Penulis yang Kesepian!

Tuesday, 10 April 2012

Pernahkah sahabat mendengar nama Ajahm Brahm? Benar, Ajahm Brahm adalah seorang biksu penulis buku “Si Cacing dan Kotorannya” yang terkenal dan sangat laris itu. Di samping buku tersebut, ia juga menulis buku lainnya, diantaranya berjudul “Superpower Mindfullness”, dan “Hidup Senang Mati Tenang.”

Pada saat memberikan ceramah bertema “All is Well” yang dihadiri sekitar 5.000 orang peserta di Jakarta baru-baru ini, seorang peserta bertanya, “Apakah Ajahm Brahm pernah merasa kesepian?” Anda tahu, apa jawaban biksu kelahiran London, Inggris ini?

Katanya, “Saya tak pernah kesepian karena selalu didampingi sahabat sejati, yaitu diri saya. Menjelang tidur, saya menyapanya, ‘Selamat tidur Ajahm Brahm… sleep well‘. Kalau bangun pagi, saya katakan salam, ‘Good Morning, me …” “Kalau Anda melakukannya, maka Anda tak akan pernah merasa kesepian,” ujarnya.

Nah, Ajahm Brahm adalah seorang biksu dan penulis yang tak pernah merasa kesepian. Bagaimana dengan Anda, para penulis? Sebagai penulis, apakah Anda pernah merasa kesepian?

Pekerjaan menulis memerlukan lingkungan yang kondusif. Suasana yang tenang dan sepi bisa mendorong penulis untuk berkarya secara maksimal. Secara fisik, mungkin seorang penulis terdorong untuk menyepi dari hiruk-pikuk kota semata-mata untuk berkarya, sehingga sampai ada yang menyewa vila untuk merampungkan novelnya, atau bahkan membuat rumah jauh di pegunungan agar bisa berfokus melakoni perannya sebagai penulis.
 
Bagi penulis, dalam suasana lingkungan fisik yang sepi, terdapat keramaian dan kesuntukan. Artinya, ketika seorang penulis menyepi, sejatinya ia sedang bergabung dan bergumul dengan ‘keramaian ide-ide’ yang bersliweran di dalam ruang pikirnya. Keramaian di dalam pikiran itu membuatnya tenggelam dalam kesuntukan, tak lagi hirau dengan lingkungan fisik di sekitarnya. Ia sudah berada dalam state of mind, saat pikiran berada dalam gelombang gagasan yang bergerak berkelindan dan akhirnya mengalir menuju muara penulisan. Kala itu berlangsung, tangannya terus saja menari di atas tuts keyboard laptop.

Jadi, secara rohaniah, jika sedang menulis, seorang penulis tak akan merasa kesepian. Ide-ide jatuh bagai hujan yang mengguyur pikirannya, membuatnya lupa waktu, lupa tempat, lupa bahwa hanya dia sendiri berada di tempat itu. Dalam keadaan seperti itu, adakah yang disebut dengan kesepian?

 Ajahm Brahm tidak pernah merasa kesepian. Bagaimana dengan Anda?
 
( I Ketut Suweca , 22 Maret 2012).

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas