Jogja, Benar Engkau - Antologi Puisi Bersama (Antologi puisi bersama 72 penyair: Satu Kata: Istimewa, Ombak Yogyakarta, 01 September 2012)

Wednesday, 5 September 2012

puasa kali ini adalah memungut sisa-sisa hening di jalan kaliurang
perjalanan sunyi istimewa di kota penuh fenomena
kulayarkan mata pada ujung silau matahari terbit
segumpal rindu dan cinta mengembang
biarkan kakiku meninggalkan jejak di antara belantara
menautkan sendiri kepingan manis dan pahit

benar, rinduku sekaram malam yang enggan berlari jauh
betah berdiskusi dengan angin dan dingin sejarah tua
sebuah kota dari perjalanan panjang negeri ini

benar, rinduku memantik sendiri dikeramaian yang riuh
betapa tunas sisa-sisa napas yang ada
berdiam dan merunut sejarah-sejarah prasasti abadi

engkaukah itu?
kota yang memanggilku berpaling sejenak dari hiruk dunia
kota yang berhasil memikatku dengan banyak seniman jalanan
kota yang membuatku bebas berekspresi

engkaukah itu?
kota yang memanggil naluriku menjerengkan kata-kata
kota yang berhasil memukauku dengan sederet bangunan dan jajanan
kota yang membuat air mataku mengalir ketika ku harus pergi

jogja, benar engkau
ketika rasa haus dan penasaranku tuntas di sini
jogja, benar engkau
ketika hatiku semakin terpatri menyandingkan katakata di malam sunyi
jogja, benar engkau
istimewa di hati dan sanubari

selamat malam jogja
pelabuhan kecil dalam dunia sunyiku

Jakal KM 8 Jogja, 30 Juli 2012

*) Ekohm Abiyasa

Masuk Antologinya,
from here
Satu Kata: Istimewa
Etape pertama mendekati babak akhir, tapi imajinasi & kreatifitas kita sesungguhnya sedang menapaki jalan sejarahnya. Mari bersaksi dengan cara kita tentang Yogyakarta. PUISI. Semoga bermakna bagi para penyair, PKKH UGM & tetap istimewa bagi Yogyakarta. Mohon maaf bila belum bisa memberikan langsung undangan ini. Kami tunggu kehadiran & kesaksian bersejarah Anda. Salam budaya!

@ 1 Sept 2012 (08.30-12.00)
Diskusi "Meneguhkan Kembali Peran Yogyakarta sebagai Ibukota Penyair"
Sepatah Kata:
1. Direktur PKKH UGM
2. Ketua Dewan Kebudayaan DIY
3. Wakil Bupati Sleman
Pembicara:
1. KRT. Jatiningrat (Kraton Yogyakarta)
2. Prof. Dr. Djoko Suryo (Sejarawan UGM)
3. Prof. Dr. Faruk HT (Budayawan FIB UGM)
Moderator:
Dr. Aprinus Salam, M. Hum

@ 1 Sept 2012 (19.30-23.00)
Orasi Budaya R. Ay. Sitoresmi Prabuningrat "Penyair Menatap Yogyakarta". Dilanjutkan Baca Puisi 72 Penyair "Satu Kata: Istimewa":

Link here
Satu Kata: Istimewa
Malam ini lama kami tunggu. Bukan kami yg merancang momentum, tapi Dia, pembuat skenario terhebat. Apapun, ini tetap sebuah kerja budaya yang--maaf dalam pandangan kami--istimewa. Maka, bila aral tak melintang, ikuti acara berikut ini:
1. Pembukaan: MC Indah Suryaningtyas
2. Pembacaan Maklumat 5 September 1945
3. Sepatah Kata Kurator: Wahjudi Djaja
4. Geguritan Keistimewaan: R Bambang Nursinggih
5. Orasi Budaya: R. Ay. Hj. Sitoresmi Prabuningrat
6. Baca Puisi 72 Penyair "Satu Kata: Istimewa"
7. Penutup
Semoga kehadiran anda & kesaksian para penyair dalam bentuk puisi menjadi pembuka kerja budaya berikutnya.

Salam budaya.


Link here
Orasi Budaya Bunda Sitoresmi Prabuningrat:
Di PKKH UGM pd launching antologi 'Satu Kata: Istimewa' Sabtu 1 Sept 2012, Bunda Sitoresmi membawakan orasi dalam bentuk puisi. Bagi sanak kadang yang belum mendengar atau membacanya--sambil menyongsong 5 Sept esok--ini saya kutipkan:

MASIH INGATKAH ENGKAU?
Masih Ingatkah Engkau saat kita bertemu?
Sudah berapa kali pertanyaan itu kulontarkan
bukan untuk menyangsikan ingatanmu namun sebagai penawar
sakitmu yang acap kambuh
Namun kali ini, pertanyaan kali ini adalah kabar dan doa
bahwa ingatanku masih tetap perawan
dan semoga engkau tidak sering sakit ingatan
Masih Ingatkah Engkau saat ªKű mengenalkan diri?
Saat itu aku hanya menyebut satu kata "Yogyakarta!"
Itulah nama panggilanku
Aku tak tega memberitahu nama lengkapku
Khawatir engkau akan kehabisan nafas
ketika mengejanya
Masih Ingatkah Engkau saat hendak menyematkan Bros
di dadaku ?
Engkau geleng-gelengkan kepalamu hingga setengah lingkaran
Usai melihat asal usul diriku serta caraku merawat tubuhku
Lalu, engkau teriakan :
"Zelbestuurende Landchappen! Daerah Swapraja!"
Engkau sendiri yang lalu menyematkan bros "Istimewa" dalam
namaku Lalu kau katakan,
"Inilah ijab kabul kebangsaan kita.
Teruslah kau rawat dirimu, dengan caramu !
Dan aku tidak patut mencampurimu."

Demikian ikrarmu sembari menyematkan tanda jadi.
Nomor kepegawaian negeri, 010 000 001.
Kepada Ngarsa Dalem, Sri Sultan HB-IX
Masih Ingatkah Engkau saat masoh ingatan dan sakit-sakitan ?
Kurawat engkau selama 1453 hari
Kuselumuti kamu dengan gerilya,
Kuseka demammu dengan 1 Maret
Dan aku pandu nyalimu dengan pagar bambu runcing
Agar nafas hidupku kembali segar
Namun, seiring kedewasaanmu,
engkau mulai berani menjamahku!

Mencoba menggauliku dengan aturan dikatan malu-malu
yang justru terasa memaksa dan menyiksa
Tempo hari, kau katakan jiwaku begitu langsing dan anggun,
Hingga engkau sendiri merasa tak layak menyentuhnya
Namun kini, kelangsingan jiwa yang tetap ku jaga
Engkau coba rebut dengan dalih berbagi
sementara asal usulku kau bumbui
sebagai biang keladi monarki.

*Yogyakarta 1 September 2012


Dan ternyata dibukukan, asiiik..  
Link here.
 Satu Kata: Istimewa
Alhamdulillah. Antologi Puisi "Satu Kata: Istimewa" telah selesai dg ISBN 978-602-7544-55-0. Kami ucapkan terima kasih atas atensi, diskusi & kiriman puisi ttg Yogyakarta, sekaligus mohon maaf kpd sobat yg puisinya belum bisa masuk antologi. Bukan kesengajaan tapi waktu jualah yg menjadi batas. Karena mayoritas tak menyertakan biodata, maka bagian ini kami tiadakan, semoga tak mengurangi makna.

Semoga ini menjadi kado & cendera mata istimewa utk Yogyakarta kita. Kelak kami undang sobat semua dalam diskusi-lauching & pembacaan puisi yg rencananya digelar di Pusat Kebudayaan Kusnadi Hardjasumantri (PKKH)-dulu Purna Budaya--UGM 1 September 2012.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H, mohon maaf lahir batin sbg amal ibadah Ramadhan kita diterima-Nya. amien

Hormat kami,
R. Ay. Sitoresmi Prabuningrat
Wahjudi Djaja

Daftar Isi
Pengantar Penerbit
Pengantar Kurator: R. Ay. Sitoresmi Prabuningrat
Pengantar Antologi: Prof. Dr. Faruk HT

• Agus Fahri Husein ”Sajak Bunga Tanjung”
• Amien Wangsitalaja ”Pacarku Tidak di Yogya”
• Ardi Kurniawan ”Menuju Peradaban Hari Ini”
• Anes Prabu ”Wasiat Ibu Perdikan”
• Anisa Afsal ”Doa Merapi” & ”Catatan Malam”
• Apinus Salam ”Yogyakarta: Musuh yang Setia”
• Arika Dimas ”Lanskap Senja di Kota Tua”
• Arsyad Indradi ”Dalam Kamar 045”
• Badrul Munir Chair ”Mataram”
• Bambang Irawan “Konsisten: jogjaku”
• Boedi Ismanto ”Yogya Istimewa”
• Boen Mada ”Jogja Tanpa Nama”
• Budhi Setyawan ”Sepanjang Nadi Yogyakarta”
• Budhi Wiryawan ”Kota Aksara”
• Catur Stanis ”Kembali Jogja”
• Cunong Nunuk ”Megatruh Jembatan Jalan Jendral Sudirman”
• Daru Maheldaswara ”Yogya Dalam Kalender Peradaban”
• Dedet Setiadi ”Potret Diri”
• DS Priyadi ”Di Bangku Panjang Itu”
• Es Arimba ”Di Relung Yogya”
• Ekohm Abiyasa ”Jogja, Benar Engkau”
• Faruk HT ”Malioboro”
• Fiki Yuandana ”Serambi Seribu Puspa”
• GM Sudarta ”Visit Ngayogjokarto Hadiningrat”
• Hajat Sarwoko, Stt ”Lukisan yang Menjerit”
• Hamdy Salad ”Monumen Yogya”
• Handrawan Nadesul ”Suatu Haru di Desa Petang, Bali”
• Hanggoro WS ”Jogya”
• Haryono Soekiran ”Yogyakarta Hinggap di Jidat Mata”
• Imam Hamidi ”Rasa Rumangsa, Tanggap Sasmita”
• Imtam Rus Ernawati ”Ambarketawang”
• Indrian Koto ”Yogyakarta: Kelahiran Kedua”
• Iqbal H. Saputra ”Tembang Isyarat”
• Johanda Karihadi ”Jogjakarta Kota yang Mengalir”
• Krishna Mihardja ”Malioboro”
• Kun Andian Anindito ”Ngelanggeran”
• Latief S. Nugraha ”Puisi dari Pelosok Yogya”
• M. Daniel Bangu ”Kerinduan”
• Maria Pakpahan ”Pernah Ada”
• Mathori A Elwa ”Jogja Duka Cina”
• Matroni el-Moezany ”Malioboro”
• Muh. Harya Ramdhoni ”Di Bawah Sinar Bulan Malam Ini”
• Moh. Ibrahim Ilyas ”Stasiun”
• Muh. Aswar Senja ”Senja di Yogyakarta”
• Nia Samsihono ”Senja di Sosrowijayan” & ”Stasiun Tugu”
• Ons Untoro ”Kulepaskan Nagariku Untukmu”
• Otto Sukatno ”Menjadi Yogya, Menjadi Indonesia”
• Puntung CM Pudjadi ”Senisono Kala Itu”
• Purwadmadi ”Izinkan Jogja Kurindu”
• Puspito Dewi ”Larungan di Laut Selatan”
• R. Bambang Nursinggih, S. Sn. ”Amanat 5 September”
• R. Toto Sugiharto ”Imogiri”
• Retno Iswandari ”Jogja Para Penyair”
• Riyadi ”Ballada Sungai Urban”
• Rudi Jesus ”Tarung” & ”Hoya Hoya”
• Sashmytha Wulandari ”Kembang Malam”
• Selendang Sulaiman ”Semedi Titik Istimewa”
• Shohifur Ridho Ilahi ”historiografity of vredeburg”
• Sholeh Ug ”Srimpi Sangupati”
• Susilaning Setyowati ”Pengantin Bukit Turgo”
• Sutirman Eka Ardhana ”Kepada Yogya” & ”Malioboro, 2057”
• Syam Chandra Manthiek ”Kuburan Nalar”
• Taberi Lipani ”Yogyakarta”
• Tia Setiadi ”Yogyakarta”
• Tulus Widjanarko ”Relikwi” & ”Malioboro”
• Uki Bayu Sedjati ”Debu di Sajadahku”
• Ulfatin Ch ”Jogja di Akhir 2010 & ”Yang Pergi Dan Kembali”
• Umi Kulsum ” (Selamat Malam Jogja)”
• Wadie Maharief ”Jumat Siang di Masjid Gedhe Kauman Yogya” & ”Kotagede, dan Jalan-jalan Sempit Itu”
• Wahyana Giri MC ”Bong Suwung Kulon Stasiun” & ”Gumuk Pasir Parangtritis”
• Wahjudi Djaja ”Dari Daulat Rakyat ke Daulat Konglomerat: Untuk HB IX & Romo Mangunwijaya”
• Waluyo Dimas ”Dari Balapan ke Tugu”

Link here
 Koran Merapi: Keistimewaan Yogya Menginspirasi Penyair.

Link here
 Koran Kedaulatan Rakyat: UU Keistimewaan Yogyakarta Momentum Penting Bangkitkan Kepenyairan.

Artikel terkait:
http://www.terasyogyakarta.com/meneguhkan-kembali-ibukota-penyair/
http://www.terasyogyakarta.com/72-penyair-yogya-persembahkan-puisi-mutakhir/
http://indonesiaartnews.or.id/eventsdetil.php?id=1601

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas