Resensi Novel Afrizal Malna "Kepada Apakah" (Jawa Pos, Minggu 27/04/14) oleh Berto Tukan

Tuesday, 29 April 2014

Judul                           : Kepada Apakah (Sebuah Novel) Penulis                         : Afrizal Malna Penerbit               ...
Selengkapnya: Resensi Novel Afrizal Malna "Kepada Apakah" (Jawa Pos, Minggu 27/04/14) oleh Berto Tukan

Jean Couteau: Setia Menjadi Penulis

(Dimuat di Majalah Arti, Edisi 021/November 2009) Teks dan Foto Wayan Sunarta “Bagaimana kabar? Masih terus menulis?” sapa Jean Couteau ramah, saat saya berkunjung ke rumahnya yang bersahaja di tepi sungai Ayung di kawasan Denpasar Utara. “Kabar baik, Pak Jean. Menulis jalan teruslah,” ujar saya.  “Ehm, bagus ya. Meski kita tahu menjadi penulis harus siap tetap miskin,” seloroh Jean...
Selengkapnya: Jean Couteau: Setia Menjadi Penulis

Pertemuan dengan Umbu

Oleh: Wayan Sunarta (Umbu Landu Paranggi) Pertemuan pertama saya dengan Umbu Landu Paranggi merupakan sebuah pertemuan yang sangat menjengkelkan sekaligus menggelikan, yang terus membekas dalam kenangan. Namun pertemuan-pertemuan selanjutnya merupakan anugerah tak ternilai yang ikut mempengaruhi perjalanan hidup saya, terutama ketika bergesekan dengan dunia puisi. Pada sebuah petang yang...
Selengkapnya: Pertemuan dengan Umbu

Si Kakek, Burung Bulbul, dan Garcia Marquez

Ruang Putih, Jawa Pos, Minggu 27 April 2014 Klik gambar untuk memperbesar Sumber: http://linkis.com/bit.ly/iFK...
Selengkapnya: Si Kakek, Burung Bulbul, dan Garcia Marquez

Fiksimini: Kabut Gelap

"Kiamat! Kiamat!" Orang-orang panik dan berlarian menuju tempat sembunyi. Kemana mereka akan bersembunyi? Sementara ini tak ada tempat yang baik untuk bersembunyi dari kuasa Tuhan. Oh! Aku cemas dan panik. Namun tak dapat berbuat apa. Aku tidak berlarian seperti orang-orang. Langit mendung. Cahaya matahari diselimuti kabut-kabut tebal berwarna abu-abu kehitaman. Aku benar-benar takut dan kawatir. Ini seperti puncak ketakutanku selama ini selain dosa-dosa yang ada di dalam tubuh ini. Di depanku, seorang penyair berdiri tegak menatap...
Selengkapnya: Fiksimini: Kabut Gelap

Fiksimini: Memancing

Aku, Ayah dan adik laki-lakiku pergi memancing di sebuah sungai. Sungai yang seringkali kudatangi untuk bermain dan mandi ketika siang mulai terik. Pukul sepuluh pagi. Aku sering mendapat ikan daripada ayah dan adikku. Ayah berujar, entah apa.  Kami kemudian menceburkan diri ke sungai yang dalamnya setinggi leherku. Kami berenang-renang. Tertawa dalam air. Bagaimana bisa? Wajah kami gembira. Terpukul oleh tangan, air-air sungai. Kami bermain air sampai puas. Kebahagian yang sederhana. Matahari semakin menyengat. Seperti panas...
Selengkapnya: Fiksimini: Memancing

Mengabdi pada Puisi

Monday, 28 April 2014

Bali Post Minggu Juli 1979. Sumber foto. Mengabdi Pada Puisi Teks: Wayan Sunarta cintalah yang membuat diri betah untuk sesekali bertahan karena sajak pun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan (Melodia, Umbu Landu Paranggi) Umbu Landu Paranggi telah mengabdikan lebih dari separuh hidupnya untuk puisi. Sejak masa-masa dia dinobatkan sebagai “Presiden Malioboro” pada tahun 1969-an,...
Selengkapnya: Mengabdi pada Puisi

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas