Twitter + Facebook
Ruang Arsip
-
►
2015
(26)
- April 2015 (6)
- March 2015 (8)
- February 2015 (8)
- January 2015 (4)
-
▼
2014
(93)
- December 2014 (2)
- October 2014 (4)
- September 2014 (1)
- August 2014 (6)
- July 2014 (9)
- June 2014 (7)
- May 2014 (4)
- April 2014 (15)
- March 2014 (6)
- February 2014 (13)
- January 2014 (26)
-
►
2013
(126)
- December 2013 (8)
- November 2013 (4)
- October 2013 (11)
- September 2013 (7)
- August 2013 (6)
- July 2013 (12)
- June 2013 (32)
- May 2013 (19)
- April 2013 (2)
- March 2013 (13)
- February 2013 (4)
- January 2013 (8)
-
►
2012
(294)
- December 2012 (18)
- November 2012 (48)
- October 2012 (117)
- September 2012 (2)
- August 2012 (1)
- July 2012 (1)
- June 2012 (3)
- May 2012 (5)
- April 2012 (42)
- March 2012 (24)
- February 2012 (5)
- January 2012 (28)
-
►
2011
(18)
- December 2011 (5)
- November 2011 (2)
- October 2011 (7)
- September 2011 (2)
- May 2011 (2)
-
►
2010
(2)
- October 2010 (2)
-
►
2009
(9)
- December 2009 (1)
- May 2009 (1)
- March 2009 (5)
- January 2009 (2)
-
►
2008
(5)
- September 2008 (1)
- August 2008 (2)
- February 2008 (2)
-
►
2007
(4)
- December 2007 (4)
Ruang Sunyi
Ruang Pengunjung
Translate
Resensi Novel Afrizal Malna "Kepada Apakah" (Jawa Pos, Minggu 27/04/14) oleh Berto Tukan
Tuesday, 29 April 2014
Judul :
Kepada Apakah (Sebuah Novel)
Penulis :
Afrizal Malna
Penerbit ...
Diposkan oleh Unknown di 4/29/2014 05:30:00 pm 0 Komentar
Label afrizal malna, resensi buku
Jean Couteau: Setia Menjadi Penulis
(Dimuat di Majalah Arti, Edisi 021/November
2009)
Teks dan
Foto Wayan Sunarta
“Bagaimana
kabar? Masih terus menulis?” sapa Jean Couteau ramah, saat saya berkunjung ke
rumahnya yang bersahaja di tepi sungai Ayung di kawasan Denpasar Utara.
“Kabar
baik, Pak Jean. Menulis jalan teruslah,” ujar saya.
“Ehm,
bagus ya. Meski kita tahu menjadi penulis harus siap tetap miskin,” seloroh
Jean...
Diposkan oleh Unknown di 4/29/2014 04:51:00 pm 0 Komentar
Label dunia tulis
Pertemuan dengan Umbu
Oleh: Wayan Sunarta
(Umbu Landu Paranggi)
Pertemuan pertama saya dengan Umbu Landu
Paranggi merupakan sebuah pertemuan yang sangat menjengkelkan sekaligus menggelikan,
yang terus membekas dalam kenangan. Namun pertemuan-pertemuan selanjutnya merupakan
anugerah tak ternilai yang ikut mempengaruhi perjalanan hidup saya, terutama
ketika bergesekan dengan dunia puisi.
Pada sebuah petang yang...
Diposkan oleh Unknown di 4/29/2014 04:46:00 pm 0 Komentar
Label umbu landu paranggi
Si Kakek, Burung Bulbul, dan Garcia Marquez
Ruang Putih, Jawa Pos, Minggu 27 April 2014
Klik gambar untuk memperbesar
Sumber: http://linkis.com/bit.ly/iFK...
Diposkan oleh Unknown di 4/29/2014 04:32:00 pm 0 Komentar
Label esai
Fiksimini: Kabut Gelap
"Kiamat! Kiamat!"
Orang-orang panik dan berlarian menuju tempat sembunyi. Kemana mereka akan bersembunyi? Sementara ini tak ada tempat yang baik untuk bersembunyi dari kuasa Tuhan. Oh!
Aku cemas dan panik. Namun tak dapat berbuat apa. Aku tidak berlarian seperti orang-orang.
Langit mendung. Cahaya matahari diselimuti kabut-kabut tebal berwarna abu-abu kehitaman. Aku benar-benar takut dan kawatir. Ini seperti puncak ketakutanku selama ini selain dosa-dosa yang ada di dalam tubuh ini.
Di depanku, seorang penyair berdiri tegak menatap...
Diposkan oleh Unknown di 4/29/2014 02:31:00 pm 0 Komentar
Label fiksiminiku
Fiksimini: Memancing
Aku, Ayah dan adik laki-lakiku pergi memancing di sebuah sungai. Sungai
yang seringkali kudatangi untuk bermain dan mandi ketika siang mulai
terik. Pukul sepuluh pagi.
Aku sering mendapat ikan daripada ayah dan adikku. Ayah berujar, entah apa.
Kami kemudian menceburkan diri ke sungai yang dalamnya setinggi leherku.
Kami berenang-renang. Tertawa dalam air. Bagaimana bisa? Wajah kami
gembira. Terpukul oleh tangan, air-air sungai. Kami bermain air sampai
puas. Kebahagian yang sederhana.
Matahari semakin menyengat. Seperti panas...
Diposkan oleh Unknown di 4/29/2014 02:06:00 pm 0 Komentar
Label fiksiminiku
Mengabdi pada Puisi
Monday, 28 April 2014
Bali Post Minggu Juli 1979. Sumber foto.
Mengabdi Pada Puisi Teks: Wayan Sunarta cintalah yang membuat diri betah untuk sesekali bertahan karena sajak pun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan (Melodia, Umbu Landu Paranggi)
Umbu Landu Paranggi telah mengabdikan lebih dari separuh hidupnya untuk
puisi. Sejak masa-masa dia dinobatkan sebagai “Presiden Malioboro” pada
tahun 1969-an,...
Diposkan oleh Unknown di 4/28/2014 04:43:00 pm 0 Komentar
Label artikel puisi, umbu landu paranggi
Subscribe to:
Posts (Atom)