Tips Sederhana Untuk Kaum Remaja:
FROM DIARY TO BE STORY
Jembatan Emas Untuk Jadi Pengarang Profesional
Kau punya diary alias catatan harian? Jika punya,
manfaatkan sebagai jembatan emas untuk menjadi pengarang atau penulis
profesional. Maka, bagi yang belum punya, kiranya perlu juga
menyisihkan uang untuk membelinya dan menyediakan waktu untuk
mengisinya. Diary berdampak sangat positif pada kehidupan kita.
Teman Curhat vs Keranjang Sampah
Diaria (bahasa Latin) - itulah akar kata dari diary
alias buku harian. Artinya, ‘masukan’ sehari-hari selama 24 jam secara
berkesinambungan. ‘Masukan’ di sini adalah peristiwa yang sangat pribadi
untuk dicurahkan dalam bentuk catatan. Itulah sebabnya, diary disebut
pula sebagai sahabat sejati. Bahkan ada juga yang menamakannya sebagai
keranjang sampah, karena kemarahan dan sumpah serapah dapat dengan bebas
dan leluasa ‘dimuntahkan’ ke dalam diary. Karena ia akan menyimpannya rapat-rapat sebagai rahasia penulisnya.
Karena diary dianggap sahabat sejati, maka ia punya beberapa sebutan sayang antara lain: kitty, dearly magic pouch, pillow-pig, brew dan pillow-book. Di Prancis, diary dikenal sebagai journal.
Anne Frank yang Menggoncang Dunia
Samuel Pepys – penyair kelahiran Inggris 23
Februari 1663 ‘dinobatkan’ masyarakat Eropa sebagai ‘Bapak Diary Dunia’.
Karena ia orang pertama yang memanfaatkan diary sebagai sumber cerita,
pada Abad 17. Jejaknya diikuti gadis Yahudi – Anne Frank yang menuliskan
kisah hidupnya selama bersembunyi di langit-langit di sebuah rumah di
Negeri Belanda, agar bebas dari kejaran NAZI. The Diary of Young Girl Anne Frank itulah karya Anne Frank yang mampu menggoncang dunia sebagai kisah hidup tragis dan dramatis.
Jika Diary Dijadikan Cerita
Banyak versinya jika diary diangkat menjadi cerita. Antara
lain bisa ditulis dalam bentuk puisi, lirik lagu, cerita mini (cermin),
cerita pendek (cerpen), cerpan (cerita panjang), novelet (novel pendek),
novel atau tulisan yang bersifat nonfiksi, misalnya biografi. Maka diary disebut juga sebagai story of life.
Maksudnya, diri kita adalah sumber berbagai cerita. Baik itu cerita
romantis, melankolis, komedi, petualangan hingga kriminal jika memang
bisa dan perlu digali demikian.
Agar diary bisa diangkat menjadi story, sejak awal penulisannya perlu
dipolakan secara baik. Antara lain menggunakan bahasa komunikatif,
ungkapkan semua perasaan dengan ekspresif, jangan lupa cantumkan tanggal
dan hari kejadian, catat pula karakter dan nama-nama orang yang
terkait atau terlibat dalam kisah hidupmu. Nantinya, orang-orang
tersebut bisa dijadikan tokoh-tokoh dalam cerita yang ditulis.
Elemen Penulisan Cerita
Jika diary diubah menjadi ceria, haruslah mengikuti
kaidah elemen penulisan cerita. Pertama, fakta yang ada harus dipadu
dengan imajinasi. Selain itu, adanya plot, struktur, setting (tempat
dan waktu), tokoh, konflik, sudut pandang, gaya penulisan, media
mahasanya dan mood.
Mood, ini yang terpenting dalam membangun cerita
fiksi, karena merupakan ‘ruh’ yang menghidupkan suatu cerita berikut
tokoh-tokohnya. ‘Ruh’ inilah yang mampu ‘mengaduk-aduk’ perasaan
pembaca. Untuk membangun mood, sebelum menulis perlu melakukan mapping mind (menulis dalam kepala) dan setting feelings (menata rasa). Manfaatkan jam-jam produktif (the golden time) untuk berkarya, agar tidak mengalami kebuntuan atau writer’s block.
Mengapa Gagal Menulis?
Banyak orang mengeluh, karya yang ditulisnya tidak selesai alias gagal ditulis meskipun itu bersumber dari diary. Kegagalan
tersebut bisa disebabkan oleh: miskinnya kosa kata (kekurangan
kata-kata untuk menulis), adanya keraguan dan rasa malu dalam
melahirkan karya, membaca tulisan berulang-ulang sebelum cerita selesai
ditulis, mengalami kebuntuan berkepanjangan, tidak serius menulis dan
tidak punya ambisi memiliki karya.
Agar proses menulis lancar, hindari semua hal-hal yang menimbulkan
kegagalan seperti yang telah dipaparkan dalam alinea tersebut di atas.
*) Naning Pranoto
Sumber http://www.rayakultura.net/from-diary-to-be-story/
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)