Poetry Battle: Sepotong Senja di Pagi Hari

Monday, 31 October 2011

engkau mengirimiku sepotong senja di pagi hari saat kaca jendela mobil yang kutumpangi masih di bekasi embun dan jejak gerimis disepanjang jalan dan kita bisa menikmati bersamamemesan senja diufuk hatiberguling dalam keindahan rona jinggamemendam ketiadaan dalam kerenyahan tawatawa yang melupa sunyi alangkah indahnya jika setelah fajar menapak pagi kemudian tenggelam menjadi senja dalam waktu yang satu bukankan mereka sama-sama jingga? sama-sama awal dari segala waktu yang menyembunyi sunyi? adakalanya senyum buat seseorang yang dirundung...
Selengkapnya: Poetry Battle: Sepotong Senja di Pagi Hari

Poetry Battle: Senja di Kotamu

aku masih ingat semburat jingga yang menembus kacakaca jendela di dalam bus yang kita tumpangi engkau duduk di sebelahku, hanya diam mengeja letih di balik kedua kelopak matamu yang tertutup dan aku hanya tersenyum menikmati senjakala sambil menghitung waktu dan jarak ah, senja di kotamu selalu penuh kisah ya semburat memainkan kata atau jemari di kaca jendela rumah kian tenggelam rona jingga dia tetap setia pada lelaguan amarah yang tertimbun dalam dada Ruang Maya, 31 Oktober 2011 *) Jee(tegak) - Ekohm Abiyasa(miring) From her...
Selengkapnya: Poetry Battle: Senja di Kotamu

Poetry Battle: Kesetiaan dan Pencundang

Sunday, 30 October 2011

aku ingin kau menemaniku hingga tuhan memanggil walau usia berjarak asia dan afrika namun aku tetap setia.. setia yang berjarak atau bertepiluka menganga tiada pedulipada apa diri membasah hatiditemaram senja yang menyeret birahi hingga pulau berkembang biak dan gunung tumbuh dewasa meski pula menelan pil pahitsegalanya kadang terasa rumitwaktu-waktu yang terserat membunuh pelansiapa pencundang? nurani yang mengerti hati yang tahu siapapun itu kehidupan akan menjawabnya seperti keterasingan adanya mereka tak tahu siapa sesungguhnya sunyi kita...
Selengkapnya: Poetry Battle: Kesetiaan dan Pencundang

Poetry Battle: Cinta Bagiku

Saturday, 15 October 2011

bagiku cinta sederhana saja melihatmu tersenyum bagaimanapun caranya itu cukup dan akupun punya cara yang sederhana pula menuliskan namamu dalam lembar kertaskertas sudah cukup rasanya namun apakah kita hanya cukup berdiam menuntut angin yang berlalu lalang membawa butirbutir cinta sementara kita hanya tersenyum dalam keengganan meraihnya apakah cinta masih harus disampaikan jika lambaian tangan sudah pasti dia berikan cintaku adalah doa yang tak putus-putus cintaku adalah diam melihat dari kejauhan itu cukup kadang...
Selengkapnya: Poetry Battle: Cinta Bagiku

(Fiksimini) Nenek Penjual Gethuk

Thursday, 6 October 2011

Pagi-pagi benar simbah itu berjalan menuju pasar. Berbekal seperangkat tengggok dan gethuk made in sendiri. Aku menelan lidah sendiri. Berasa tertimpa benda besar dan berat kepala ini. Betapa hidup berjalan tiada henti. Karanganyar, 6 Oktober 2011 *) Ekohm Abiya...
Selengkapnya: (Fiksimini) Nenek Penjual Gethuk

Kumpulan Kutipan Pramoedya Ananta Toer

Tuesday, 4 October 2011

"Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya." (Minke, 202) Sumber. "Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai." (Magda Peters, 233) Sumber. Lebih lengkap: https://www.goodreads.com/author/quotes/101823.Pramoedya_Ananta_Toer http://contoh.org/kumpulan-kutipan-pramoedya-a...
Selengkapnya: Kumpulan Kutipan Pramoedya Ananta Toer

Poetry Battle: Jurang dan Kesetiaan

Sunday, 2 October 2011

jangan dekat-dekat jurang aku takut bila kamu jatuh terlalu dalam aku tak bisa lagi menarikmu keluar Uchi ya biarkan saja Musayka bila aku membiarkannya, aku akan kehilangan dia selamanya Uchi butuh waktu lama untuk mengeluarkan aku dari jurang itu kau tahu? apa makna kesetiaan? ya kau tahu, tapi semua berubah ketika negara api menyerang.. Ekohm kau tidak seharusnya jatuh kalau begitu Uchi maka kaupun memegang erat tangannya tak ingin dia pergi untuk selamanya bukankah hati ini akan terlalu risau bila harus mengenangmu ketika hujan...
Selengkapnya: Poetry Battle: Jurang dan Kesetiaan

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas