Alangkah bahagianya bila buku yang kita tulis itu terbit dan dibaca
oleh banyak orang. Itulah salah satu derai kebahagiaan jiwa seorang
penulis yang tidak bisa dikalkulasi dengan uang. Dengan buku, berarti
kita telah mendokumentasikan ide dan pikiran kita, untuk terus dikenang
dan terus abadi. Simaklah dua kutipan berikut ini:
“Karya-karya tulis akan kekal sepanjang masa. Sementara penulisnya hancur terkubur di bawah tanah.” [Ali Mustafa Yaqub]
“Jika engkau tidak ingin dilupakan segera setelah berkalang
tanah nantinya, tulislah sesuatu yang layak dibaca, atau lakukan sesuatu
yang layak ditulis.” [Benjamin Franklin]
Ketika mengisi pelatihan menulis buku, saya sering mengajukan ke peserta sebuah pertanyaan? “Tahukah Anda nama kakek-nenek Anda?” Kebanyakan mereka menjawab, “Tahu!”
Saya bertanya lagi, Tahukah Anda nama kakek-nenek dari kakek-nenek Anda?” Kebanyakan peserta menjawab, “Tidak tahu.”
Ihya’ Ulumuddin, karya monumental Imam Al-Ghazali. Abadilah ilmunya, abadilah namanya. (sumber foto: internet) |
Kemudian saya bertanya lagi, “Tahukah Anda Imam Al-Ghazali atau Imam
Syafi’i?” Mereka rata-rata menjawab “Tahu.” Imam Al-Ghazali adalah
penulis kitab Ihya’ Ulumuddin, dan Imam Syafi’i adalah ulama besar pendiri madzhab Syafi’i.
Saya pun bertanya, “Mengapa Anda tahu Imam Al-Ghazali dan Imam
Syafi’i yang hidup ratusan tahun lalu, sementara Anda tidak tahu nama
kakek-nenek dari kakek-nenek Anda sendiri?”
“Jawabannya adalah,” kata saya kemudian, “Karena Imam Al-Ghazali dan
Imam Syafi’i menulis buku, sedang kakek-nenek dari kakek-nenek Anda
tidak.”.
Ya, menulis buku memang merupakan salah satu cara mengabadikan nama
kita, sekaligus mengabadikan ide dan pikiran kita, agar terus
memancarkan manfaatnya sepanjang waktu. Ide dan pikiran yang tidak
dibukukan, akan hilang tergerus zaman seiring kematian pemiliknya.
Sedang ide dan pikiran yang dibukukan, manfaatnya akan terus abadi
menembus zaman.
Semoga bermanfaat. Selamat berkarya!*
Sumber blog JPIN
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)