Buat temen penyair, mari ikut serta | Maret 2012

Wednesday 28 March 2012

Buat temen-temen penyair, mari berpartisipasi menyumbang puisi..
Mengenang seniman Murtidjono

http://obyektif.com/sastrabudaya/read/mengenang_seniman_murtidjono

Deadline akhir MARET 2012
Selengkapnya: Buat temen penyair, mari ikut serta | Maret 2012

(Arisan Kata 17) Merapu Sunyi

Tuesday 27 March 2012

: Murtidjono

disisasisa hening ini aku merapu sunyi
juga bekas jejak yang engkau tanam ditanah merah
mencaduk pesanpesan yang engkau kirim
dalam kerlap malam jua aku bersungut memaknai semua yang kau perankan
atas segenap kisah manusia
engkau hidup terus mengalir menguliti jalan sunyi

bahwa puisi bukan pula hal modular
yang membuat kita hanya puas terkapar
begitu saja
berhenti pada titik langkah
tidak juga engkau menjadi pandik
itu yang kutangkap dari senyum senjamu

di halaman, kosong oleh rerintik air hujan
debudebu beterbangan
beradu langkah dengan cengkiak
betapa muram tanahtanah ini
aku semakin tak mengerti
kukira maukuf saat ini, betapa pula aku ceroboh mengartikan sampaian
pesanpesan yang engkau tawarkan yang engkau pentaskan

namun masih ada waktu buat berkelana
akan kutautkan rindu dipenghujung malam
menyegel pintupintu asing
berukup tepat ditengah sunyi hitam
tingkar pikiran dan kepala dengan berjuta huruf yang berderetderet disekeliling
engkau hidup dikedalaman makna

hingga hilang sudah sunyi menjadi embun
maserasi fajar menggertak aorta
dan matamata yang malas enggan beranjak
memuncak tinggi di nirwana

Jakal KM 14 Jogja, 27 Maret 2012

*) Ekohm Abiyasa

** Kupersembahkan untuk Mengenang seniman Murtidjono

Juga dalam rangka ikut memeriahkan Arisan Kata 17 disini.

11 kata kunci yang digunakan:
  • Maukuf: iman yang tidak diterima, seperti halnya orang munafik yang imannya baru dapat diterima jika kemunafikannya telah hilang;
  • Merapu: memunguti (barang-barang yang terbuang atau tidak berguna); meminta sedekah;
  • Berukup: mengasapi diri dengan membakar setanggi, kemenyan, dsb; sudah diasapi dengan ukup;
  • Menyegel: membubuhkan meterai; membubuhkan cap (dengan lak dsb) pada surat rahasia; menutup rumah (bangunan, barang, dsb) yang disita dengan menempelkan segel pada pintu dsb;
  • Maserasi: pelunakan suatu benda karena suatu cairan; pelunakan jaringan karena terendam dalam cairan, terutama cairan asam, sehingga jaringan pengikat melarut dan bagian jaringan dapat dipisahkan (dalam histologi); perubahan degenerasi yang menyebabkan perubahan warna, pelunakan jaringan, disintegrasi janin yang masih dalam rahim setelah mati (dalam obstetri);
  • Mencaduk: mengangkat atau menaikkan (kepala, ujung belalai, dsb);
  • Sampaian: gantungan; sampiran;
  • Pondik: sombong;
  • Tingkar: me.ning.kar v mengepung (musuh, penjahat, dsb); mengelilingi;
  • Modular: bersifat standar;
  • Cengkiak: semut yang besar dan hitam warnanya;
Posting di multiply ekohm dan apresiasi puisi.
Selengkapnya: (Arisan Kata 17) Merapu Sunyi

(Fiksimini) Dunia Sunyi Ini Sangat Indah

Thursday 22 March 2012

Dunia sunyi ini terasa indah sekali. Aku menemu malam gelap. Tiada orang yang bisa menebak secara pasti apa yang aku rasakan. Betapapun kamu menilai salah, itu tidak akurat 100%. Yang tahu pasti hanyalah aku dan Tuhan. Dunia ini terasa asing bagimu, tetapi terasa sangat nyaman aku huni. Hei sunyi..

Dunia ini indah juga tak ada ukuran pasti untuk kebenaran. Orang punya pembenaran sendiri-sendiri. Penilaian sendiri-sendiri.

"Oh ini salah, mana data dan faktamu!!". 

"Tidak. Aku tidak butuh data dan fakta kawan. Yang kubutuhkan hanyalah imajinasi yang luas dan rasa yang tinggi".

"Uh, kau membentakku dengan menghujani pertanyaan-pertanyaan menohok itu. Betapa aku jadi orang bodoh seketika. Aku jadi kerbau, katak atau apalah itu. Serasa aku menikam sendiri jantungku!".

Berasa berada di pulau terasing. Asing seasing-asingnya. Oh Tuhan. Dilema atau memang bodoh diriku ini. 

Ternyata itu semua berakhir dengan termenung. Betapa itu adalah hal yang biasa. Ada hikmah dibalik itu semua. Betul, hikmah. Ingatlah kisah amplas. Meskipun dia terasa kasar, tapi sesungguhnya dia menghaluskan benda lain. Nah berkaca dari itu, meski orang lain berkata, bertingkah, menulis kata-kata kasar kepadamu, anggaplah dia seperti amplas yang menghaluskan perasaan dan hatimu. Sehingga engkau lebih berhati-hati terhadap segala ucapan dan tindakanmu.

Dunia sunyi ini sangatlah indah. Tak perlu orang lain mengacak-acak dunia ini. Sungguh kau berkuasa penuh atas dirimu. Kau hanya perlu mempertanggungjawabkan kepada Tuhan Semesta Alam.

Dunia sunyi ini indah, dunia puisi.

Jakal KM 14 Jogja, 22 Maret 2012

*) Ekohm Abiyasa
Selengkapnya: (Fiksimini) Dunia Sunyi Ini Sangat Indah

Chapter 6: Tiba-tiba Hujan

Tiba-tiba hujan. Pelataran basah. Jalanan basah. Kendaraan mencoba menepi. Orang sibuk dengan urusan masing-masing. Hanya satu pintaku, semoga tidak mati lampu. Ribet dan repot bila harus ngecek billing client satu-satu. Huft.

Mendung masih setia saja menyelimuti langit. Ku tancap saja lelaguan The SIGIT..

Tapi tiba-tiba saja, terang benderang. Hujan terkalahkan. Itu pertanda apa? Ya, aku suka membaca tanda-tanda dari alam.

Jakal KM 14, 22 Maret 2012
Selengkapnya: Chapter 6: Tiba-tiba Hujan

Chapter 5: Jenuh

Sudah tiga hari ini diriku terjebak dalam kekosongan. Seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Kesana kemari tak tentu arah. Dan tak punya tujuan jelas.

Duh hari!, kau cepatlah berlalu. Diri seperti terkubur hidup-hidup dalam mesin waktu. Aku menjumpai segala hal.

Ingin kesana tapi kaki seperti susah sekali buat melangkah ingin kesana, jarum hati menusuk-nusuk. Seperti permainan saja. Tak kuasa, lemah daya. Hanya ada secelah harapan. Yang ada, menunggu waktu.

Rasanya campur aduk saja. Menikam-nikam. Muka harus tebal biar tahan. Hati juga demikian biar tahan cercaan, fitnah dan kejahatan mulut manusia. Seharusnya aku mengikuti 'rasa' bukan pikir saja. Sebab pikir ini menipuku. Tidak membaur bersama teman-teman seperjuangan. Duh maafkan kawan. Segalanya memang tidak seperti yang kupikirkan, tidak juga yang kau pikirkan.

Semua butuh proses. Proses memerlukan waktu dan sebagainya. Kunci utamanya adalah 'sabar'. Ya bersikap sabar terhadap segala hal. Baik dan buruk.

Aku ingin waktu ini segera meninggalkanku. Pergi dari sini pergi menuju kehidupan yang lebih baik. Semoga. Lahaula wala quwwata illa billah..

Catatan pada tanggal 6 Oktober 2009
Karanganyar.
Selengkapnya: Chapter 5: Jenuh

Quote Hari Ini: Pengalaman dan Nasihat-nasihat

Pengalaman dan nasihat-nasihat pada masa sebelum kita disini(tempat baru) sebaiknya kau ingat-ingat dan pegang erat. Karena itu akan membantumu beradaptasi dengan lingkungan baru/asing.

Mojosongo, Senin  21 Desember 2009
Selengkapnya: Quote Hari Ini: Pengalaman dan Nasihat-nasihat

Chapter 7: (Catatan Spiritual) Beberapa Makna (Maksud) dari Gerakan-gerakan dalam Wirid #1

Beberapa makna (maksud) dari gerakan-gerakan itu.
  • Berdo'alah kepada Allah SWT. Selalu berdo'a kepada-Nya.
  • Pakai 'rasa hati', jangan pake pikir. Karena pikiran itu sering kali menipumu, sedang hati adalah lurus jalan. Tak pernah bohong.
  • Kurang menghormati orang lain. Sering-sering menghormati orang lain (sewajarnya). Misal orang yang emang pantas dihormati, guru, kepala sekolah, wanita yang lebih tua, bertuturlah yang baik pula.
  • Kurang beramal. Masih minim banget kamu dalam beramal.
Ketika dalam kesunyian aku bergerak mengikuti alur. Berbagai arah gerak terdapat menuju. Aku menyerupai seperti orang lain yang pernah kulihat atau dalam film laga televisi. Ada maknanya. Seperti telah tertulis.

Karanganyar, 24 Juli 2009
Selengkapnya: Chapter 7: (Catatan Spiritual) Beberapa Makna (Maksud) dari Gerakan-gerakan dalam Wirid #1

Chapter 3: Ketika Hidup Itu Sebuah Pilihan

Maka akan ku pilih sesuai naluri dan hati nuraniku. Sebab antara aku dan kau pastinya berbeda. Pun kau dengan dia atau mereka pastinya juga berbeda pula. Hanya dengan keyakinan sendiri kita memilihnya.

Sudah terlanjur 'nyemplung' kedalam telaga. Basah jadinya, sekalian saja aku mandi dan menyelam. Berkeliaran dan berpetualang dalam sunyi malam. Melanglang dunia. Menjelajahi alam mimpi dan batin. Lalu aku meraih sedikit kayuh buat kukebut. Menggapainya ternyata tak semudah yang kubayangkan. Namun sepertinya tinggal melangkah saja. Tanpa perlu ragu, tanpa keraguan. Yakinlah!

Tiap malam adalah pelajaran buat kita. Merenung dan bahkan meratap akan perbuatan selama ini, selama hari tadi. Sebab siang hari adalah duri-duri bertebaran lewat mulut-mulut nista. Dan malam banyak petuah bijak. Tinggal pilih dan pahami.


Karanganyar, 16 Juli 2009

Menikmati keadaan. Menuju sebuah kebaikan. Hidup bukannya apa-apa kalau kita tak melakukan apa-apa yang terbaik buat kehidupan kekal nanti. Melangkahlah dengan yakin dan pasti. Senyum kan kau raih. Insya Allah.
Selengkapnya: Chapter 3: Ketika Hidup Itu Sebuah Pilihan

(Fiksimini) Akhirnya Aku Merasakannya, dari Sebuah Dilema

Malam tak terlalu dingin. Dengan motor sebagai kendaraan, kami melewati perjalanan malam itu. Jalan yang panjang dan berkelok membuat aku agak capek. Bayangkan saja kami melewati bulak yang sunyi senyap. Hampir tiada manusia beraktifitas. Hanya hewan malam saja rupanya berkeliaran kesana kemari.
* * *

Sekitar jam delapan malam kami bergegas ke lapangan. Berangkat bersama-sama. Banyak teman rupanya. Aku sendiri tak kenal banyak. Yang datang dari berbagai daerah. Aku hanya kenal sebagian saja/beberapa saja.

Aku baru pertama kalinya ikut. Merasakan apa yang selama ini aku sedikit sekali pahami. Sedikit sekali aku tahu tentang 'itu'. Yah bertambah keyakinan saja aku akan hal itu. Aku merasakan sendiri. Aku melihat sendiri. Aku melakukannya sendiri. Aku bergerak seperti orang gila. Seperti film yang pernah ku/kau tonton di tv. Seperti jurusnya Jackie Chan yang pernah kulihat, Jurus Mabuk. Bergerak tiada aturan. Sekenanya saja melawan arus, mengikuti getaran. Ikuti saja dan rasakan. Berkelana. Kakiku capek juga lama-lama. Akhirnya aku jatuh juga. Bumi seakan berputar-putar dan kepalaku juga ikut berputar-putar. Hampir mau muntah. Heu. Istirahat sejenak.

Banyak pelajaran yang aku ambil selama perjalanan ini. Namun aku masih sangat sangat sangat kecil pengalaman dan ilmu. Ibarat mencelupkan jari ini ke dalam luasnya lautan/samudera. Sungguh banyak yang harus aku gali lebih dalam ini. Alam begitu luas. Tidak satupun tercipta kecuali ada makna/maksud/hikmah/gunanya.

Pelajaran pertama usai hampir tengah malam. Bergegas pulang. Kami sama-sama satu persaudaraan mulai saat itu (pikirku). Banyak teman itu menyenangkan.

Banyak pr yang harus kukerjakan. Banyak hikmah yang harus dipetik dari perjalanan hidup kita/ku. Allah telah menyediakan ini semua untuk umat manusia. Kita wajib bersyukur. Wajib.

***

Siang ini lumayan panas. Sepi lagi. Sedari pagi belum sarapan nasi. Heu. Tetep semangat jalani hari.

Jatipuro-Karanganyar 14 Juni 2009

*) Ekohm Abiyasa

Ketika malam-malam hening larut. Aku mendapat pelajaran pertama. Ya, nanti akan tahu. Suatu saat. Apa itu? Sebuah pengalaman yang tak kan terlupa. Mengubah hidupku. Pola pikir dan lain sebagainya. Salam.
Selengkapnya: (Fiksimini) Akhirnya Aku Merasakannya, dari Sebuah Dilema

(Fiksimini) Beradu dengan Sunyi dan Keheningan Lewat Tengah Malam

Semakin lama aku mengucapkan, semakin detak jantung ini terasa. Aku dikelilingi berjuta gambar, wujud tak jelas atau siluet-siluet besar. Berpusing-pusing diri malam tadi. Harusnya aku cari tempat hening sunyi. Tidak dalam kamar kotak yang berjejal.

Rasanya aku pernah mengalaminya sewaktu aku masih kecil. Di rumah mbah putri dulu, Setu. Semakin yakin semakin berputar-putar ombak pikiran ini. Kemana aku ikuti saja. Tidak aku tolak. Bukannya apa-apa. Ada saat jiwa ini mau memberontak keluar selesai. Tapi aku tahan saja.

Aku tidak lama-lama duduk bersila seperti tadi malam. Rasanya baru pertama kalinya dan bukan tempat yang cocok. Besok malam aku coba lagi. Sampai aku merasakan energi. Ya energi besar itu. Energi yang diberikan oleh pak Sofyan. Ya energi itu.

Allahu akbar! Sungguh luas laut hati dan jiwa. Aku belum dapat menyimpulkan kejadian-kejadian secara tepat. Aku masih terlalu awal untuk mempelajarinya. Kawan, bantu aku melihat.

Karanganyar, 09 Juni 2009

*) Ekohm Abiyasa

Ketika suara diesel buat acara perpisahan di MAN 2008/2009 tadi malam menyeruak. Membakar telingaku. Aku tak bisa konsentrasi 100%. Besok malam saya coba lagi. Di tempah jauh sana, Jatipuro. Insya Allah.
Selengkapnya: (Fiksimini) Beradu dengan Sunyi dan Keheningan Lewat Tengah Malam

(Fiksimini) Tentang Hujan, Orang Buta dan Dunia yang Membutakan

Kulihat orang itu diseberang jalan. Sembari menunggu seseorang/sesuatu sepertinya. Entahlah, hujan kala itu begitu menderas secara tiba-tiba.

Ternyata seseorang itu tak dapat melihat matanya alias tuna netra. Seseorang itu menunggu seseorang yang mungkin temannya. Lalu menyeberanglah mereka. Seseorang itu memukul-mukulkan tongkat kecilnya kedepan. Bagai mata bantu buat seseorang itu.
***

Sayup-sayup suara adzan Isya terdengar kala hujan itu. Aku lelah menanti riputnya matahari. Diam hening. Temanku baru saja masuk kedalam toko 'Stream' buat beli sesuatu. Entahlah.

Hujan mereda menelanku dalam larut. Akupun berjalan. Menuju keabadian. Dunia ini hanya sementara. Kurasakan saja.

Karanganyar, 7 Juni 2009

*) Ekohm Abiyasa

Ketika hujan gelap itu mengguyur tiba-tiba. Aku terjebak dalam dua dunia.
Selengkapnya: (Fiksimini) Tentang Hujan, Orang Buta dan Dunia yang Membutakan

(Fiksimini) Kau Datang Ketika Hujan Berkelana

Kau datang ke sini tadi malam. Bersama seorang temanmu. Namanya siapa aku lupa. Katanya dari Pati. Teman satu kampus kamu dan kost.

Ditengah kedinginan dan hawa yang menggigil kalian melintasi jalan-jalan. Debu-debu lenyap diri. Lalu kita istirahat sebentar saja. Tertawa mengolok diri masing-masing. Dan temanmu hanya ikut senyum dan tertawa. Disini, dikamar yang selalu aku tidur disini.

Lalu kau pamit pulang dulu ke rumah. Besok kau akan datang lagi buat menantang aku sebuah permainan. Ya, aku sanggupi saja. Bahkan kutantang balik. Hahaha.. Aku tertawa kecut.

Baiklah. Semoga kau selamat dan baik-baik saja selama menuntut ilmu. Disana, UIN Jogjakarta.

Karanganyar, 30 Mei 2009

*) Ekohm Abiyasa

Ketika tadi malam Nurcholis tiba-tiba dihadapanku. Tak kusangka ia pulang kesini. Malam menggigil benar. Sebab hujan tak deras, namun menghempas lepas.
Selengkapnya: (Fiksimini) Kau Datang Ketika Hujan Berkelana

(Fiksimini) Sepi Malam Ini dan Nenekku Sayang

Ini malam Sabtu jam 19:25. Rasanya sedari pagi tadi suasana sepi banget. Kepala sedikit berpusing. Entah karena apa. Entah. Senja beranjak pun masih sedikit pening.

Ku lihat dijalan Lawu ini seorang nenek berjalan sendiri. Menggendong entah itu bekal entah itu makanan. Duh aku miris melihatnya. Bukan apa-apa, aku hanya teringat seorang nenek yang paling baik kepadaku. Sungguh ku bisa saja menitikkan air mata ini jauh kedasar kerak bumi. Rasanya ku sangat sangat kehilangan seorang nenek terbaik di dunia yang pernah ada, yang pernah aku jumpai. Mbah Setu nama beliau. Taat beragama dan baik hati. Duh nenek andai saja engkau masih disini menemaniku melewati hari-hari. Sungguh beruntungnya aku. Tiada berat hati untuk melangkah. Sungguh Nek kau adalah permataku.

Ini ada sepenggal bait untukmu Nek, semoga engkau senyum disana.

...
biar tercipta malam
aku kan hilang
rindu rupa seorang nenek
angin telah menjemputnya

nisan pembaringan adalah intan
damaikan hati
terbanglah dengan tenang
terbanglah bersama pelangi

bungabunga indah dalam taman surga
menemu kebahagiaan
oh, engkau yang ku cinta maafkanlah kedustaanku

dia adalah berlian
memendarkan kebahagiaan

terbanglah dengan damai
terbanglah bersama kupukupu cantik

akan ku kenang selalu
akan ku ingat selalu
begitu banyak permata engkau berikan padaku

terbanglah dengan ceria
terbanglah bersama kemuliaan
terbanglah oh terbanglah bersama pelangi

Karanganyar,101206

Dipetik dari sini.
-oo0oo-

Kembali ke nenek yang kulihat tadi. Duh aku berdosa. Duh aku bersalah. Namun apa yang kusalahkan. Lantas mengapa semua ini bisa terjadi. Ya Tuhan.

Sepi tak beratur ini sepertinya masih ingin mempermainkanku saja.
Aku ingin membunuhnya.
Sekali saja.

Masih sepi saja. Makin sepi. Pintu merah muda itu kututup. Seperti menutup keterasingan diri pada dunia. Aku mau berkelana. Kemana melangkah pergi.

Karanganyar, 24 April 2009

*) Ekohm Abiyasa

Masih didalam ruang sunyi ini.
Selengkapnya: (Fiksimini) Sepi Malam Ini dan Nenekku Sayang

(Fiksimini) Malam Kelam

Aku berjalan mengikuti udara kala itu. Langit sepertinya tak henti menurunkan pusakanya. Air hujan yang sayup menderas. Menelanjangiku dan orang-orang disekitar. Sepertinya mereka terbius terhipnotis mengikuti suatu perintah. Entahlah aku sendiri sepertinya terkena. Sulit sekali menolaknya. Kacau. Menghitam mengabu langit dan pandangan.

Berhenti disuatu titik lokasi. Aku tak tahu dan tak menahu soal itu. Ada pemerkosaan seorang gadis oleh seseorang pria seperti Tora Sudiro. Anehnya sepertinya si gadislah yang mulai. Dan juga si pemuda juga beringasan orangnya. Lalu aku ketakutan berdiri seperti dibawah batu siap menikamku. Dan orang-orang berdatangan. Aku bersembunyi lalu keluar. Tapi anehnya orang-orang membiarkan sang pria tadi. Aku terheran kaget. Entahlah.

Lalu masih menuju kegelapan saja. Aku menurut saja. Aku ikuti saja. Berhenti lagi disuatu titik lokasi. Ada sebuah peristiwa menakutkan (menurutku). Satu orang ditangkap dua orang yang sepertinya satpam. Lalu satu orang itu ditendang kepala/mukanya dengan sepatu satpam. Dan berdarah-darah. Aku ngilu melihatnya. Ngeri. Dan kulihat juga disampingnya menjerit seorang perempuan menangis sambil memeluk seseorang. Dia juga berdarah-darah sepertinya. Seperti sebuah perkelahian. Namun entahlah. Peristiwa yang kualami ini sepertinya abstrak saja. Alam mana aku juga tak tahu. Ada sebuah pistol dan orang-orang berkerumun banyak. Banyak sekali. Lalu aku membayangkan sesuatu namun tak dapat pemecahan.

Malam itu berdarah-darah. Memekat rasanya dan mengerikan seperti neraka.

Dan sayup-sayup suara adzan subuh menuntun mataku terbuka.
-oo0oo-

Karanganyar, 18 April 2009

*) Ekohm Abiyasa
Selengkapnya: (Fiksimini) Malam Kelam

Chapter 2: "Aku"

Aku..
Kalau sudah merasa tersakiti, terjebak, tertipu dsb maka akan timbul rasa benci atau dendam yang entah kapan berakhirnya.
Itulah aku.
Harap maklum. Untuk saat ini kek na lagi emosi. Hahaha.. Tapi aku sempat tersenyum saat ini. Hatiku lagi kacau entah kenapa?

"Takut, siapa takut!!" Ada bisikan kecil dalam hati.

Entah dunia ini yang membuat pusing hening pening bingung atau aku saja yang terlalu dalam memikirkan. Entahlah. Sepertinya hujan tidak bisa menghapus kesedihan. Berhentipun tiada tanda-tandanya. Hujan jangan kau hukum kami.

Aku..
Tak mau terluka. Tak mau tersakiti. Tak mau tertipu. Tak mau diisengi(sungguh tidak suka). Mendendangkan sejenak lagu spirit itu. Biar lepas bebas penat dan dahaga.

Aku..
Terlalu naif untuk kau kecewakan.

Last Nite, semoga rasaku bertukar saat itu. Amin.

Karanganyar,02 Februari 2009
Selengkapnya: Chapter 2: "Aku"

(Fiksimini) "Bunuhlah Aku!"

Senja ini mengelabuhiku dalam rinai hujan yang lumayan deras. Dingin begitu menyergap sekujur tubuhku. Dan rasa kantuk masih menyerangku. Ah malas saja rasanya. Ingin melangkahkan kaki kesana, tapi hujan terlalu kuat disini. Kawan bunuhlah aku. Sebuah tekad yang hampir saja pudar. Harus bagaimana lagi?

"Sial hujan ini deras sekali"

Setelah tekad kuat untuk pergi kesana menerjang hujan yang makin menggila. Sudah tiga jam lebih tak henti-hentinya mengguyur kota. Sekarang sudah menjelang maghrib.

"Bunuhlah aku!"

Entahlah pikiran mana yang mempengaruhiku. Ada hal-hal lain yang memaksaku mengatakan itu. Entahlah tiada tahu aku.


Karanganyar, 30 Januari 2009

*) Ekohm Abiyasa
Selengkapnya: (Fiksimini) "Bunuhlah Aku!"

Chapter 1: Suara Bertahanlah!

Sore ini hujan turun deras membasahi sudut kota. Beberapa hari terakhir sekitar 3 hari yang lalu sungguh sangat menyiksa badan. Panas terasa dan pandangan mata sayu biru. Seperti pilu. Disegenap penjuru otak muncul banyak suara-suara. Suara-suara itu sangat menyiksa. Hampir setiap malam itu aku meracau. Dan kudengar suara-suara itu sangat jelas dikepalaku. Seperti sebuah penyesalan datang bertubi-tubi.

Karanganyar, 25 Januari 2009
Selengkapnya: Chapter 1: Suara Bertahanlah!

(Fiksimini) Pagi Ini dan Para Jaulah

Seorang ibu sangat sayang sama anaknya. Lover Boy. Itulah pilem pagi ini di bioskop TransTv. Yang mana sudah saya tonton dua kali di tempat yang sama. Deru kendaraan melintasi jalan Lawu pagi ini. Rasanya dingin menyerang dan lapar. Mata seakan tak mau terpejam sejak beberapa hari kemarin. Aku nikmati saja pagi ini. Hingga kusandarkan tubuhku pada dinding tangga toko emas Roda Jaya itu.

"Buk buatin teh anget yah" pintaku pada Bu Tin.

Seperti biasa aku selalu ngeteh dan menghabiskan banyak pagi disana, warung Bu Tin depan toko emas persis. Sembari nonton televisi aku nikmati saja sruput demi sruput teh ini. Nikmat sekali. Acara yang selalu dinantikan adalah bioskop TransTv. Ngantuk juga rasanya. Meski kupaksakan untuk tetap terjaga.

Sudah jam 04:53 pagi. Aku masuk saja ke net. Seperti biasa, ngempi. Ada tiga reply yang masuk. Ku balas satu persatu. Lepas baju sebab suasana kok panas/sumug gitu. Sambil ngetik sekenanya.

Rasanya aku memiliki dua perasaan kini. Senang dan cemas. Senang karena bakal memliki sesuatu yang saya idamkan sedari dulu. Cemas bilamana itu takkan tercapai. Berharap saja pada hal yang terbaik buatku. Semoga saja.

Adzan Shubuh sebentar lagi berkumandang. Siap-siap menjemput diri pada kegersangan. Menelan udara pagi cerah begini. Suara kendaraan makin terdengar. Aku tak mau pagi ini sia-sia. Yeah seperti inilah pagi-pagiku. Menunggu matahari bersinar. Dan aku bersiap memejamkan mata ini barang sejenak.
-oo0oo-
Selasa sore hari pukul 15:00an aku kembali ke masjid Pelita. Disana kujumpai banyak orang/rombongan jaulah. Banyak kujumpai hal-hal baru. Dalam rombongan terdiri/terdapat dari berbagai golongan. Berbagai macam suku, khilafiyah, latar belakang ekonomi dan pangkat jabatan. Sungguh luar biasa tekad para jaulah itu. Aku sempat berkenalan dengan bang Arman, Bang Irfan, Bang Ridwan dan siapa aku lupa namanya. Mereka dari Lampung. Juga masih ada beberapa yang aku lupa namanya. Kesemuanya berasal dari daerah yang berbeda. Ada yang dari Lampung-Sumatra, Kalimantan, Indramanyu-Jawa Barat, Sulawesi dan lain sebagainya.

Jadi teringat aku akan musafir beberapa bulan yang lalu. Abu Halim Muhammad nama beliau. Malam itu sehabis 'Isya hari Rabu 16 April 2008. Sedianya beliau mau pergi ke salah satu ponpes di Jawa Timur. Beliau berasal dari Riau, Pekanbaru. Sudah berkeluarga. Beliau dulunya pernah bekerja pada salah satu perusahaan di Jakarta sama orang Jepang. karena tidak betah dengan suasana kerja, maka beliau memutuskan untuk keluar dari perkerjaannya demi menjaga agamanya. Singkat cerita beliau singgah di masjid Perum Pelita karena kehujanan. Singgah sejenak melepas lelah dan penat sekitar sore hari. Sehabis 'Isya kami terlibat perbincangan ringan. Lalu kami beranjak mencari makan saja. Meluncur saja kami ke arah terminal Tegalgede/Bejen. Kami memesan seporsi nasi goreng dan seporsi soto. Nikmat sekali rasanya waktu itu.

Selepas makan malam kami bergegas kembali ke masjid Pelita. Bintang berhati riang kala itu. Sungguh malam yang indah. Dalam perjalanan kami terlibat kembali sebuah percakapan ringan. Hingga sampailah kami di masjid. Lalu tak berapa lama kamipun beranjak tidur. Melelapkan penat ini.

Pagi menjelang. Udara segar kuhirup dalam-dalam. Aku berniat mencari makan pagi alias sarapan ke pasar Tegalgede. Kebetulan sudah lama aku tidak beli sarapan disana. Sekalian jalan-jalan pagi. Selesai sarapan beliau pamit hendak pergi melanjutkan perjalanan mencari kita suci eh ke Jawa Timur. Ada beberapa pesan yang saya tangkap dari beliau pak Abu Halim Muhammad.
  • iman dari hati
  • iman dari mulut
  • iman itu butuh pengorbanan
  • perbaiki agama selekas mungkin
Dari pengorbanan akan timbul perasaan...

-oo0oo-

Jarum jam berdetik tak tik tak tik. Sekitar pukul 2 siang. Aku beranjak tidur siang. Para jaulah juga istirahat siang. Terngiang tiga hal :
  • dakwah masuk hidup
  • hidup untuk dakwah
  • dakwah sampai mati
Akhirnya sehabis Ashar aku kembali kerja. Yah semoga saja saya bisa ikuti langkah mereka. Insya Allah.


Jan 7, '09 6:57 PM

*) Ekohm Abiyasa
Selengkapnya: (Fiksimini) Pagi Ini dan Para Jaulah

(Fiksimini) Pulang Kampung

Pulang dulu menjenguk kampung. Dah sekian minggu ga pulang. Weits aku ketiduran sampai jam 12 siang. Sial. Aku beranjak ke MA N. Hasan mau tidur siang rupanya.

"Eh gimana jadi kan sepedanya ntar?"
"Jangan lupa yah. Tolong usahain banget yaw.."

Pengen sekali punya itu. Sepeda motor. Aku pinjam sepedanya Hasan buat mau pulang kampung. Tapi sebelumnya kami makan siang dulu. Digenjotnya pedal itu dan melaju ke arah barat dan belok ke selatan. Berhenti di utara kolam renang Teletubies. Jadi inget jaman sekolah dulu. Pernah aku mampir kesana dan makan bakwan goreng. Setelah kenyang kamipun beringsut pulang. Hasan kembali ke MA N aku ke kampung.

Sampailah aku di rumah sesungguhnya dalam beberapa puluh menit. Aku bicara pada ayah tentang niatku mau membeli sepeda motor bulan depan. Dan si ayah bilang ga bisa bantu buat nombok. Ya sudahlah ga usah dipikir, nanti aku cari jalan keluar. Sembari rebahan sebentar. Malah ketiduran sampai jam tiga. Wah ternyata panen kacang. Ibu merebus kacang mentah buat aku bawa kembali ke Karanganyar. Si Ayah juga merebus pisang yang sedianya besok saja sudah matang. Sempet Bawa Tri adikku muter-muter ke Pojok - Tepus Mojogedang.

"Bawa kacang mentahnya juga. Nanti buat direbus di masjid"

Cukup satu plastik saja. Nanti aku berikan sama pak Harsono ketua takmir masjid Perum Pelita, Popongan. Setelah pamitan pada ayah, ibu dan Tri akhirnya melajulah aku kembali ke Karanganyar.

Jan 4, '09 9:06 PM

*) Ekohm Abiyasa

Selengkapnya: (Fiksimini) Pulang Kampung

(Fiksimini) Sepeda Motor

...
lagulagu efekrumahkaca yang baru saya putar. mengiringi menemani malam/pagi ini. yea the kalongs was here-has been here-we will here.

hasanudin tadi belajar bikin e-mail. dan mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku. tentang e-mail itu sendiri. bisakah menyimpan data atau segala macem. bisakah e-mail itu hilang/terhapus dari komputer. apakah kalau sudah lama tidak dibuka bisa hilang... sluuuurrp! sejenak menenggak segelas susu jahe. dan aku juga menenggak habis teh jahe yang ku pesan tadi. wah eman-eman tiwas beli 2 pisang goreng dan 3 cakar ayam. tidak aku makan. hasan juga tidak memakannya.

sudah pukul 00:00 lebih. hasan pamit pulang. menuju man tempat dia menitipkan harapan masa depan. sebab disana niscaya kehidupan terjamin. lingkungan para guru.

"ya besok kamu kesini lagi saja kalau begitu. aku besok jaga malam kok. tenang saja.. "

melajulah dia dengan astrea 94-nya. sebelum meluncur pulang. sempet ada wacana/rencana baru yang buat aku tersenyum binar. (sejenak menghirup udara hening malam dingin) pak heru mau jual sepeda astrea-nya. dijual kurang dari empat juta. dan hasan pun sebelumnya juga berniat mau pinjam uang lagi dari koperasi sebesar lima juta.

"kalau kamu mau ntar saya pinjamin uang ko.. separuhnya. bayarnya gampang. ntar bisa diatur."

wah ini dia kesempatan emas. makasih banyak has,.. kau memang teman baikku selama ini. engkau memang sahabat sejatiku. menemani kegelisahanku. tempat segala pening aku curahkan. baiklah nanti kalau aku pulang kampung aku bilang dulu ama oran tuaku. makasih teman. makasih sahabat...

udara masih dingin. bahkan semakin dingin saja. otak ini pening sebentar. berputarputar.

Jan 2, '09 1:47 AM

*) Ekohm Abiyasa

Selengkapnya: (Fiksimini) Sepeda Motor

Step by Step

Kehidupan selalu bergerak dan ketika level kita sudah naik step by step, lalu kita pastinya akan mencari referensi/ilmu kepada orang atau apalah yang levelnya sama dengan kita atau lebih.

Semoga bermanfaat dan berkah apa-apa yang kita peroleh.
 
Jakal KM 14 Jogja, 14 Nopember 2012
Selengkapnya: Step by Step

Poetry Battle: Kemana Rindu Melangkah

Tuesday 13 March 2012

segaris jalan tanah berdebu
kaki-kaki tanpa sepatu
mengingatkan aku padamu..
kemana, dimana ujung langkahmu

di ujung senja yang merona
kau menghentikan langkahmu
menghisap pasir rindu didadamu
begitu katamu sampai aku lupa merajut rindu yang sama padamu


Ruang Maya, 9/13 Maret 2012

*) Blue Ilalang (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)

Diambil dari facebook
Selengkapnya: Poetry Battle: Kemana Rindu Melangkah

Poetry Battle: Karena Langit adalah Takdir

aku mencintaimu
karena cinta itu kamu
bagai langit biru
setelah mendung berlalu

adalah serona jingga
rindu yang menggurita
padamu cinta
karena langit adalah takdir kita bersama


aku mencintaimu
karena cinta itu kamu
lembayung senja berwarna dadu
diantara jarak dan waktu

adalah serupa sunyi
malam yang rindu
padamu kasih
karena musim telah memanggil kita menyatu


aku mencintaimu
karena cinta itu kamu
senyum yang tersipu malu
menghapus noda kelabu

adalah seputih melati
senja yang hening
mengutarakan rindu yang berkesudahan
karena kamu menyesapkan rindu terlalu jauh


Ruang Maya, 13 Maret 2012

*) Ditta Larasati (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)

Diambil dari BuMa on Facebook
Selengkapnya: Poetry Battle: Karena Langit adalah Takdir

(Fiksimini) Hatimu Spesial

Friday 2 March 2012

Cinta itu merah, semerah darahku yang mengalir dalam tubuhku. Begitu rindu menggebu. Rona senja yang menggelora. Rerintik air hujan yang berkeliaran. Suasana yang sangat aku inginkan. Tepat sekali buat menikmati kenangan atau hanya sekedar mengenang wajahmu yang ayu. Ditemani secangkir teh mungkin atau kopi. Kertas-kertas berserakan. Bait-bait puisi yang belum selesai aku bikin. Dirimu memang spesial bagiku. Hatimu sangat spesial.

Kapan lagi kita memesan sunyi yang seperti dulu. Indah rasanya bila kuingat-ingat kenangan yang ada. Segala tumpah ruah dalam otak ini. Ada geletar apa aku tak tahu. Inikah cinta itu? Aku hanya tak menyadarinya. Sekian waktu telah berlalu menyeret memori. Menguliti umur dan menghempaskan

Sesungguhnya hati ini tak memaksa untuk memiliki dirimu. Bagiku cinta itu tetap butuh logika atau rasio. Lihatlah kedalam diri. Siapa kamu? Bisa apa kamu? Bagaimana kamu? Itu adalah kata-kata salah seorang teman saya. Dan kurenung-renungkan, cocok juga.

Ah, tapi seperti dibuat gila aja bila ingat senyumanmu. Aku lihat ketulusan dimatamu. Entah benar atau tidak aku tidak tahu. Dan yang aku rasakan hanyalah sepenggal cerita saja. Pun juga dengan dirimu. Walaupun tak bisa bersatu nantinya, aku berpuas saja sampai apapun nantinya. Biarpun melati tak beraroma semerbak mengelilingi kita, sudah cukup bagiku. Kau pemanis dalam hidupku. Kau begitu special, hatimu. Dirimulah yang menggerakkan di banyak pepuisian yang ada. Disetiap napas, aku bermohon kepada Tuhan, sudilah kiranya Tuhan mengabulkan permintaanku.

"Ya Allah, tautkanlah hatinya dengan hatiku. Satukanlah kami, satukanlah kami, satukanlah kami. Jodohkanlah kami dihari yang berbahagia. Amin"

* * *

Kerlip malam mulai temaram. Rona jingga berpudar pekat menghitam. Ada sesuatu yang mengganjal hati. Benar ketidakpastian (sesuatu). Tak apalah, biarkan saja semuanya berjalan sendiri. 

Mari berdansa, mari bermain saja. Menikmati alam dan rona jingga sebelum benar habis kali ini.Tertawalah cinta, jangan kau bersedih oleh sebab apapun? Aku bersedia memapah kakimu kemana engkau pergi. Sekuat dan semampuku sayang.

Mari berdendang tentang lagu hujan dan senja yang bersemayam dalam hati kita. Kita eratkan rerinduan yang menggelora dalam cangkir-cangkir kopi. Mari bermain-main dengan pelangi. Hidupmu adalah pelangi. Kau adalah pelangi.

Mari lekatkan kening kita. Memadu sunyi diantara rerintik hujan yang berjelaga. Kita tautkan rindu dikejauhan. Hatimu hatiku. Puisi adalah hatimu.

Jakal KM 14 Jogja, 02 Maret 2012
Dalam sebuah Subuh

*) Ekohm Abiyasa
Selengkapnya: (Fiksimini) Hatimu Spesial

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas