Proses Berkarya

Monday, 30 March 2015

Ketika ingin belajar menulis puisi, kita sering mengalami mati ide. Berikut ada beberapa tips dan trik.

1. Tulis saja dahulu, edit kemudian
Pertama yang perlu dilakukan adalah tulis saja yang ada di kepala. Tulis saja kata-kata yang ada di otak. Sesingkat mungkin. Tulis kata-kata yang didapat lalu dirangkai sedemikian rupa. Kalau sudah selesai, kita edit/teliti lagi. Kata mana yang kiranya perlu pengembangan atau tambahan. Jadilah puisi!

2. Pemilihan kata yang sesuai
Pada tahap selanjutnya, saya sarankan untuk membuat puisi dengan pemilihan kata yang sesuai dengan tema agar semakin jelas dan terarah. Setiap kata punya banyak sekali makna. Kita bedah itu. Misal "batu". Batu punya makna keras, hitam, ada keterkaitan dengan air, sungai, laut dll. Dari eksplorasi makna kata itulah kita bisa mengembangkannya.

3. Memakai konsep
Pada saat kita sudah berada pada tingkatan yang lebih tinggi, saya sarankan untuk memakai konsep atau tema yang lebih spesifik agar tulisan (puisi) lebih terarah maknanya. Jika konsep itu dirasa membebani, maka jangan terlalu dihiraukan konsep itu. Lebih baik menulis sesuai kemampuan atau yang ada di kepala. Namun saya anjurkan untuk memakai konsep. Kita pakai konsep 10%, sisanya mengalir saja dari kepala.

4. Bergabung dalam komunitas sastra
Nah, ketika kita sudah merasa berada pada level setingkat lebih tinggi lagi, kita hendaknya menimba ilmu pada orang yang lebih luas pengalamannya. Kepada siapa sajapun kita juga bisa belajar menimba pengetahuan. Karena kita tidak mungkin kan berada pada level yang sama dari dahulu sampai kini?. Hadirilah acara-acara sastra di kota terdekat. Ikutlah bergabung dalam suatu komunitas sastra. Dengan begitu akan membuat kita semakin kaya pengetahuan dan tentunya menambah teman sehobi. Dengan begitu pula kita bisa mengembangkan karya berikutnya.

Banyak referensi yang perlu kita ketahui, minimal tahu saja sudah cukup. Dengan banyak berhubungan atau berkumpul dengan orang-orang yang sehobi atau sejalur dengan yang kita minati, tentu secara tidak langsung maupun langsung akan mempengaruhi kinerja kita dalam berproses/berpuisi. Ini sangat penting. Sebab kalau tidak, kita akan mati dan tenggelam. Tidak ada karya lagi yang akan terlahir dari jemari kita, dari keyboard laptop maupun komputer kita.

5. Pertajam naluri dan hati nurani
Ketika sudah berjalan tahap-tahap diatas, kita sering melupakan satu ini, melihat diri, yaitu menulis tentang diri kita sendiri, lingkungan dan sekitarnya. Kita sering mengangkat tema-tema besar di luar sana. Kita sering mengkritik habis-habisan orang lain. Namun kita luap mengkritik diri sendiri. Kita kdang-kadang melupakan naluri dan nurani hati sendiri. Inilah yang penting juga untuk diperhatikan. Kalau dalam bahasa lain orang menyebut "kemunafikan diri".

Pelajaran puisi pada tingkat sekolah baik SD, SMP maupun SMA hanyalah formalitas. Lebih jauh dan luas ditemukan di luar sekolah itu. Banyak orang yang menekuni dunia puisi dan hendaknya kita menimba ilmu pada mereka. Tentunya yang sesuai dengan minat kita.

Hingga pada akhirnya kita merasa pada tingkatan yang matang. Punya nama yang diperhitungkan dalam dunia sastra(puisi) di Indonesia. Orang-orang menyebut kita ""sastrawan".

Jakal KM 14 Jogja, 16 Nopember 2012

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas