Mengapa
proses penulisan sebuah artikel menjadi begitu lambat dan
tersendat-sendat? Mengapa aktivitas menulis bisa menjadi biang keladi
frustrasi dan menggoda niat untuk berhenti? Adakah penyebab
masalah ini sampai-sampai membuat orang enggan melanjutkan menyusun
artikel, bahkan mengurungkan niat menjadi penulis sukses? Ternyata, dari beberapa kasus yang banyak dikeluhkan, kesulitannya antara lain terletak pada keinginan untuk menyusun tulisan yang sempurna pada saat memulai menulis, sesuatu yang mustahil diperoleh.
Mari kita bahas lebih jauh. Menulis adalah menulis. Menulis itu bukan mengedit. Itu pasti. Harus dipisahkan antara pekerjaan menulis naskah dengan mengedit naskah.
Dua hal yang berbeda, yang tak elok kalau dicampur aduk. Kalau dipaksa
dicampur aduk, maka proses penulisan akan berlangsung sangat lambat, dan
bahkan bisa membuat penulisnya frustrasi karena artikelnya tak kunjung
selesai. Lalu, bagaimana?
Jika kita hendak menulis, ya, menulis saja. Tulislah ide-ide yang dimiliki, baik yang sudah dibuat dalam bentuk outline
maupun yang hanya tersimpan di dalam benak. Tulis dan tulis terus
hingga selesai. Jangan pedulikan kalau terjadi kesalahan ketik, jangan
pula pedulikan kalau belum sistematis penyajiaannya. Pokoknya, tulis dan
tulis saja sampai seluruh ide habis tertuang. Jika dalam proses penulisan muncul godaan untuk mengedit, jangan pernah diindahkan. Menulis dan teruslah menulis sampai ide-ide yang ingin dituangkan tuntas. Jangan pernah menghakimi tulisan yang baru lahir dari ruang pikir kita. Tabu!
Usai menulis keseluruhan ide, barulah mulai memikirkan untuk mengedit. Sebelum memulai mengedit sebuah artikel, ada baiknya beristirahat dulu sejenak agar pikiran kita fresh, segar kembali. Kita bisa memilih aktivitas lainnya untuk, sementara waktu, melupakan draft artikel
itu. Kemudian, pada saat kembali ke depan komputer, barulah memulai
mengedit artikel tersebut. Lakukan secara perlahan-lahan dari awal
hingga akhir. Yang diedit mengangkut, misalnya, kesalahan pengetikan,
pilihan kata, penalaran, dan sistematika.
Keberhasilan menulis 50 persen ada pada penyusunan draft dan 50 persen lainnya terletak pada kemampuan mengedit. Kemampuan mengedit artikel meliputi antara lain kecermatan berbahasa, ketepatan penalaran, yang dilandasi kesabaran. Kecermatan yang tinggi akan membawa sebuah karya pada tingkat kesalahan yang sangat kecil. Kesabaran
yang baik terwujud melalui kesediaan menjalani proses pengeditan secara
perlahan-lahan dan berulang-ulang sebelum dipublikasikan. Penulis yang
sabar dalam editing akan menghasilkan artikel yang ‘gue
banget’. Maksudnya, apa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang unik,
khas, dan mencerminkan kepribadian sang penulis.
Oleh karena itu, mari menulis dengan, pertama-tama, menulis an sich.
Setelah selesai, barulah dilakukan pengeditan secara cermat dan penuh
kesabaran. Semoga dengan begitu akan tercipta karya yang ‘bersih’ dan
‘gue banget’.
( I Ketut Suweca , 19 Maret 2012).
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)