Fiksimini: Kabut Gelap

Tuesday, 29 April 2014

"Kiamat! Kiamat!"

Orang-orang panik dan berlarian menuju tempat sembunyi. Kemana mereka akan bersembunyi? Sementara ini tak ada tempat yang baik untuk bersembunyi dari kuasa Tuhan. Oh!

Aku cemas dan panik. Namun tak dapat berbuat apa. Aku tidak berlarian seperti orang-orang.

Langit mendung. Cahaya matahari diselimuti kabut-kabut tebal berwarna abu-abu kehitaman. Aku benar-benar takut dan kawatir. Ini seperti puncak ketakutanku selama ini selain dosa-dosa yang ada di dalam tubuh ini.

Di depanku, seorang penyair berdiri tegak menatap langit. Kulihat di wajahnya, tanpa ada rasa takut dan semacamnya. Seperti orang kebanyakan. Dia begitu tenang. Orang-orang masih berlarian. Pikiranku sendiri semakin kalut. Buram!

* * *

Aku dan Sang Penyair naik mobil keliling ke suatu tempat. Di sebuah gang kecil mobil merayap. Kudapati orang-orang masih menyimpan cemas dan ketakutan. Aku pun demikian. Namun bersama Sang Penyair ini, seakan damai menyertaiku.

Sang Penyair berambut gimbal dan berkumis. Tahukah kau? Ia mirip Saut Situmorang. Iya! Benar-benar mirip sekali. Jangan-jangan ia meng-kloning diri di alam pikiranku. Sudah dua kali ini ia mampir di imajinasi dalam kepalaku.

Yang pertama, ada Katrin Bandell istri Sang Penyair. Aku meminjam sepeda motor Sang Penyair buat pulang. Kemudian selang beberapa hari, kiranya dua hari aku berkunjung ke rumah mereka untuk mengembalikan sepeda motornya. Tak ada kata-kata yang terucap. Senyuman tersungging dari mulut mereka. Ramah sekali dan baik.

Yang kedua, hanya Sang Penyair saja yang mampir di malam ini. Ia membawa damai.

Dari buku yang pernah kubaca, inilah yang dimaksudkan kejadi kiamat itu. Angin puting beliung berputar-putar mengitari cahaya matahari. Cahaya matahari kalah. Gelap semakin menjadi, dimana-mana.

Tobat tak segera datang. Namun cemas semakin akut. Ada apa ini?

Surakarta, April 2014

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas