Apa yang menyebabkan seorang penulis bisa tetap eksis membagikan pengetahuannya melalui tulisan? Jawaban singkatnya: karena ia terus belajar! Dengan terus belajar, ia akan mendapatkan peningkatan pengetahuan secara berlanjut, dan hal ini menjadi modal utama untuk dibagikan kepada para pembaca.
Kita
bisa bayangkan seperti apa jadinya jika seorang penulis bukanlah
seorang yang suka belajar. Mampukah ia bertahan dalam dunia
tulis-menulis dalam waktu yang relatif lama? Tentu sulit! Sebab, orang tidak bisa memberi kalau ia tak punya apa-apa untuk diberikan. Maka,
ia harus memiliki sesuatu untuk dibagikan. Sesuatu itu mungkin berupa
pengetahuan, informasi, atau lainnya. Oleh karena itu, kesediaan belajar
adalah faktor utama untuk menjadi seorang penulis. Jika tidak, bagai
sumur tanpa air, sang penulis akan mengalami kekeringan ide.
Untuk menjadi penulis-pembelajar, maka sejumlah langkah yang relevan dilakukan, yakni, pertama, selalu aktif menambah pengetahuan baru.
Untuk hal ini, ia akan membaca berbagai sumber informasi dan
pengetahuan, termasuk di dalamnya bergaul dengan banyak orang yang dapat
dijadikannya ‘guru’. Baginya, masyarakat adalah ‘universitas
kehidupan’, tempatnya meraup kebijaksanaan hidup, sebanyak-banyaknya dan
sedalam-dalamnya.
Kedua, menulis dengan pendekatan baru.
Dalam menulis, ia tak merasa harus menulis dengan pakem tertentu. Ia
lebih suka menyusun tulisan yang variatif dan senang berpetualang dalam
genre dan teknik penulisan. Sekali waktu ia mengarang puisi, sekali
waktu ia mengarang cerpen, sekali waktu ia menulis artikel opini, dan
sekali waktu ia mungkin menulis reportase. Wujud variasi lain, misalnya,
ia menulis dengan cara yang khas. Dia menulis dengan
nuansa argumentasi yang kuat, pilihan kata yang tepat dan bertenaga,
ungkapan-ungkapannya acap bernada filosofis, menggugah, dan memberi
insiprasi. Ciri khasnya tampak, tapi tidak pernah monoton.
Ketiga, senantiasa memperhatikan trend. Tema apa yang paling ngetop belakangan ini? Itulah pertanyaan utama yang dialamatkan kepada dirinya sendiri. Jika
ia menulis, maka dia akan berangkat dari tema yang paling baru
tersebut. Karenanya, ia sangat tertarik untuk senantiasa mengikuti
perkembangan pemikiran dan pemberitaan yang terjadi. Pergerakan
aktualitas suatu karya demikian cepatnya. Kini aktual, esok sudah tidak
lagi, karena disalip oleh kemunculan tema baru. Baginya, penulis yang
baik selalu berusaha menjaga aktualitas karyanya.
Keempat, rajin bergaul dengan para penulis untuk saling menyemangati.
Ia membuat jaringan, wahana yang bagus baginya untuk saling berbagi
informasi, pengalaman, dan motivasi dengan sesama penulis. Ia sering
bergaul dengan orang-orang yang bisa menyemangati dan memberinya
motivasi untuk melanjutkan karier penulisan. Untuk membangun semangat
berkarya, sesekali ia tak lupa mengikuti seminar motivasi di samping
menikmati buku-buku yang sejenis dengan itu. Tujuannya tiada lain agar
ia selalu terdorong untuk bekerja dengan penuh gairah dan energi,
sesuatu yang membukakan jalan untuk meraih sukses dan mampu bertahan
dalam perjalanan panjang di dalam dunia penulisan.
Seorang
penulis-pembelajar selalu ingat belajar dari berbagai sumber informasi
dan kehidupan pada umumnya. Seorang penulis-pembelajar selalu rendah
hati untuk belajar dari siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.
Seorang penulis-pembelajar senantiasa berada di dalam barisan
orang-orang yang menempuh perjalanan panjang ilmu pengetahuan dan
membagikan pengetahuannya demi kemajuan umat manusia. Seorang
penulis-pembelajar adalah dia yang selalu memperbaharui diri.
Selamat menulis, para penulis-pembelajar.
( I Ketut Suweca , 10 April 2012).
1 Komentar:
i want to be writer,,,,thanks for motivation
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)