Poetry Battle: Undangan Persahabatan

Wednesday, 28 December 2011

dalam pagi menjelang pukul batu berjejer delapan apakah kau datang dalam kenangan kebersamaan 4 tahun yang lalu? sederet rupa hampir hilang akan terkejar waktu yang fana, kemudian kita bersua  tak adakah sepincuk surat bersinyal menghampirimu ? (dalam tanyaku) ataukah kau tak bersinyal sekarang adalah berupa deretan huruf dalam hape sinyal itu, membuat bergetar ingin bersua terima kasih bertubi mengingatkan deru langkah menyertai perjalanan kisah kita, temanteman gelak tawa kita tertinggal dan terukir disana sobat beranda...
Selengkapnya: Poetry Battle: Undangan Persahabatan

(Esai) Esai Tentang Dunia: Puisi dan Iman

Puisi dan Iman Oleh Mashuri* “Tapi aku tidak bisa menulis puisi kalau engkau menjamu tuhan dengan membunuh yang lain” Afrizal Malna, dalam puisi Taman Bahasa Puisi jelas berbeda dengan iman, tapi kadang juga bertemu dalam sebuah perjumpaan mesra. Tapi jangan andaikan pertemuan itu seperti sendok dan garpu di sebuah piring di meja makan, karena pertemuan itu kadang bisa berupa ngengat dan kertas, paku dan kayu, bahkan bisa serupa minyak dan air. Meski bisa pula bertemu seperti sepasang kekasih di ranjang pengantin. Tentu semua...
Selengkapnya: (Esai) Esai Tentang Dunia: Puisi dan Iman

(Fiksimini) Bertemu Teman di Suatu Majlis

Thursday, 15 December 2011

"Hey pelan-pelan!," ucap temanku. "Yah, didepan kencang, ga bisa ngikutin ntar" Sesampainya ditempat majlis, memilih tempat duduk. Banyak orang. Tentram kupandang. Baliho besar terpampang didepan. Dipanggung kehormatan. "Hey, Ko..!," sapa seorang teman lama. "Hey, disini juga ternyata kamu?" Percakapan hening. Merapikan penat sampai ditujuan nanti ya. Kami pulang ke beranda masing-masing. Karanganyar,...
Selengkapnya: (Fiksimini) Bertemu Teman di Suatu Majlis

Ibu, Kasih yang Tak Ternilai (Perfect World Indonesia: Event Terima Kasih Ibu, 24 Desember 2011 )

Wednesday, 7 December 2011

Pic from here Ibu, namamu berdenyut dalam nadiku membakar rindu dimalam sunyi mengalir butiran air mata menuntun kaki Ibu, derita mana yang lebih perih dari pengorbananmu segala ucap dan keringat selama ini tak mampu hanya kukagumi Ibu, serupa apa kasih yang kau beri padaku tak ternilai kiranya, tak terbalas apa yang kauberi namun ijinkan aku membuatmu tersenyum suatu saat nanti Karanganyar,...
Selengkapnya: Ibu, Kasih yang Tak Ternilai (Perfect World Indonesia: Event Terima Kasih Ibu, 24 Desember 2011 )

Poetry Battle: Seperti Lelaguan

Sunday, 4 December 2011

mencintaimu, seperti mencintai sebuah lelaguan yang kusuka ada geletar apa didalam darah berdebardebar memunculkan gairah tentang kerinduan yang terpendam ingin bersua kadang dirimu terlalu asing dan dalam hati tak yakin seperti mengejar layanglayang yang terputus oleh persaingan kapan rindu berkesudahan ? mungkin kamu memang layang-layang itu yang terputus.. kukejar.. dan ingin kumainkan kembali.. mungkin rindu itu sendiri adalah jelmaan lain dari layang-layang.. ditarik ulur.. kadang muncul.. kadang menghilang aku hanya ingin berucap kata...
Selengkapnya: Poetry Battle: Seperti Lelaguan

Poetry Battle: Jam yang Retak (Detak yang Retak)

Saturday, 26 November 2011

/1/ . "tak" ... "tak" ... "tak" mengentak meruak rata.. aku terjebak aku terhenyak ini apa? ... "tak" .. "tak" .. "tak" Semakin banyak! Ruang Maya, Nov 26, '11 5:52 AM *) Zelva Wardi /2/ kukira retak hanya menggertak dalam sepihak kukira tak hanya mengertak denyut berdetak jam retak Ruang Maya, 26 November 2011 *) Ekohm Abiyasa Taken from multipl...
Selengkapnya: Poetry Battle: Jam yang Retak (Detak yang Retak)

Poetry Battle: Segala Tentangmu

segala tentangmu / menjelma puisi / pahit yang legit sunyi yang kau beritak sesunyi rona pelangidiambang mimpi, yang terputus arteri Ruang Maya, 26 November 2011 *) Nana Podungge (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring) Taken from note's multipl...
Selengkapnya: Poetry Battle: Segala Tentangmu

Poetry Battle: Sepotong Senja di Pagi Hari

Monday, 31 October 2011

engkau mengirimiku sepotong senja di pagi hari saat kaca jendela mobil yang kutumpangi masih di bekasi embun dan jejak gerimis disepanjang jalan dan kita bisa menikmati bersamamemesan senja diufuk hatiberguling dalam keindahan rona jinggamemendam ketiadaan dalam kerenyahan tawatawa yang melupa sunyi alangkah indahnya jika setelah fajar menapak pagi kemudian tenggelam menjadi senja dalam waktu yang satu bukankan mereka sama-sama jingga? sama-sama awal dari segala waktu yang menyembunyi sunyi? adakalanya senyum buat seseorang yang dirundung...
Selengkapnya: Poetry Battle: Sepotong Senja di Pagi Hari

Poetry Battle: Senja di Kotamu

aku masih ingat semburat jingga yang menembus kacakaca jendela di dalam bus yang kita tumpangi engkau duduk di sebelahku, hanya diam mengeja letih di balik kedua kelopak matamu yang tertutup dan aku hanya tersenyum menikmati senjakala sambil menghitung waktu dan jarak ah, senja di kotamu selalu penuh kisah ya semburat memainkan kata atau jemari di kaca jendela rumah kian tenggelam rona jingga dia tetap setia pada lelaguan amarah yang tertimbun dalam dada Ruang Maya, 31 Oktober 2011 *) Jee(tegak) - Ekohm Abiyasa(miring) From her...
Selengkapnya: Poetry Battle: Senja di Kotamu

Poetry Battle: Kesetiaan dan Pencundang

Sunday, 30 October 2011

aku ingin kau menemaniku hingga tuhan memanggil walau usia berjarak asia dan afrika namun aku tetap setia.. setia yang berjarak atau bertepiluka menganga tiada pedulipada apa diri membasah hatiditemaram senja yang menyeret birahi hingga pulau berkembang biak dan gunung tumbuh dewasa meski pula menelan pil pahitsegalanya kadang terasa rumitwaktu-waktu yang terserat membunuh pelansiapa pencundang? nurani yang mengerti hati yang tahu siapapun itu kehidupan akan menjawabnya seperti keterasingan adanya mereka tak tahu siapa sesungguhnya sunyi kita...
Selengkapnya: Poetry Battle: Kesetiaan dan Pencundang

Poetry Battle: Cinta Bagiku

Saturday, 15 October 2011

bagiku cinta sederhana saja melihatmu tersenyum bagaimanapun caranya itu cukup dan akupun punya cara yang sederhana pula menuliskan namamu dalam lembar kertaskertas sudah cukup rasanya namun apakah kita hanya cukup berdiam menuntut angin yang berlalu lalang membawa butirbutir cinta sementara kita hanya tersenyum dalam keengganan meraihnya apakah cinta masih harus disampaikan jika lambaian tangan sudah pasti dia berikan cintaku adalah doa yang tak putus-putus cintaku adalah diam melihat dari kejauhan itu cukup kadang...
Selengkapnya: Poetry Battle: Cinta Bagiku

(Fiksimini) Nenek Penjual Gethuk

Thursday, 6 October 2011

Pagi-pagi benar simbah itu berjalan menuju pasar. Berbekal seperangkat tengggok dan gethuk made in sendiri. Aku menelan lidah sendiri. Berasa tertimpa benda besar dan berat kepala ini. Betapa hidup berjalan tiada henti. Karanganyar, 6 Oktober 2011 *) Ekohm Abiya...
Selengkapnya: (Fiksimini) Nenek Penjual Gethuk

Kumpulan Kutipan Pramoedya Ananta Toer

Tuesday, 4 October 2011

"Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya." (Minke, 202) Sumber. "Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai." (Magda Peters, 233) Sumber. Lebih lengkap: https://www.goodreads.com/author/quotes/101823.Pramoedya_Ananta_Toer http://contoh.org/kumpulan-kutipan-pramoedya-a...
Selengkapnya: Kumpulan Kutipan Pramoedya Ananta Toer

Poetry Battle: Jurang dan Kesetiaan

Sunday, 2 October 2011

jangan dekat-dekat jurang aku takut bila kamu jatuh terlalu dalam aku tak bisa lagi menarikmu keluar Uchi ya biarkan saja Musayka bila aku membiarkannya, aku akan kehilangan dia selamanya Uchi butuh waktu lama untuk mengeluarkan aku dari jurang itu kau tahu? apa makna kesetiaan? ya kau tahu, tapi semua berubah ketika negara api menyerang.. Ekohm kau tidak seharusnya jatuh kalau begitu Uchi maka kaupun memegang erat tangannya tak ingin dia pergi untuk selamanya bukankah hati ini akan terlalu risau bila harus mengenangmu ketika hujan...
Selengkapnya: Poetry Battle: Jurang dan Kesetiaan

Poetry Battle: Kalaulah Galau

Wednesday, 28 September 2011

galau Uchi kalaulah galau, meratap pisau diujung pena tinta bercucuran berhenti pada titik hijau, sang lelah menangkup kata pemberhentian pada lingkaran yang berputarputar mengasingkan Ekohm bebunyian ini terlalu bising denyut-denyut terlalu kuat menari di kepalaku galaaaauuuu Uchi galaumu mengangkasa ditampih petir jatuh menggelepar menjadi abu lalu hilang terembus air hujan Cakrawala tak hanya diam membisu Hutan tak pernah rela disembilu Air, udara, daun dan akar adalah satu dihisap dirinya diperkosa wujudnya lalu dibunuh begitu saja Musayka andai...
Selengkapnya: Poetry Battle: Kalaulah Galau

(Fiksimini) Seorang Nenek

Wednesday, 7 September 2011

Seorang nenek berjalan dipinggir jalan dan seorang bapak mengasah pisau didepan toko bambu miliknya. Matahari memeluk keringat mereka. Bekonang, 7 September 2011  *) Ekohm Abiyasa...
Selengkapnya: (Fiksimini) Seorang Nenek

Taman Telah Sunyi (SOLOPOS, 15 Mei 201)

Wednesday, 18 May 2011

menghitung deru napasmu berhamburan setiupsetiup seperti semerbak bunga taman beterbangan diudara penuh seluruh memandang tak ada lagi ceritacerita tentangmu yang seperti drama sinetron, katamu kutunggu deru jejak di jalan itu yang sering kita lewati bersama ketika senja menghangat detikdetik habis pula kisah taman telah sunyi tiada lagi kudengar napasmu menggelora ditelingaku senja telah menggigil pada ruh yang terpanggil tak ada perkabungan tak ada bunga kamboja sebagai pemisah jarak antara aku dan hasratmu Karanganyar, 30 Oktober 2010 *)...
Selengkapnya: Taman Telah Sunyi (SOLOPOS, 15 Mei 201)

Prasasti Abjad (SOLOPOS, 15 Mei 2011)

meredup cahaya senja lampulampu menyala waktu makan malam telah tiba tersaji diatas meja sendok berubah pena piring menjadi kertas yang siap menampung katakata temaram cahaya hurufhuruf beterbangan diatas kepala berjejal mengantri begitu lama memahatkan diri pada rindu menjadi prasastiprasasti abjad habis sisa perjamuan hurufhuruf hilang musnah kemana entah berderetderet kata dan kalimat memenuhi ruang mencatatkan diri pada sejarah sendok masih menjadi pena dan piring telah membatu menjadi prasastiprasasti indah Karanganyar, 5 April 2011 *)...
Selengkapnya: Prasasti Abjad (SOLOPOS, 15 Mei 2011)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

590187
 
Kembali ke atas