saat kaca jendela mobil yang kutumpangi masih di bekasi
embun dan jejak gerimis disepanjang jalan
dan kita bisa menikmati bersama
memesan senja diufuk hati
berguling dalam keindahan rona jingga
memendam ketiadaan dalam kerenyahan tawatawa yang melupa sunyi
alangkah indahnya jika setelah fajar menapak pagi
kemudian tenggelam menjadi senja dalam waktu yang satu
bukankan mereka sama-sama jingga?
sama-sama awal dari segala waktu yang menyembunyi sunyi?
adakalanya senyum buat seseorang yang dirundung kelabu
dimalamnya yang sesunyi kapas dia merenggut sarisari bunga
ditenggelamkan dalam kesedihan yang menyatu
pesanpesan dalam botol masa lalu kita, masihkah kau mengingatnya?
tentu saja aku masih ingat pesanpesan yang pernah kita buat
saat kita berjalan tanpa kepala dan napasnapas kita tercekat di dalam botol menunggu lepas
hei, engkau yang membicara senja menjelang tiga pagi, ini malam kita masih tanpa kepala
berjalan bersama menuju hampa
sepasang kepak sayap cahaya diatas sana
turun membelai angin lembut mengitari atas kepala kita
menarinari kita dibuatnya
berapa senja ini kita melupa setiup napas yang hilang dari riwayat lelaguan
berlepasan sendiri pasirpasir menuju tempat terbuang
mengapung mempertimbangkan pesanpesan berlepasan
Ruang Maya, 31 Oktober 2011
*) Jee Asha (Tegak) - Ekohm Abiyasa (Miring)
Taken from here.
Next http://siteruterubozu.wordpress.com/2011/11/04/dalam-episode-perjalanan/