: Firdaus Septyan Luthfy
temaram jalanan Jogja mengantarku pada bait kesekian kisah hidup
perjalanan yang melelahkan
temanku, si hati yang gelisah
kemana lagi kerikil hidup ini akan menancap
hidup adalah engkau melempar sebuah dadu dan kau jadi pucat pasi
bukankah ini skenario kehidupan yang mesti dikunyah dan ditelaah
jangan enggan untuk mendekat
mencapai kesejukan batin yang engkau harap
baitbait derita masih menunggu di halaman sunyi
kerikilkerikil membawa pada pencerahan hidup
seperti bunga yang rajin menarik lebah berdatangan
Jogja Undercover, 27 Oktober 2012
*) Ekohm Abiyasa
Catatan:
Dimuat buletin Pawon Sastra edisi #37 tahun VI/2013
Malam Sekopi Sunyi (antologi puisi tunggalku)
temaram jalanan Jogja mengantarku pada bait kesekian kisah hidup
perjalanan yang melelahkan
temanku, si hati yang gelisah
kemana lagi kerikil hidup ini akan menancap
hidup adalah engkau melempar sebuah dadu dan kau jadi pucat pasi
bukankah ini skenario kehidupan yang mesti dikunyah dan ditelaah
jangan enggan untuk mendekat
mencapai kesejukan batin yang engkau harap
baitbait derita masih menunggu di halaman sunyi
kerikilkerikil membawa pada pencerahan hidup
seperti bunga yang rajin menarik lebah berdatangan
Jogja Undercover, 27 Oktober 2012
*) Ekohm Abiyasa
Catatan:
Dimuat buletin Pawon Sastra edisi #37 tahun VI/2013
Malam Sekopi Sunyi (antologi puisi tunggalku)
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)