Sedikit Mengenal Haiku

Thursday, 9 January 2014

Haiku (orisinalnya) adalah salah satu dari sekian jenis puisi Jepang, dimana pada penciptaannya banyak mengemukakan tentang alam, dengan patron 17 suku kata dengan silabel 5-7-5. Salah satu contoh haiku adalah senryu, konsepnya sama dengan haiku, cuma senryu lebih membebaskan tema dan ringan pada haiku klasik, perlu ada refleksi waktu.

Haiku hanyalah matra, sajak adalah anatominya, kata-kata adalah strukturnya, hanya dengan cara memperlebar cara pandang terhadap sebuah matra, kita akan lebih dalam mengenal dan mempelajari anatomi kita.

Sekali lagi, haiku hanyalah matra, ia hanya sebagian matra dari keragaman dari induknya, yaitu PUISI, keterkaitan puisi itu  adalah dialog, bagaimana dialog secara vertikal dan dialog secara horizontal.

Kalau kita membuat puisi itu inspirasinya dari mana ? Alam interior atau pikiran ? Kalau orang bilang, alam interior katanya itu alam gaib, di situ terjadi dialog antara kita dan batin kita, pun kepada horizontal, bagaimana kita melakukan dialog pula antara kita dan latar kita (baca : sekitar kita).

Terori berpuisi itu pada dasarnya sama, hanya butuh ketekunan dan eksplorasi yang mendalam terhadap alam interior kita, bagaimana kita menyampaikannya itu kembali lagi pada kematangan teknis.

Demikian sedikit menyinggung haiku. (sumber Dave Sky)

Tjiptaadi Iman Resoatmodjo

HAIKU (batja haik')

Nama sadjak jang se-pendek2nja dalam sastera Djepun, terbentuk dari 17 patah-kata, terkadang dalam tiga baris, kegandjilannja lagi, bahwa sadjak ini tiada bersadjak dan tiada pula berirama, tetapi tiada mengapa, sebab bahasa Djepun itu maha merdu.

Adapun haiku itu ialah nama pada pigura.
Dimanakah pigura itu?
Pigura itu tersembunji dalam hati sanubari pembatjanja.

 Adapun haitu itu ialah panggilan pada pikiran pembatja, terhadap kedjadian 'alam jang telah lampau, jang menggetarkan taliketjapi-hati pudjangga.
 Umpamanja :

Paja tua beradu tjendera
Tersingkir, sunji
Katak terdjun, plung


(komentar saya;Denni : barangkali kalau diterjemahkan seperti ini jadi bukan 17 patah kata eh atau suku kata ya?)

Dekat teratak Basho ada (Basho) sebuah paja tempat ikan, katakpun banjak hidup dalamnja. alam sekeliling sunji, Basho dalam tafkur. Plung, katak terdjun dalam air. Terasalah pada Basho bagaimana sunjinja hari itu, hingga plung itu sampai ke telingnja

* * *
Copas apa adanya dari "Setanggi Timur" Amir Hamzah terbitan Pudjangga Baru Tahun VII No. 4 Tahun 1939. dicetak oleh Pustaka Rakjat.

* karena merupakan sajak Jepang sebagaimana kultur masyarakat yang erat dengan sajak, lukisan dan kaligrafi, biasanya haiku ini menyatu dengan lukisan ditorehkan sebagai kaligrafi yang indah (seindah ucapannya - dalam bahasa aslinya tentu -). Di sana tidak disebutkan rumus 5 - 7 - 5 tetapi hanya 17 patah kata (dalam bahasa Jepang sama dengan suku kata gak ya?)

Menyusun haiku dalam bahasa lain termasuk bahasa Indonesia dan bahasa Jawa sudah tentu sangat sulit karena dalam bahasa tersebut sulit menggabungkan dua kata benda atau lebih menjadi sebuah kalimat tanpa menggunakan kata hubung atau kata kerja sebagai perantaranya. Apalagi menggunakan rumus 17 patah-kata (atau suku kata?), bisa jadi ketemunya malah puisi dengan tipologi mirip genre-nya Sutardji Calzoum Bachri "O Amuk Lapak".

Sumber: http://dennimlz.blogspot.com/2014/01/berkenalan-dengan-haiku.html

Link terkait:
http://blog.bhaktiutama.com/2011/03/ordinary-haiku
http://blog.bhaktiutama.com/2011/10/haiku-katak-matsuo-basho

Update
Diambil dari grup Facebook NewHaiku, link satu - dua

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas