Judul
artikel ini terasa aneh, kok tulisan bisa didengar!? Memangnya tulisan
itu bisa bersuara sehingga bisa ditangkap telinga? Tapi, sebentar, kita akan benar-benar mendengar irama tulisan. Pembicaraan kita ini terkait dengan proses pengeditan atau editing. Apa saja yang kita lakukan dalam mengedit sebuah artikel? Mari periksa kembali apa yang biasanya kita lakukan.
Pertama, sebelum menyusun sebuah naskah, kita akan membuat outline atau kerangka karangan.
Kerangka karangan ini penting karena dia akan memandu kita dalam
penulisan. Dengan kerangka karangan, kita akan bisa menulis secara runut
atau teratur, menjadi jelas apa yang akan dipaparkan dari awal hingga
akhir. Tak harus tertulis, untuk tulisan yang pendek, kerangka karangan
juga bisa ‘ditulis’ di dalam pikiran.
Kedua, menyusun naskah. Kali ini kita isi ‘daging’ pada kerangka yang telah kita buat. Kerangka karangan yang telah tersusun runut itu kita isi dengan materi sesungguhnya hingga detail, dengan susunan kata-kalimat yang selaras dengan ide-ide yang kita maksudkan. Kita berusaha agar apa yang kita maksudkan sama dengan apa yang kita tulis.
Ketiga, editing.
Setelah menyusun isi karangan secara lengkap mulai dari pembuka hingga
penutup artikel, kita akan mulai melakukan proses pengeditan atau editing.
Kita mengoreksi hal-hal yang berkaitan dengan kesalahan ketik,
kekeliruan penalaran, ketepatan pilihan kata (diksi), penerapan EYD, dan
lainnya. Proses editing ini sangat penting dalam menghasilkan karya
tulis terbaik yang kita bisa.
Dalam melakukan editing sesuai dengan penalaran dan kaidah bahasa yang berlaku, ada baiknya juga kita melibatkan pendengaran saat melakukan pengeditan ini. Caranya? Bacalah
tulisan itu dengan bersuara, perlahan-lahan, berulang-ulang. Dengarkan
irama tulisan itu dengan seksama. Pakailah rasa bahasa dan kepekaan
hati. Dengan mendengarkan irama tulisan sendiri, kita akan
bisa merasakan apakah tulisan kita sudah berirama dengan indah dan
lancar atau belum. Rasakan, adakah masih terdengar ada gangguan atau
ganjalan di tengah-tengah keindahan irama itu? Adakah bagian-bagian yang
tidak enak didengar? Coba perhatikan itu, lalu perbaiki. Dengarkan lagi
iramanya setelah perbaikan itu. Sudahkah mengalir lancar lancar dan
terdengar indah? Faktor kepekaan rasa dan hati dalam kaitan ini sangat
menentukan. Pastikan bahwa artikel itu sudah terdengar indah iramanya
sebelum dipublikasikan.
Selamat mendengarkan irama tulisan. Salam menulis.
( I Ketut Suweca , 27 September 2011)
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)