Tips Menembus Dunia Penerbitan

Tuesday 29 January 2013

 Gimana sih, caranya tulisan bisa tembus ke penerbit?
 Ane coba bahas dari faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah tulisan ditolak penerbit. Beberapa di antaranya:
  1. Tulisan agan dianggap belum mumpuni. Kalo ini kasusnya, selanjutnya biasanya penerbit akan lihat tema naskah agan. Kalo tema agan bagus, penerbit bakal menghubungi agan untuk ngebenerin naskah yang agan kirim. Atau, kalau ternyata agan tetep gak mampu bikin tulisan itu lebih bagus, penerbit biasanya minta jasa penulis freelance untuk bikin naskah serupa dengan kualitas tulisan yang lebih bagus. Menyakitkan? Yep! Tapi, inilah industri.
  2. Tema naskah agan lagi gak ngetrend. Perlu disadari, penerbitan buku adalah industri yang fokusnya mencari laba. Biarpun tulisan agan bagus, kalo temanya susah dijual, naskah agan pasti ditolak. Kecuali penerbitnya punya modal yang besar, dan lagi pengen gambling, naskah agan bisa aja diterima. Ambil contoh: agan nulis novel sejarah, tapi trend novel sejarah udah lewat. Anggaplah sekarang penjualan novel2 sejarah lagi merosot tajem. Otomatis naskah agan bakal langsung ditolak, sebagus apapun tulisan agan.
  3. Agan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan teknis yang diwajibkan oleh penerbit. Misal: font Times New Roman 12pt, spasi 1 1/2, kertas A4, tebal antara 100-150 halaman, dan sebagainya. Semua ketentuan teknis itu dibikin untuk mempermudah redaksi pada saat menerima naskah untuk mengira-ngira, nanti berapa ketebalan buku jadinya--dan yang paling penting, berapa harga jualnya. Kalo agan nulis semau agan sendiri, penerbit pasti ga suka. Tapi naskah agan bisa aja tetep diterima, selama naskah itu bener-bener bagus. Contoh nih, Stephen King masukin naskah ke sebuah penerbit di Indonesia dengan ketentuan yang bertolak belakang dengan semua ketentuan penerbit itu. Apakah naskahnya bakal ditolak? Gak mungkin. Stephen King punya nama besar, dan tulisannya kebangetan bagusnya. Penerbit pasti langsung ngiler begitu disodorin naskah sama Stephen King, ga peduli seberapa ancur format teknisnya.
Dan banyak lagi faktor lainnya...

Cuma biasanya yang paling fatal, yang paling bikin penerbit ilfil, adalah kalo penulis melakukan tiga kesalahan di atas.

Terus, gimana caranya biar naskah kita bisa diterima penerbit?

Agan harus bikin tulisan yang bagus.

Caranya gimana gan?

Syaratnya cuma 2:
  1. Banyak baca.
  2. Banyak nulis.
Udah, itu doang. Kalo ga percaya, cobain aja. Baca buku yang bagus (menurut angka penjualannya, menurut review dari banyak sumber, menurut penghargaan yang diperoleh penulisnya dari buku itu, dsb). Cari tahu gimana si novelis membuat kerangka besar ceritanya, membuka bab, mengakhiri bab, membuat pembaca penasaran, dll. Sebenernya hal ini yang nantinya bakal banyak dibahas di thread ini. Jadi agan, silakan tetep nongkrong di marih.

Nah, selesai baca, agan nulis deh. Semakin tinggi jam terbang, skill bakal terbentuk dengan sendirinya. Gak percaya? Cobain aja dulu.

Terus, kalo udah gitu, apakah menjamin naskah kita bakal diterima penerbit?

Gak juga. Sebenernya intinya adalah: agan harus bikin naskah yang lagi dicari penerbit.

Itu termasuk tema naskah, teknik penulisan, dan kemampuan agan membuat naskah yang sesuai dengan kriteria teknis sebuah penerbit.

Bentar, bentar. Gimana caranya kita bisa tau tema yang lagi dicari penerbit?

Silakan main ke toko buku. Agan lihat tema apa yang lagi best-seller. Bikin naskah dengan tema serupa (tapi isinya ga boleh kopas gan) terus kirim ke penerbit. Kalo tulisan agan bagus, dan agan mengikuti persyaratan teknis yang diwajibkan oleh penerbit yang agan bidik, naskah itu kemungkinan besar bakal diterima. Masih gak percaya? Monggo dicoba... Ane sudah membuktikan.

Berarti, agan ngajarin ane buat jadi penulis musiman dong? Cuma nulis berdasarkan trend doang...

Ane gak ngajarin kayak gitu gan. Ane cuma ngasih tau gimana cara nembus industri penerbitan. Kalo agan punya naskah, misal novel horor nih, agan yakin itu novel bagus banget, tapi ternyata tema horor di pasaran gak bagus penjualannya, ya agan pasti bakal kesulitan nyari penerbit.

Tapi kalo agan mau mencoba jadi penulis musiman, silakan pake cara yang udah ane sebutin di atas. FYI, jaman sekarang banyak banget penulis freelance yang bisa hidup mapan, hanya dengan membuat naskah dengan tema yang lagi ngetrend di pasaran.

Wah, berarti ga ada jalan lain dong buat nembus penerbitan dengan karya yang gak ikut-ikutan trend?

Kalo kata pepatah, ada seribu jalan menuju Roma. Kita pake permisalan di atas: Agan nulis novel horor, dan tema itu lagi ga laku di pasaran. Agan cari penerbit yang sekarang lagi nerbitin novel horor. Percaya ga percaya, sampe sekarang masih ada kok penerbit yang nerbitin buku dengan tema yang gak bagus di pasaran--menurut data penjualan. Tapi ya resikonya, karena tema yang agan pilih ga bagus penjualannya, jangan terlalu berharap dapet royalti gede.

Ah, ane gak ngarepin royalti gan. Yang penting buku ane terbit, ane udah seneng kok.

Good! Then go for it!
Apa harus ada 'orang dalem' yang bantu ya?
TIDAK

Ane udah kerja di penerbitan selama hampir 2 tahun. Dulu adek ane pernah masukin novel dengan genre teenlit ke penerbit tempat ane kerja. Novel itu ditolak sama bos, karena tema teenlit udah gak laku. Waktu itu buku teenlit lagi jeblok2nya. Mungkin pembaca udah mulai jenuh kali ya? Padahal adek ane gan yang masukin naskah. Nyatanya, ditolak juga.

Jadi intinya, yang paling penting adalah:
  1. Kualitas tulisan agan kalo bisa di atas rata-rata.
  2. Tema naskah agan emang lagi bagus di pasaran.
  3. Agan memenuhi persyaratan teknis dari penerbit dengan baik.
Kalau tulisan agan busuk, meskipun punya kenalan orang dalem, tulisan agan gak akan diterima, sama kayak pengalaman adek ane. Ane berani jamin deh...

Sumber kaskus Forum Menulis Fiksi
Baca juga
Tips Menghadapi Penerbit
Hati-hati Memilih Penerbit (by Kiera)


TIPS AGAR NASKAH DILIRIK PENERBIT ALA DIDAY TEA 

Pada acara launching buku pertamanya yang berjudul “Oase Kehidupan dari Padang Pasir” di Rumah Dunia, pada sabtu, 9 Maret 2013 yang lalu, Diday Tea tak hanya berbagi tentang proses kreatifnya saat menyelesaikan tulisannya. Ia juga berbagi pengalaman saat mengiriman naskah buku pertamanya, yang sebelumnya berjudul “Gado-Gado Padang Pasir” tersebut agar bisa dilirik oleh pihak penerbit.

Nah, beberapa tips yang sempat saya tangkap dan rangkum dari ceritanya pada acara tersebut bisa langsung kita simak pada penjelasan berikut ini:
• Untuk naskah non fiksi sebaiknya, selain kita mengirimkan naskah lengkap yang sudah disertai biodata lengkap penulis, ada baiknya kita juga menyertakan penjelasan tentang apa saja kelebihan-kelebihan naskah yang kita tulis dibandingkan dengan naskah lain yang konteksnya sama dalam lampiran file terpisah.

• Lampirkan file yang menyebutkan segmen pasar dan calon pembeli yang akan siap membeli buku kita apabila buku kita di terbitkan. Nah, untuk tips yang satu ini akan sangat mudah jika kita sudah memiliki pembaca setia tulisan-tulisan kita yang biasa kita posting di note facebook, blog, website, fanpage atau di grup-grup komunitas yang kita ikuti.

Jadi mulai sekarang, nggak ada salahnya kalau kita mulai memberanikan diri untuk memposting tulisan-tulisan kita di jejaring sosial yang kita ikuti atau di blog dan website pribadi. Selain kita bisa mengetahui seberapa besar respon kawan-kawan ketika membaca tulisan-tulisan kita, kita juga bisa memiliki gambaran seberapa banyak pembaca yang akan bersedia membeli buku kita jika suatu saat diterbitkan.

Sebutkan media-media promosi apa saja yang akan kita gunakan untuk membantu mempublikasikan buku kita jika diterbitkan. Dalam hal ini penulis dituntut untuk tidak melulu mengandalkan pemasaran buku kita kepada pihak penerbit saja. Tapi kita juga harus berinisiatif ikut membantu bagaimana caranya agar naskah kita yang diterbitkan tersebut bisa terpublikasi dan dipasarkan dengan baik. Istilah kerennya sih menjadi “Writerpreneur”, ya menulis, ya memasarkan.

Nah, buat kamu-kamu yang mungkin sekarang lagi mempersiapkan naskah bukunya untuk dikirimkan ke penerbit, semoga tips ala Diday Tea yang saya tulis ini bermanfaat yak!

Selamat menulis!

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas