Laela
kau tahu, La
manakala air mengalir dari dadamu
yang jatuh pecah
di situ aku menyumpatnya dengan puisi
kau tahu, La
manakala hujan jatuh tak kendali
di situlah aku mengubur kenangan muram
mengalirkannya bersama anak puisi
dari air matamu
Surakarta, April 2014
Jam
malam pecah
pada sebuah kelahiran waktu
sudah menjadi ritus
kepala berputar detak
nyanyi orkestra sepi
dalam pigura pertempuran
jam menanam kosong di bahuku
mata merebus mimpi berkali-kali
tubuh membentur sepi
amboi..
Surakarta, April 2014
Ekor Cicak
angin berdesir mempermainkan daun-daun
jatuh kemalangan
detak jam malam-malam
lelaki berkawan sunyi
begini jadi
cicak mangsa kucing
nyanyi tinggal ekor dicengkeram
begini jadi lelaki sunyi
menggelepar temaram
Surakarta, April 2014
Kunang-kunang Ibu
do'a-do'a kususun
tetes-tetes air mata ibu
mengamini langkah waktu
tamparan
dari serapah-serapah
yang terlontarkan
kemurahan Tuhan
menyalakan kunang-kunang ibu
ke dalam dada
pesan-pesan berbalas
kemuraman jalan petang
atau keberkahan Tuhan
menyalakan lampu-lampu kecil
dalam lelap
; mata-mata
Suarakarta, November 2013
Rindu Ini
segala kenangan
datang bertandang
di hati yang rumpang
bersama derai hujan
semakin lekat
gurauan-gurauan ini
bisikan-bisikan hangat
di telinga
nama-nama musim
terlewati
rindumu,
ya rindumu
sementara hujan
membikin gigil menjadi-jadi
ketakutan di luar perkiraan
rindu yang tersesat itu
terdampar
rindu ini
seperti geladak
menyalakkan hujan
Surakarta, November 2013
Nona Sunyi
Tuan Sajak mengajariku cara bercocok tanam
pada ladangmu yang berhimpun dingin bermalam-malam
pada ruang hatimu, Nona Sunyi
Tuan Sajak memberiku benih-benih huruf
ditaburnya pada rahim-rahim purbamu, Nona Sunyi
kuat dan tangguh-tangguhlah
Kini engkau berpaling kemana, Nona Sunyi
tiada kau gemburkan tunas-tunas rindu yang kutanam
sementara musim-musim berlayapan; berpayar-payar
meninggalkan penantian
meranggaskan rindu-rindu belia
Surakarta, November 2013
Sepanjang Rel Kereta
cinta bersembunyi dari pemburu
pada setiap stasiun
peron-peron menampung hujan
mereka sekedar menumpang
menitipkan bahu dan asap
yang berakar ingatan
perjalanan panjang
menyalin gerimis
; air mata yang manis
Surakarta, Oktober 2013
Prameks Yogya-Solo
1)
alismu seperti hujan hari kamis
rindu-rindu basah
tunas mulutmu yang klimis
senyuman manis
2)
sawah-sawah mengalah
pada parau kemarau
cumbu-cumbu hujan
sore ini tiada
hanya rerintik
menggugurkan daun-daun rindu
sungguh romantik
3)
roda-roda besi
berputar-putar
menyayat puisi-puisi
rindu yang melingkar
4)
dua perempuan itu
mengumbar percakapan
tentang cinta dan tawa
telingaku memuntahkannya
dua perempuan itu
anggun dan cekatan
merangkai cerita
sementara gerimis di luar jendela berhamburan
dan kereta pergi-datang; berlawanan
Yogya-Solo, Oktober 2013
Link http://www.radarsby.com/radarsurabaya%20pdf/6.pdf
Twitter + Facebook
Ruang Arsip
-
►
2015
(26)
- April 2015 (6)
- March 2015 (8)
- February 2015 (8)
- January 2015 (4)
-
▼
2014
(93)
- December 2014 (2)
- October 2014 (4)
- September 2014 (1)
- August 2014 (6)
- July 2014 (9)
- June 2014 (7)
- May 2014 (4)
- April 2014 (15)
- March 2014 (6)
- February 2014 (13)
- January 2014 (26)
-
►
2013
(126)
- December 2013 (8)
- November 2013 (4)
- October 2013 (11)
- September 2013 (7)
- August 2013 (6)
- July 2013 (12)
- June 2013 (32)
- May 2013 (19)
- April 2013 (2)
- March 2013 (13)
- February 2013 (4)
- January 2013 (8)
-
►
2012
(294)
- December 2012 (18)
- November 2012 (48)
- October 2012 (117)
- September 2012 (2)
- August 2012 (1)
- July 2012 (1)
- June 2012 (3)
- May 2012 (5)
- April 2012 (42)
- March 2012 (24)
- February 2012 (5)
- January 2012 (28)
-
►
2011
(18)
- December 2011 (5)
- November 2011 (2)
- October 2011 (7)
- September 2011 (2)
- May 2011 (2)
-
►
2010
(2)
- October 2010 (2)
-
►
2009
(9)
- December 2009 (1)
- May 2009 (1)
- March 2009 (5)
- January 2009 (2)
-
►
2008
(5)
- September 2008 (1)
- August 2008 (2)
- February 2008 (2)
-
►
2007
(4)
- December 2007 (4)
Ruang Sunyi
Ruang Pengunjung
Translate
Delapan Puisi Ekohm Abiyasa di Radar Surabaya (Minggu, 27/07/2014)
Sunday, 27 July 2014Diposkan oleh Unknown di 7/27/2014 03:20:00 pm
Label publikasi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 Komentar:
salut dengan gerilya puisinya mas Eko. lanjutkan. salam karya..
Terima kasih Pak Budhi Setyawan :) Salam SABUDI.
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)