Delapan Puisi Ekohm Abiyasa di Radar Surabaya (Minggu, 27/07/2014)

Sunday, 27 July 2014

Laela

kau tahu, La
manakala air mengalir dari dadamu
yang jatuh pecah
di situ aku menyumpatnya dengan puisi

kau tahu, La
manakala hujan jatuh tak kendali
di situlah aku mengubur kenangan muram
mengalirkannya bersama anak puisi
dari air matamu

Surakarta, April 2014


Jam

malam pecah
pada sebuah kelahiran waktu
sudah menjadi ritus

kepala berputar detak
nyanyi orkestra sepi
dalam pigura pertempuran

jam menanam kosong di bahuku
mata merebus mimpi berkali-kali
tubuh membentur sepi
amboi..

Surakarta, April 2014


Ekor Cicak

angin berdesir mempermainkan daun-daun
jatuh kemalangan
detak jam malam-malam

lelaki berkawan sunyi
begini jadi

cicak mangsa kucing
nyanyi tinggal ekor dicengkeram
begini jadi lelaki sunyi
menggelepar temaram

Surakarta, April 2014



Kunang-kunang Ibu

do'a-do'a kususun
tetes-tetes air mata ibu
mengamini langkah waktu

tamparan
dari serapah-serapah
yang terlontarkan

kemurahan Tuhan
menyalakan kunang-kunang ibu
ke dalam dada

pesan-pesan berbalas
kemuraman jalan petang
atau keberkahan Tuhan
menyalakan lampu-lampu kecil
dalam lelap
; mata-mata

Suarakarta, November 2013


Rindu Ini

segala kenangan
datang bertandang
di hati yang rumpang
bersama derai hujan

semakin lekat
gurauan-gurauan ini
bisikan-bisikan hangat
di telinga
nama-nama musim
terlewati

rindumu,
ya rindumu

sementara hujan
membikin gigil menjadi-jadi
ketakutan di luar perkiraan
rindu yang tersesat itu
terdampar

rindu ini
seperti geladak
menyalakkan hujan

Surakarta, November 2013


Nona Sunyi

Tuan Sajak mengajariku cara bercocok tanam
pada ladangmu yang berhimpun dingin bermalam-malam
pada ruang hatimu, Nona Sunyi

Tuan Sajak memberiku benih-benih huruf
ditaburnya pada rahim-rahim purbamu, Nona Sunyi
kuat dan tangguh-tangguhlah

Kini engkau berpaling kemana, Nona Sunyi
tiada kau gemburkan tunas-tunas rindu yang kutanam
sementara musim-musim berlayapan; berpayar-payar
meninggalkan penantian
meranggaskan rindu-rindu belia

Surakarta, November 2013


Sepanjang Rel Kereta

cinta bersembunyi dari pemburu
pada setiap stasiun
peron-peron menampung hujan

mereka sekedar menumpang
menitipkan bahu dan asap
yang berakar ingatan

perjalanan panjang
menyalin gerimis
; air mata yang manis

Surakarta, Oktober 2013


Prameks Yogya-Solo

1)
alismu seperti hujan hari kamis
rindu-rindu basah
tunas mulutmu yang klimis
senyuman manis

2)
sawah-sawah mengalah
pada parau kemarau
cumbu-cumbu hujan
sore ini tiada

hanya rerintik
menggugurkan daun-daun rindu
sungguh romantik

3)
roda-roda besi
berputar-putar
menyayat puisi-puisi
rindu yang melingkar

4)
dua perempuan itu
mengumbar percakapan
tentang cinta dan tawa
telingaku memuntahkannya

dua perempuan itu
anggun dan cekatan
merangkai cerita
sementara gerimis di luar jendela berhamburan
dan kereta pergi-datang; berlawanan

Yogya-Solo, Oktober 2013

Link http://www.radarsby.com/radarsurabaya%20pdf/6.pdf

2 Komentar:

Anonymous said...

salut dengan gerilya puisinya mas Eko. lanjutkan. salam karya..

Unknown said...

Terima kasih Pak Budhi Setyawan :) Salam SABUDI.

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas