Tips Menembus Dunia Penerbitan

Tuesday 29 January 2013

 Gimana sih, caranya tulisan bisa tembus ke penerbit?
 Ane coba bahas dari faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah tulisan ditolak penerbit. Beberapa di antaranya:
  1. Tulisan agan dianggap belum mumpuni. Kalo ini kasusnya, selanjutnya biasanya penerbit akan lihat tema naskah agan. Kalo tema agan bagus, penerbit bakal menghubungi agan untuk ngebenerin naskah yang agan kirim. Atau, kalau ternyata agan tetep gak mampu bikin tulisan itu lebih bagus, penerbit biasanya minta jasa penulis freelance untuk bikin naskah serupa dengan kualitas tulisan yang lebih bagus. Menyakitkan? Yep! Tapi, inilah industri.
  2. Tema naskah agan lagi gak ngetrend. Perlu disadari, penerbitan buku adalah industri yang fokusnya mencari laba. Biarpun tulisan agan bagus, kalo temanya susah dijual, naskah agan pasti ditolak. Kecuali penerbitnya punya modal yang besar, dan lagi pengen gambling, naskah agan bisa aja diterima. Ambil contoh: agan nulis novel sejarah, tapi trend novel sejarah udah lewat. Anggaplah sekarang penjualan novel2 sejarah lagi merosot tajem. Otomatis naskah agan bakal langsung ditolak, sebagus apapun tulisan agan.
  3. Agan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan teknis yang diwajibkan oleh penerbit. Misal: font Times New Roman 12pt, spasi 1 1/2, kertas A4, tebal antara 100-150 halaman, dan sebagainya. Semua ketentuan teknis itu dibikin untuk mempermudah redaksi pada saat menerima naskah untuk mengira-ngira, nanti berapa ketebalan buku jadinya--dan yang paling penting, berapa harga jualnya. Kalo agan nulis semau agan sendiri, penerbit pasti ga suka. Tapi naskah agan bisa aja tetep diterima, selama naskah itu bener-bener bagus. Contoh nih, Stephen King masukin naskah ke sebuah penerbit di Indonesia dengan ketentuan yang bertolak belakang dengan semua ketentuan penerbit itu. Apakah naskahnya bakal ditolak? Gak mungkin. Stephen King punya nama besar, dan tulisannya kebangetan bagusnya. Penerbit pasti langsung ngiler begitu disodorin naskah sama Stephen King, ga peduli seberapa ancur format teknisnya.
Dan banyak lagi faktor lainnya...

Cuma biasanya yang paling fatal, yang paling bikin penerbit ilfil, adalah kalo penulis melakukan tiga kesalahan di atas.

Terus, gimana caranya biar naskah kita bisa diterima penerbit?

Agan harus bikin tulisan yang bagus.

Caranya gimana gan?

Syaratnya cuma 2:
  1. Banyak baca.
  2. Banyak nulis.
Udah, itu doang. Kalo ga percaya, cobain aja. Baca buku yang bagus (menurut angka penjualannya, menurut review dari banyak sumber, menurut penghargaan yang diperoleh penulisnya dari buku itu, dsb). Cari tahu gimana si novelis membuat kerangka besar ceritanya, membuka bab, mengakhiri bab, membuat pembaca penasaran, dll. Sebenernya hal ini yang nantinya bakal banyak dibahas di thread ini. Jadi agan, silakan tetep nongkrong di marih.

Nah, selesai baca, agan nulis deh. Semakin tinggi jam terbang, skill bakal terbentuk dengan sendirinya. Gak percaya? Cobain aja dulu.

Terus, kalo udah gitu, apakah menjamin naskah kita bakal diterima penerbit?

Gak juga. Sebenernya intinya adalah: agan harus bikin naskah yang lagi dicari penerbit.

Itu termasuk tema naskah, teknik penulisan, dan kemampuan agan membuat naskah yang sesuai dengan kriteria teknis sebuah penerbit.

Bentar, bentar. Gimana caranya kita bisa tau tema yang lagi dicari penerbit?

Silakan main ke toko buku. Agan lihat tema apa yang lagi best-seller. Bikin naskah dengan tema serupa (tapi isinya ga boleh kopas gan) terus kirim ke penerbit. Kalo tulisan agan bagus, dan agan mengikuti persyaratan teknis yang diwajibkan oleh penerbit yang agan bidik, naskah itu kemungkinan besar bakal diterima. Masih gak percaya? Monggo dicoba... Ane sudah membuktikan.

Berarti, agan ngajarin ane buat jadi penulis musiman dong? Cuma nulis berdasarkan trend doang...

Ane gak ngajarin kayak gitu gan. Ane cuma ngasih tau gimana cara nembus industri penerbitan. Kalo agan punya naskah, misal novel horor nih, agan yakin itu novel bagus banget, tapi ternyata tema horor di pasaran gak bagus penjualannya, ya agan pasti bakal kesulitan nyari penerbit.

Tapi kalo agan mau mencoba jadi penulis musiman, silakan pake cara yang udah ane sebutin di atas. FYI, jaman sekarang banyak banget penulis freelance yang bisa hidup mapan, hanya dengan membuat naskah dengan tema yang lagi ngetrend di pasaran.

Wah, berarti ga ada jalan lain dong buat nembus penerbitan dengan karya yang gak ikut-ikutan trend?

Kalo kata pepatah, ada seribu jalan menuju Roma. Kita pake permisalan di atas: Agan nulis novel horor, dan tema itu lagi ga laku di pasaran. Agan cari penerbit yang sekarang lagi nerbitin novel horor. Percaya ga percaya, sampe sekarang masih ada kok penerbit yang nerbitin buku dengan tema yang gak bagus di pasaran--menurut data penjualan. Tapi ya resikonya, karena tema yang agan pilih ga bagus penjualannya, jangan terlalu berharap dapet royalti gede.

Ah, ane gak ngarepin royalti gan. Yang penting buku ane terbit, ane udah seneng kok.

Good! Then go for it!
Apa harus ada 'orang dalem' yang bantu ya?
TIDAK

Ane udah kerja di penerbitan selama hampir 2 tahun. Dulu adek ane pernah masukin novel dengan genre teenlit ke penerbit tempat ane kerja. Novel itu ditolak sama bos, karena tema teenlit udah gak laku. Waktu itu buku teenlit lagi jeblok2nya. Mungkin pembaca udah mulai jenuh kali ya? Padahal adek ane gan yang masukin naskah. Nyatanya, ditolak juga.

Jadi intinya, yang paling penting adalah:
  1. Kualitas tulisan agan kalo bisa di atas rata-rata.
  2. Tema naskah agan emang lagi bagus di pasaran.
  3. Agan memenuhi persyaratan teknis dari penerbit dengan baik.
Kalau tulisan agan busuk, meskipun punya kenalan orang dalem, tulisan agan gak akan diterima, sama kayak pengalaman adek ane. Ane berani jamin deh...

Sumber kaskus Forum Menulis Fiksi
Baca juga
Tips Menghadapi Penerbit
Hati-hati Memilih Penerbit (by Kiera)


TIPS AGAR NASKAH DILIRIK PENERBIT ALA DIDAY TEA 

Pada acara launching buku pertamanya yang berjudul “Oase Kehidupan dari Padang Pasir” di Rumah Dunia, pada sabtu, 9 Maret 2013 yang lalu, Diday Tea tak hanya berbagi tentang proses kreatifnya saat menyelesaikan tulisannya. Ia juga berbagi pengalaman saat mengiriman naskah buku pertamanya, yang sebelumnya berjudul “Gado-Gado Padang Pasir” tersebut agar bisa dilirik oleh pihak penerbit.

Nah, beberapa tips yang sempat saya tangkap dan rangkum dari ceritanya pada acara tersebut bisa langsung kita simak pada penjelasan berikut ini:
• Untuk naskah non fiksi sebaiknya, selain kita mengirimkan naskah lengkap yang sudah disertai biodata lengkap penulis, ada baiknya kita juga menyertakan penjelasan tentang apa saja kelebihan-kelebihan naskah yang kita tulis dibandingkan dengan naskah lain yang konteksnya sama dalam lampiran file terpisah.

• Lampirkan file yang menyebutkan segmen pasar dan calon pembeli yang akan siap membeli buku kita apabila buku kita di terbitkan. Nah, untuk tips yang satu ini akan sangat mudah jika kita sudah memiliki pembaca setia tulisan-tulisan kita yang biasa kita posting di note facebook, blog, website, fanpage atau di grup-grup komunitas yang kita ikuti.

Jadi mulai sekarang, nggak ada salahnya kalau kita mulai memberanikan diri untuk memposting tulisan-tulisan kita di jejaring sosial yang kita ikuti atau di blog dan website pribadi. Selain kita bisa mengetahui seberapa besar respon kawan-kawan ketika membaca tulisan-tulisan kita, kita juga bisa memiliki gambaran seberapa banyak pembaca yang akan bersedia membeli buku kita jika suatu saat diterbitkan.

Sebutkan media-media promosi apa saja yang akan kita gunakan untuk membantu mempublikasikan buku kita jika diterbitkan. Dalam hal ini penulis dituntut untuk tidak melulu mengandalkan pemasaran buku kita kepada pihak penerbit saja. Tapi kita juga harus berinisiatif ikut membantu bagaimana caranya agar naskah kita yang diterbitkan tersebut bisa terpublikasi dan dipasarkan dengan baik. Istilah kerennya sih menjadi “Writerpreneur”, ya menulis, ya memasarkan.

Nah, buat kamu-kamu yang mungkin sekarang lagi mempersiapkan naskah bukunya untuk dikirimkan ke penerbit, semoga tips ala Diday Tea yang saya tulis ini bermanfaat yak!

Selamat menulis!

Selengkapnya: Tips Menembus Dunia Penerbitan

Bunga Menyampaikan Salam pada Awan (Kendari Pos, 26 Januari 2013)

lihatlah! bunga bermekar
cerah pagi ini menawan hati
aku masih bermimpi

lihatlah! awan berkelakar
berjalan setiap hari
aku masih merindumu disini

kemarilah kasih, melihat sejenak suka
suka sejuta cahaya
tiada sanggup kutahan betapa bahagia

kemarilah manis, bercengkerama mengulang cerita
biarlah berlalu duka
sebab kita masih ada keperluan masingmasing, diantara kita

senja nanti maukah engkau memungut sisasisa pecah kaca
di dalam dadaku
aku tertawa menunggu reda

soresore nanti maukah engkau berkunjung ke taman
di dalam imajinasiku
aku sekarat menunggu hujan

lihatlah! bungabunga masih bermekar ria
apa kau tahu ternyata adalah layu
luka dalam yang sulit sembuh

lihatlah! awanawan bercanda saja
kemana kau simpan cintamu
sebab pintu hati terkunci rapat, lumpuh!

Januari, 2013

*) Ekohm Abiyasa

Dimuat Kendari Pos, 26 Januari 2013
Selengkapnya: Bunga Menyampaikan Salam pada Awan (Kendari Pos, 26 Januari 2013)

Suro yang Asing (Kendari Pos, 26 Januari 2013)

wajah kita dirupakan
geliat rona
jingga di penghujung
siang sirna

wajah kita disamarkan
aroma bawang sedapnya
pergi kita melarung
kerumunan dan pantai sejarah yang kita dengar dari orang tua

semakin asing

kita semakin pintar merapal mantra ajaib
kala gelap menjelang
namun kita lupa jalan pulang
perjalanan malam yang ghaib

Jakal KM 14 Jogja, 14 Nopember 2012

*) Ekohm Abiyasa

Dimuat Kendari Pos, 26 Januari 2013 
Selengkapnya: Suro yang Asing (Kendari Pos, 26 Januari 2013)

Pengertian, Definisi dan Unsur Puisi

Monday 21 January 2013

PENGERTIAN PUISI
Secara etimologi kata puisi berasal dari bahasa Yunani ‘poema’ yang berarti membuat, ‘poesis’ yang berarti pembuat pembangun, atau pembentuk. Di Inggris puisi disebut poem atau poetry yang artinya tak jauh berbeda dengan to make atau to create, sehingga pernah lama sekali di Inggris puisi disebut maker. Puisi diartikan sebagai pembangun, pembentuk atau pembuat, karena memang pada dasarnya dengan mencipta sebuah puisi maka seorang penyair telah membangun, membuat, atau membentuk sebuah dunia baru, secara lahir maupun batin (Tjahyono, 1988: 50).

Sulit membuat batasan yang memuaskan terhadap pengertian puisi. Namun demikian perlu diterangkan beberapa definisi atau pendapat dari beberapa ahli sastra tentang puisi, untuk memperluas pandangan mengenai pengertian puisi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan lirik dan bait (Depdikbud, 1988: 706).

Ahmad Badrun (1989: 1) menyatakan bahwa puisi merupakan karya sastra yang bersifat puitis. Dijelaskan oleh Rachmat Djoko Pradopo (1987, dalam Ahmad Badrun, 1989: 1) bahwa sesuatu dikatakan puitis jika membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum menimbulkan keharuan. Kata puitis mengandung arti keindahan. Keindahan dan kebenaran merupakan bagian dari aspek pengalaman. Penyair selalu terlibat dalam segala aspek pengalaman secara keseluruhan, misalnya keindahan, keburukan, kesenangan, kematian, penderitaan yang tertuang dengan baik dalam kehidupan nyata ataupun imajinatif.

Puisi sebagai karya sastra menampilkan aspek keseluruhan kehidupan sehingga menimbulkan rangsangan estetis bagi pembaca. 

Coleridge (1960, dalam Zulfahnur, dkk. 1997: 3) memberikan pendapat bahwa puisi merupakan karangan yang terindah dari yang terindah. Puisi hadir membawa keindahan dalam kehidupan dan kesenangan manusia. Keindahan yang dimaksud melingkupi segala aspek pengalaman kehidupan, misalnya kesedihan, kesenangan, kematian, dan penderitaan juga kebahagiaan yang diwujudkan dalam kata-kata yang indah. Puisi dapat pula dipandang sebagai perwujudan pengalaman pengarang yang dituangkan ke dalam bait-bait melalui media bahasa, sehingga dapat mewakili apa yang dirasakannya dan apa yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Bahasa yang digunakan dalam puisi merupakan bahasa multidimensional, yang mampu menembus pikiran, perasaan, dan imajinasi manusia (Zulfahnur, dkk. 1997: 9). Pengertian dari multidimensional yaitu bahasa yang menggunakan lebih dari satu dimensi, yang mencakup: dimensi intelektual, dimensi rasa, dimensi emosional, dan dimensi imajinatif. Oleh karena itu, pencipta memilih kata-kata setepat-tepatnya, disusun dengan sebaik-baiknya, seimbang, senada, seirama, antar unsur saling menyatu, mengikat sehingga menjadi suatu karangan yang utuh sehingga dapat dinikmati oleh pembaca ataupun pendengar.

Spenser (1960, dalam Herman J. Waluyo, 1987: 23) mengungkapkan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Dunton (1971, dalam Situmorang, 1983: 10) yang menjelaskan bahwa puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional dan berirama. Bahasa emosional merupakan bahasa yang mampu membangkitkan gejolak jiwa pembacanya. Penyair menggunakan bahasa yang padat dalam mengungkapkan penghayatannya, penggunaan bahasa tersebut bukan sebagai alat saja melainkan juga sebagai tujuan. Pemakaian kata-kata bagi penyair tidak hanya mengandung arti tetapi juga mengandung nilai. Pemahaman kata-kata yang terdapat dalam puisi tidak cukup hanya mengetahui artinya secara harfiah melainkan harus mengetahui secara keseluruhan dengan suasana yang mendukung.

Karya sastra pada dasarnya adalah rekaan pengarang semata, yaitu sesuatu yang bukan dunia nyata (fakta). Kenyataan yang ada dalam kehidupan diangkat pengarang ke alam fiksi melalui daya imajinasi yang tinggi sehingga tetap dapat dihayati oleh pembaca maupun pendengar. Kennedy (1971: 1) mengungkapkan bahwa: “Poetry may state facts but, more important, it makes imaginative statements that we may value even if its facts are incorrect atau “puisi bisa mengungkapkan suatu kenyataan tetapi yang lebih penting bahwa kita juga harus menghargai hasil karya imajinatif sekalipun dalam kenyataannya adalah tidak benar”. Senada dengan pendapat dari Clive Sansom (1960, dalam Herman J. Waluyo, 1987: 23) yang mengatakan bahwa puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional. Hal tersebut berarti bahwa melalui imajinasi kita dapat hidup lebih sempurna, lebih dalam, lebih kaya, dan penuh kehati-hatian. Penyair membutuhkan kekuatan pikiran dan perasaan untuk bisa menciptakan puisi yang bisa membangkitkan emosi pembaca.

Herman J. Waluyo (1987: 25) memberikan batasan mengenai pengertian puisi yaitu bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Hal itu sejalan dengan pendapat Boulton (1979: 9) yang menyatakan bahwa:“The poem is a combination of physical and mental form and we ought to remember all the time that when we separate these in order to define or discuss them we are no longer discussing the poem,” atau “puisi merupakan gabungan dari bentuk fisik dan mental dan sejak semula kita hendaknya mengingat bahwa pemisahan ini dilakukan agar kita tidak berdebat tentang puisi lebih lama lagi”. 

Lebih lanjut Boulton menjelaskan bahwa unsur lahir merupakan penampilan di atas kertas dalam bentuk larik-larik, nada puisi, seperti: irama, persajakan, intonasi, repetisi, dan perangkat kebahasaan lainnya. Struktur batin puisi terdiri dari kaidah sastra yang meliputi: tema, urutan logis antar kata, antar larik, antar bait, pola asosiasi, pola citra dan emosi. Bentuk fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh menyaturaga tidak dapat diceraiberaikan dan merupakan kesatuan yang padu. Jalinan makna dalam membentuk kesatuan dan keutuhan puisi menyebabkan puisi lebih bermakna dan lebih lengkap.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun dalam media bahasa multidimensional yang bersifat puitis. Puisi juga merupakan gabungan struktur batin dan struktur fisik yang keduanya tidak dapat diceraiberaikan. 

DEFINISI PUISI DAN FUNGSI

a. Definisi
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

HB. Jassin (1991: 40)
Puisi adalah pengucapan dengan perasaan. Seperti diketahui selain penekanan unsur perasaan, puisi juga merupakan penghayatan kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya di mana puisi itu diciptakan tidak terlepas dari proses berfikir penyair. Bahkan aktivitas berfikir dalam puisi merupakan keterlibatan yang sangat tinggi, seperti yang diungkapkan Matheew Arnold yang dikutip Situmorang : “Poetry is the highly organized form of intellectual activity” (Situmorang, 1983: 7).

Lebih lanjut Matheew Arnold mengatakan puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah, impresif, dan yang paling efektif mendendangkan sesuatu. Matthew Arnord juga mengungkapkan, puisi adalah. kritikan tentang kehidupan menurut keadaan yang ditentukan oleh kritikan untuk kritikan itu sendiri melalui beberapa peraturan tentang keindahan dan kebenaran yang puitis.

John Dryen, puisi adalah musik yang tersusun rapi. Puisi adalah nada yang penuh keaslian dan keselarasan menurut Isaac Newton (Situmorang, 1991: 8–9).

Thomas Chalye yang dikutip Waluyo mengatakan puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal (Waluyo, 1991 : 23 ). Selain unsur musikal, puisi juga merupakan ekspresi pikiran dan ekspresi perasaan yang bersifat imajinatif.

Samuel Johnson, puisi adalah seni pemaduan kegairahan dengan kebenaran, dengan mempergunakan imajinasi sebagai pembantu akal pikiran.

William Wordsworth, puisi adalah luapan spontan dari perasaan yang penuh daya, memperoleh rasanya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali ke dalam kedamaian. puisi adalah pengucapan yang imajinatif dari perasaan yang mendalam, biasanya berirama. Pengucapan secara spontan tentang perasaan yang memuncak timbul dari daya ingatan ketika berada dalam keadaan tenang.

Lord Byron, puisi adalah lavanya imajinasi, yang letusannya mampu mencegah adanya gempa bumi.

Lescelles Abercrombie, puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat. 

Theodore Watts - Dunton (Situmorang, 1980:9), puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.

Carlyle, puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.

Samuel Taylor Coleridge, puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Putu Arya Tirtawirya (1980:9), puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.

Herman J. Waluyo, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Edgar Allan Poe, puisi adalah adalah ciptaan tentang sesuatu keindahan dalam bentuk berirama. Citarasa adalah unsur yang diutamakan. Hubungan dengan budaya intelek atau dengan suara hati hanya merupakan hubungan yang selintas. Jika bukan secara kebetulan, ia tidak akan mengena langsung dengan fungsi utamanya atau dengan kebenaran.

Andrew Bradley, puisi adalah terdiri daripada rangkaian pengalaman tentang bunyi, image, pemikiran dan emosi-yang kita alami sewaktu kita membacanya dengan cara sepuitis mungkin.

Edwin Arlington Robinson, puisi adalah bahasa yang menyampaikan sesuatu yang sukar hendak dinyatakan, tidak dapat diperkirakan puisi itu benar atau sebaliknya.

Auden, puisi lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.

Baha Zain, puisi tidak berbicara segalanya dan tidak kepada semua. Ia adalah pengucapan suatu fragmen pengalaman dari suatu keseluruhan seorang seniman.

Muhammad Hj. Salleh, puisi adalah bentuk sastra yang kental dengan musik bahasa serta kebijaksanaan penyair dan tradisinya. Dalam segala kekentalan itu, maka puisi setelah dibaca akan menjadikan kita lebih bijaksana.

Shahnon Ahmad, puisi adalah record dan interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam bentuk yang paling berkesan.

Usman Awang, puisi bukanlah nyanyian orang putus asa yang mencari ketenangan dan kepuasan dalam puisi yang ditulisnya. Tapi puisi ialah satu pernyataan sikap terhadap sesuatu atau salah satu atau keseluruhan kehidupan manusia.

A. Samad Said, puisi pada hakikatnya adalah satu pernyataan perasaan dan pandangan hidup seorang penyair yang memandang sesuatu peristiwa alam dengan ketajaman perasaannya. Perasaan yang tajam inilah yang menggetar rasa hatinya, yang menimbulkan semacam gerak dalam daya rasanya. Lalu ketajaman tanggapan ini berpadu dengan sikap hidupnya mengalir melalui bahasa, menjadilah ia sebuah puisi, satu pengucapan seorang penyair.

b. Fungsi
Matthew Arnold, puisi merupakan keistimewaan tersendiri, ia memberikan sumbangan kepada perbendaharaan pengalaman atau pengetahuan manusia.

Aristotle, puisi yang bersifat tragis berupaya membersihkan kerohanian manusia melalui rasa simpati atau belas kasihan

Maliere, puisi mampu membawa manusia ke arah jalan yang lurus disamping menggelikan hati.

Shelley, puisi memperkuat organ moral manusia sama seperti pendidikan jasmani yang memperkuat urat-urat dalam badan, dan puisi juga bisa membawa kita untuk melihat apa yang kita tidak pernah kita lihat, untuk mendengar apa yang tak pernah kita dengar.

Waldo Emerson, puisi mengajar sebanyak mungkin dengan kata-kata sedikit mungkin.

Shahnon Ahmad, puisi adalah untuk menyemarakkan kesadaran. Umtuk memanusiakan kembali manusia itu, meninggikan budi pekerti, membentuk perwatakan dan juga membangkitkan semangat untuk bertindak.

Usman Awang, puisi adalah untuk menimbulkan kesedaran atau keinsafan dalam diri dan hati.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa puisi adalah bentuk karangan kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan mengekspresikan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama secara imajinatif, dengan menggunakan unsur musikal yang rapi, padu dan harmonis sehingga terwujud keindahan. 

Jadi puisi adalah cara yang paling indah, impresif dan yang paling efektif dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.

Yang Membedakan Puisi dari Prosa
Slamet Mulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.

Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).

Perbedaan lain terdapat pada sifat. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987)

Perbedaan lain yaitu puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung.

UNSUR-UNSUR PUISI
Sebuah puisi merupakan ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya dalam satu bentuk ciptaan yang utuh dan menyatu. Secara garis besar, sebuah puisi terdiri atas 7 unsur, yaitu: tema, suasana, imajinasi, amanat, nada, suasana, dan perasaan. Sedangkan prinsip dasar sebuah puisi adalah berkata sedikit mungkin, tetapi mempunyai arti sebanyak mungkin (Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8)).

Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut:
(1) Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.

(2) Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.

(3) Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.

(4) Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.

(5) Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.

Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur; menurut pendapat Richards dan Waluyo, yaitu "struktur batin dan struktur fisik".
a. Struktur batin
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)   Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2)   Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3)   Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4)   Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

b. Struktur fisik
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2)   Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3)   Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4)   Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5)   Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6)   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Disarikan dari berbagai sumber;
http://sutondoscript.blogspot.com/2011/04/landasan-teori-pengertian-puisi-secara.html
http://sastrahobiku.wordpress.com/2013/05/09/puisi-dan-pengertiannya
http://sastrahobiku.wordpress.com/2013/05/09/pengertian-dan-definisi-puisi
http://sastrahobiku.wordpress.com/2013/05/09/puisi-definisi-dan-unsur-unsurnya
http://lusianasianturi.blogspot.com/2013/02/teori-puisi.html
http://eprints.uny.ac.id/9823/3/BAB2%20-%2007204244030.pdf
http://aamaliyahm.blogspot.com/2013/05/teori-sastra-puisi.html

Kritik dan masukan/saran, silakan berbagi.
Selengkapnya: Pengertian, Definisi dan Unsur Puisi

Pameran Seni Rupa "100 Gajah dalam Panggung Manusia"

Tuesday 15 January 2013

karya Rana Wijaya Soemadi

Pembukaan:
Senin, 4 Februari 2013 pukul 19.00 WIB
Pameran:
4 – 23 Februari 2013
Tempat:
Galeri Garasi Widya Mitra
Jl. Singosari II No.12 Semarang
Senin-Jum’at:
09.00-16.00 WIB
Sabtu: 09.00-12.00 WIB

Exhibition Supervisor: Aris Yaitu
Pengantar: Tubagus P. Svarajati

Contact me:
Twitter: @RanaWijayaSoe
email: rana.wijayasoe@gmail.com
website: http://ranawijayasoe.wordpress.com/
lihat video:
http://www.youtube.com/watch?v=vxc57HPViBg&feature=youtu.be
Peta lokasi: http://goo.gl/maps/2p2jH


Sumber ini
Selengkapnya: Pameran Seni Rupa "100 Gajah dalam Panggung Manusia"

Pertemuan Penyair Lintas Daerah Indonesia dan Penerbitkan Buku Antologi Puisi “Indonesia dalam Titik 13" | DL 25 Januari 2013

Saturday 12 January 2013

Seniman Jawa Tengah, Hadi Lempe, menggagas Pertemuan Penyair Lintas Daerah Indonesia. Menurut Hadi, acara itu akan diadakan di empat tempat yakni Gedung Kesenian Jetayu Kota Pekalongan pada 16 Februari 2013, Pendopo Kabupaten Pemalang pada 17 Februari 2012, Gedung Kesenian Kajen, Pekalongan, pada 18 Februari dan Brebes pada 19 Febuari 2013. 

Menandai kegiatan tersebut akan diterbitkan buku antologi puisi “Indonesia dalam Titik 13″. “Gratis tanpa biaya, setiap penyair yang karyanya masuk dalam buku antologi akan mendapatkan 1 buku dan dibagikan langsung pada pelaksanaan acara temu penyair pada 16 Febuari 2013,” tulis Hadi Lempe di group event itu di laman Facebook.

Para penyair Indonesia diharapkan agar mengirimkan 5 karya puisi yang belum pernah dimuat di media atau buku antologi, disertakan biodata, foto, email dan nomor telepon genggam, melalui email: hadilempe@yahoo.co.id, sabdagilang@yahoo.co.id, tkirana@yahoo.com, kigeger@yahoo.com. Batas akhir pengiriman pada 25 Januari 2013.

Informasi lebih lanjut bisa masuk ke halaman Facebok acara ini. 

Selengkapnya: Pertemuan Penyair Lintas Daerah Indonesia dan Penerbitkan Buku Antologi Puisi “Indonesia dalam Titik 13" | DL 25 Januari 2013

Malam Seorang Pejalan Jauh - Malam Kesekian (Majalah Sastra Digital, Frasa. Edisi 7 Tahun Pertama (2012) )

Saturday 5 January 2013

Malam Seorang Pejalan Jauh

malam adalah tempat persinggahan
kepala dalam hati
dalam simpang perjalanan
berartikah engkau disisiku
seberapa

malam adalah tempat cerita
kepalan dalam renungan
ketika siang adalah buangbuang kata
senyum itu memudar
kiasan yang memendar
semu belaka
tahukah engkau, sesakit apa hati?
tentang gelisah

pada malam pertanyaanpertanyaan
mengekal dalam kolom abadi langit
tersimpan rapat untuk jejak kesekian
dan pagi yang membutakan

malam adalah rupa asap beterbangan
dupa seorang pejalan jauh yang kelelahan
menanti hujan makna dalam ladang jiwa yang gelisah

Jakal KM 14 Jogja, 19 September 2012


Malam Kesekian

malam kesekian
kembali menautkan rindu dan kenangan
dalam kota tua dan sejarah prasasti abjad
seperti kota kelahiranku
fenomena dan penuh cerita

malam kesekian
naluri rindu memanggilmanggil namamu

Jakal KM 14 Jogja, 07 Oktober 2012

*) Ekohm Abiyasa

**Dimuat Majalah Sastra Digital, Frasa. Edisi 7 Tahun Pertama (2012)
Selengkapnya: Malam Seorang Pejalan Jauh - Malam Kesekian (Majalah Sastra Digital, Frasa. Edisi 7 Tahun Pertama (2012) )

Lomba Penulisan Cerpen dan Puisi 2013 | DL 28 Februari 2013

Friday 4 January 2013

Salam kreatif..

Setelah sukses dalam penyelanggaraan event pertama yaitu antologi puisi Carta Farfalla pada tahun 2011 yang lalu, kali ini kami selaku admint grup puisi online KATA HATI LEWAT PUISI & Pandawa 5 Aksara bermaksud menggelar ajang kompetisi penulisan Cerpen dan Puisi 2013  yang isi cerita dalam cerpen dan puisi harus saling berkaitan (1 tema/satu kesatuan) terbuka untuk umum. Dengan persyaratan sebagai berikut;
  1. Tiap peserta wajib mengirim 1 naskah cerpen dan 1 judul puisi yang isinya saling berkaitan (satu kesatuan).
  2. Jenis cerita adalah fiksi, tidak mengandung unsur SARA dan pornografi
  3. Naskah cerpen diketik dengan jenis huruf Times New Roman, spasi 1,5 dan font 12.
  4. Naskah belum pernah dipublikasikan baik itu di media cetak, jejaring social, note facebook, maupun media lainnya., dan tidak sedang diikutkan pada event serupa.
  5. Panjang isi naskah cerpen 5-8 halaman kertas ukuran A4, dan 1 puisi maksimal 1 halaman A4.
  6. Tema silahkan dipilih sebagai berikut ; Gender, Urbanisasi, Sosial, Seni budaya, bakti kepada orang tua, dan pendidikan.
  7. Menggunakan EYD yang baik, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditetapkan
  8. Peserta boleh mengirim lebih dari satu naskah cerpen/puisi dengan tema yang berbeda.
  9. Kirimkan naskah cerpen dan puisi anda yang di attachment ke email ; katahatilewatpuisi@gmail.com (bukan di badan email) dengan subjek judul karya; Cerpen dan Puisi__nama peserta, contoh ; Pesawatku dan Terbang_Anita
10.  Sertakan juga lampiran file biodata yang ditulis secara naratif maksimal 200 kata.
11.  Naskah cerpen dan puisi ditulis pada lampiran file berbeda, dan nama file adalah judul karya yang ditulis.
12.   Event ini tidak dipungut biaya, alias gratis. Kami akan mencari 10 pemenang yang karyanya akan dibukukan dalam satu antologi Cerpen dan Puisi  bersama. Pemenang terbaik 1,2, dan 3 akan mendapat hadiah menarik dari panitia, dan  seluruh pemenang akan mendapatkan 1 eksemplar buku sebagai bukti terbit.
13.  judul karya dari pemenang 1 akan dipakai sebagai judul buku.
14.  Deadline lomba 28 Februari 2013, pukul 23.59 WIB
Untuk keterangan lebih jelas, silahkan hubungi panitia via inbox maupun contact person sdr/sdri ;
  1. Karang Lautan/Embu Tara Ratuloly
  2. Duta Leonardo Dudikoff
  3. Pidri Esha
  4. Maduretna Menali
  5. Alex Beyour Self
keterangan lebih jelas silahkan hubungi 087897523751
update peserta dapat dilihat di ; www.katahatilewatpuisi.blogspot.com

Kami tunggu karya-karya terbaik anda.. salam kreatif!
Selengkapnya: Lomba Penulisan Cerpen dan Puisi 2013 | DL 28 Februari 2013

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas