosa itu tertawa
menertawai kebodohan kita!/

/buatlah orang-orang brengsek itu bertekuk lutut!
mereka harus membayar semuanya/

/sungai berwarna merah
rumah-rumah dibakar
namun pahlawan tak bisa mati
untuk kedua kali!/

/menemu nasib di antara pasir-pasir
di lembah airmata/

/kesedihan berulang; sekali lagi!/

/para penjahat itu merenggutnya kembali!
/

Dalam puisi tersebut, memang secara eksplisit tidak merujuk pada Gaza, tapi keadaan yang digambarkan Ekohm beberapa kata dalam larik puisi mengisyaratkan hal tersebut, yaitu melukiskan kekejamanzionis Israel kepada rakyat Gaza. Atau dapat pula dikaitkan dengan sepak terjang kekejaman ISIS.

Namun, memaknai dari judul puisi, maka akan merujuk dari sepak terjang AS (?) negara-negara padang pasir.(Araska Banjar)

Sumber: Facebook Sastra Mata Banua.
Selengkapnya: Puisi "Lone Ranger" di Sastra Mata Banua (06/09/14)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas