Menulis di Kompasiana dan di Koran, Apa Bedanya?

Tuesday, 10 April 2012

Artikel sederhana saya yang berjudul “Papa, Menulislah agar Ada untuk Uang Sekolah” mendapat sejumlah respons dari sahabat kompasianer. Tulisan tersebut hanyalah cacatan kecil perjalanan saya di dalam tulis-menulis. Saya sebutkan di situ, tatkala asyik mengetik naskah untuk kompasiana, tiba-tiba anak dan istri saya mengingatkan untuk tidak melupakan kebiasaan menulis di koran guna mendapatkan honor. Pertanyaannya, mengapa saya ‘lupa’ menulis di koran? Mengapa saya menjadi begitu tertarik menulis di kompasiana.com? Di dalam artikel sederhana ini, mari kita lihat perbandingan menulis untuk dua media yang berbeda itu, satu media online dan satunya lagi media cetak.
Pertama, menulis di koran/majalah mendapatkan imbalan berupa honorarium, sedangkan di kompasiana tidak. Salah satu daya pikat orang untuk menulis di koran adalah honornya itu, walaupun mungkin orang menulis di koran tak semata-mata untuk alasan honor. Mungkin saja penulis mempunyai visi menyebarluaskan pendapat kepada masyarakat pembaca. Ia sudah sangat senang kalau pendapatnya dibaca orang. Akan tetapi, sebagian penulis menulis dengan harapan naskahnya dimuat dan mendapatkan imbalan uang untuk menambah isi dompet, he he he.
Kedua, menulis di koran/majalah tidak ada interaksi antara pembaca dengan penulis, sedangkan di kompasiana ada. Sangat jarang ada respons tertulis dari pembaca yang diperoleh penulis jika tulisannya dimuat sebuah media cetak. Beda halnya dengan media online seperti kompasiana, komentar pembaca (kompasianer) akan muncul tanpa menunggu lama. Interaksi inilah keistimewaan media online ini.
Ketiga, menulis di koran/majalah relatif lebih panjang dengan kajian, referensi, dan pendapat yang lebih mendalam, di kompasiana (bisa) lebih sederhana dan lebih pendek. Kita tidak bisa menulis artikel di media cetak sekadar untuk menumpahkan unek-unek sebagaimana kita lakukan di kompasiana. Dituntut kajian yang lebih mendalam dan aktualitas materi yang terjaga.
Keempat, menulis di koran/majalah perlu waktu tunggu pemuatan dalam beberapa hari, di kompasiana segera dimuat begitu di-upload. Pemuatan sebuah artikel di koran perlu waktu beberapa hari bahkan satu dua minggu sejak dikirim. Penulis mesti sabar menunggu pemuatan karyanya (kalau tidak ditolak/dikembalikan redaksi).
Kelima, menulis di koran/majalah melewati seleksi yang relatif ketat dari redaksi, menulis di kompasiana hampir tidak ada seleksi, asalkan mengikuti ketentuan admin. Seleksi itu diperlukan untuk menakar bobot artikel yang masuk sekaligus menentukan apakah artikel itu layak muat atau tidak. Keterbatasan ruang di media cetak juga menjadi pertimbangan mengapa sebuah tulisan dikembalikan/ditolak.
Keenam, menulis di koran/majalah, penulisnya menunggu honor setelah pemuatan, di kompasiana menunggu … komentar, he he he. Dan, menunggu komentar sahabat itu luar biasa mengasyikkan sehingga saya acap larut dalam pesona dan buaian kompasiana.

Salam menulis.

( I Ketut Suweca , 8 Oktober 2011). 

1 Komentar:

MOHAMMAD THAHIR said...

Tambah pengetahuan

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas