Dunia sunyi ini terasa indah sekali. Aku menemu malam gelap. Tiada orang yang bisa menebak secara pasti apa yang aku rasakan. Betapapun kamu menilai salah, itu tidak akurat 100%. Yang tahu pasti hanyalah aku dan Tuhan. Dunia ini terasa asing bagimu, tetapi terasa sangat nyaman aku huni. Hei sunyi..
Dunia ini indah juga tak ada ukuran pasti untuk kebenaran. Orang punya pembenaran sendiri-sendiri. Penilaian sendiri-sendiri.
"Oh ini salah, mana data dan faktamu!!".
"Tidak. Aku tidak butuh data dan fakta kawan. Yang kubutuhkan hanyalah imajinasi yang luas dan rasa yang tinggi".
"Uh, kau membentakku dengan menghujani pertanyaan-pertanyaan menohok itu. Betapa aku jadi orang bodoh seketika. Aku jadi kerbau, katak atau apalah itu. Serasa aku menikam sendiri jantungku!".
Berasa berada di pulau terasing. Asing seasing-asingnya. Oh Tuhan. Dilema atau memang bodoh diriku ini.
Ternyata itu semua berakhir dengan termenung. Betapa itu adalah hal yang biasa. Ada hikmah dibalik itu semua. Betul, hikmah. Ingatlah kisah amplas. Meskipun dia terasa kasar, tapi sesungguhnya dia menghaluskan benda lain. Nah berkaca dari itu, meski orang lain berkata, bertingkah, menulis kata-kata kasar kepadamu, anggaplah dia seperti amplas yang menghaluskan perasaan dan hatimu. Sehingga engkau lebih berhati-hati terhadap segala ucapan dan tindakanmu.
Dunia sunyi ini sangatlah indah. Tak perlu orang lain mengacak-acak dunia ini. Sungguh kau berkuasa penuh atas dirimu. Kau hanya perlu mempertanggungjawabkan kepada Tuhan Semesta Alam.
Dunia sunyi ini indah, dunia puisi.
Jakal KM 14 Jogja, 22 Maret 2012
*) Ekohm Abiyasa
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)