Banyak yg datang kepada saya, minta dibimbing menulis, namun baru satu-dua tulisannya ditolak oleh redaksi alias gak dimuat, sudah putus asa, memvonis dirinya tidak berbakat menulis, lalu mengucapkan "selamat tinggal" dengan dunia tulis-menulis. Apa-apaan ini? batin saya.
Dia bilang gini "Saya sudah matian-matian cari ide, lalu memeras otak untuk menuliskannya, e ternyata gak dimuat..percuma kan..."
Hehe, saya dalam hati saya bilang, dia pikir koran itu punya kakeknya yang bisa begitu saja memuat karya-karyanya. Asal tahu, setiap rubrik di koran diincar oleh banyak pengirim naskah. Sehingga setiap tulisan akan "berkompetisi" memikat hati redakturnya agar dimuat. Bila setiap edisi, ada 20 naskah yang masuk, sedang di rubrik itu hanya diambil 1 atau 2 naskah saja, berarti harus ada 18 atau 19 naskah yang tersisih. Maka betapa kita harus bermental baja dan mengatur strategi untuk terus-menerus berproses untuk menjadi lebih baik dan berusaha memikat hati redaktur dengan tulisan yang semakin baik, sehingga tulisan kitalah nantinya yang dipilih dan dimuat.
Selengkapnya baca artikel saya "Menikmati Proses" yang diposting di blog resmi JPIN.
Artikel terkait Kesediaan Menjalani Proses
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)