Pernahkah sahabat mendengar nama Ajahm Brahm? Benar, Ajahm Brahm
adalah seorang biksu penulis buku “Si Cacing dan Kotorannya” yang
terkenal dan sangat laris itu. Di samping buku tersebut, ia juga
menulis buku lainnya, diantaranya berjudul “Superpower Mindfullness”,
dan “Hidup Senang Mati Tenang.”
Pada saat memberikan ceramah bertema “All is Well” yang dihadiri
sekitar 5.000 orang peserta di Jakarta baru-baru ini, seorang peserta
bertanya, “Apakah Ajahm Brahm pernah merasa kesepian?” Anda tahu, apa
jawaban biksu kelahiran London, Inggris ini?
Katanya, “Saya tak pernah kesepian karena selalu didampingi sahabat sejati, yaitu diri saya. Menjelang tidur, saya menyapanya, ‘Selamat tidur Ajahm Brahm… sleep well‘. Kalau bangun pagi, saya katakan salam, ‘Good Morning, me …” “Kalau Anda melakukannya, maka Anda tak akan pernah merasa kesepian,” ujarnya.
Nah, Ajahm Brahm adalah seorang biksu dan penulis yang tak pernah merasa
kesepian. Bagaimana dengan Anda, para penulis? Sebagai penulis, apakah
Anda pernah merasa kesepian?
Pekerjaan menulis memerlukan lingkungan yang kondusif. Suasana yang
tenang dan sepi bisa mendorong penulis untuk berkarya secara maksimal.
Secara fisik, mungkin seorang penulis terdorong untuk menyepi dari
hiruk-pikuk kota semata-mata untuk berkarya, sehingga sampai ada yang
menyewa vila untuk merampungkan novelnya, atau bahkan membuat rumah jauh
di pegunungan agar bisa berfokus melakoni perannya sebagai penulis.
Bagi penulis, dalam suasana lingkungan fisik yang sepi,
terdapat keramaian dan kesuntukan. Artinya, ketika seorang penulis
menyepi, sejatinya ia sedang bergabung dan bergumul dengan ‘keramaian
ide-ide’ yang bersliweran di dalam ruang pikirnya. Keramaian di dalam pikiran itu membuatnya tenggelam dalam kesuntukan, tak lagi hirau dengan lingkungan fisik di sekitarnya. Ia sudah berada dalam state of mind, saat pikiran berada dalam gelombang gagasan yang bergerak berkelindan dan akhirnya mengalir menuju muara penulisan. Kala itu berlangsung, tangannya terus saja menari di atas tuts keyboard laptop.
Jadi, secara rohaniah, jika sedang menulis, seorang penulis tak akan
merasa kesepian. Ide-ide jatuh bagai hujan yang mengguyur pikirannya,
membuatnya lupa waktu, lupa tempat, lupa bahwa hanya dia sendiri berada
di tempat itu. Dalam keadaan seperti itu, adakah yang disebut dengan
kesepian?
Ajahm Brahm tidak pernah merasa kesepian. Bagaimana dengan Anda?
( I Ketut Suweca , 22 Maret 2012).
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)