Jalan Kaliurang; Merapi Membaca Puisi
seorang kawan berkabar padaku
tentang cerita keberhasilan menaklukkan merapi
sungguhkah?
aku terheran
sepertinya kamu berhasil menjadi gie
pada gunung yang lain
pada masa yang lain
seorang mahasiswa berjalan pada ketinggian
membawa mimpi-mimpi tersembunyi
kapan kau akan mendaki lagi?
aku akan menaburkan mimpi-mimpi
di kawah merapi
menanam puisi pada api
atau panas bumi
terbayang
wajah seorang pahlawan
mengasingkan diri
perlawanan pada kemunafikan
terbayang wajah itu penuh keramahan
membaca puisi-puisi
menguntai mimpi-mimpi
di alam keabadian
Jakal KM 13 Yogyakarta, 04 Agustus 2013
Jalan Kaliurang; Mata Kosong
mataku lekang bersama keras dan dingin rindu
tak pasti mengejar hari esok
menjejerkan jemari kemudian menghitungnya satu persatu
berharap jatuh hari baik
atau keberuntungan nasib
pada rapal jalan kaliurang
mataku sungguh nanar
malam menikam dan menghujam
melipat kenangan di ketiaknya
menggusur aroma kopi dan angkringan
di seberang jalan
para mahasiswa dari kota lain
bertabur berbaur
kuliner menjadi akur dengan liur
mataku benar kosong
mengkhatamkan semangat pada jelajah mimpi
sedikit yang terbawa dan kucatat di kertas maya
untuk kemudian kubaca saat senja nanti
sebagai hadiah kemenanganku berkelana
Jakal KM 13 Yogyakarta, 04 Agustus 2013
Jalan Kaliurang; Sepotong Dingin #1
sepotong dingin
dari malam kemarin
menjelujuri kedua mata dan kaki
kemana angin berhibak
selalu menyalak
memaksa berkawan dengan jaket tebal
sepotong cerita dari jalan dingin
kebekuan hanya sedikit celoteh dari deritamu yang lebih panjang
ratusan atau ribuan episode di lemari lubang hidungmu
; pengembara hujan yang jatuh cinta pada dingin
tersungkur jua pada getah hujan
embun sejenis kutub utara
sepotong dingin menamatkan rindu
yang telah terkeping beberapa bagian
larik manis digenggam supaya tidak kabur cerita-cerita
bakal sebuah memori
Jakal KM 13 Yogyakarta, 03 Agustus 2013
Jalan Kaliurang; Surat Emak
/1/
nak, kau ingin pergi kemana?
apakah kau yakin jalan yang kau putuskan?
konon banyak jalan berliku dan berkelok
kau harus hati-hati melewatinya
melangkah dengan do'a-do'a alami
yang terucap dari ibumu
/2/
mak, kau ingin menangis?
air matamu masih tertahan di tenggorokan
bahkan enggan keluar
di musim begini berloncatan debu-debu
mak, kau ingin belikan baju baru anakmu ini?
sudah lama bajuku lusuh bermain debu dan lumpur
tertawaan oleh para pendusta dan pencoleng
baju yang tersusun dari do'a-do'a emak
mak, tulus niatmu menjabarkan aljabar hidup
di dada anakmu ini
kelak aku menjadi bintang bersinar
seperti do'a-do'a emak
/3/
nak, kau pulanglah ke jalan ibumu
emak kangen wajah dan kehadiranmu nak
sehat-sehat selalu di tanah rantau
sampai kau beranak-pinak
/4/
mak, aku juga merindukanmu
sepetik napas yang emak tiupkan di hati
menegakkan kaki dan prinsipku
mak, lusa aku kembali
Jakal KM 13 Yogyakarta, 03 Agustus 2013
Pikiranku Terbang
pikiranku terbang
bersama angin waktu menuju tanah tak bernama
pada segunduk dagingmu yang mekar
pikiranku melayang
bersama halusinasi hujan yang menyergap sekujur tubuh dan senja
pada kepulangan selanjutnya, kita ngopi lagi dan berkelakar
Agustus 2013
Rumah dalam Gambar
aku membaca singgah pada rumah kayu berwarna cokelat tua
segepok kue dan rokok di atas meja
kau tawarkan kepadaku
aku tersenyum
seorang wanita di atas tempat tidur
berkelakar dengan seorang anak
menyingkap rahasia-rahasia yang kau sembunyikan
dari mulut waktu yang berjejalan mengunci mulutmu
kedua mataku tak mau beranjak dari kekosongan
kau mengeluarkan sepotong gambar dari saku baju
aku tersenyum
kau ceritakan sekilas mengenai gambar itu
ini rumah kita, kelak kita akan membuat rumah
berkoloni dan menjamur anak-anak kita, katamu
Agustus 2013
seorang kawan berkabar padaku
tentang cerita keberhasilan menaklukkan merapi
sungguhkah?
aku terheran
sepertinya kamu berhasil menjadi gie
pada gunung yang lain
pada masa yang lain
seorang mahasiswa berjalan pada ketinggian
membawa mimpi-mimpi tersembunyi
kapan kau akan mendaki lagi?
aku akan menaburkan mimpi-mimpi
di kawah merapi
menanam puisi pada api
atau panas bumi
terbayang
wajah seorang pahlawan
mengasingkan diri
perlawanan pada kemunafikan
terbayang wajah itu penuh keramahan
membaca puisi-puisi
menguntai mimpi-mimpi
di alam keabadian
Jakal KM 13 Yogyakarta, 04 Agustus 2013
Jalan Kaliurang; Mata Kosong
mataku lekang bersama keras dan dingin rindu
tak pasti mengejar hari esok
menjejerkan jemari kemudian menghitungnya satu persatu
berharap jatuh hari baik
atau keberuntungan nasib
pada rapal jalan kaliurang
mataku sungguh nanar
malam menikam dan menghujam
melipat kenangan di ketiaknya
menggusur aroma kopi dan angkringan
di seberang jalan
para mahasiswa dari kota lain
bertabur berbaur
kuliner menjadi akur dengan liur
mataku benar kosong
mengkhatamkan semangat pada jelajah mimpi
sedikit yang terbawa dan kucatat di kertas maya
untuk kemudian kubaca saat senja nanti
sebagai hadiah kemenanganku berkelana
Jakal KM 13 Yogyakarta, 04 Agustus 2013
Jalan Kaliurang; Sepotong Dingin #1
sepotong dingin
dari malam kemarin
menjelujuri kedua mata dan kaki
kemana angin berhibak
selalu menyalak
memaksa berkawan dengan jaket tebal
sepotong cerita dari jalan dingin
kebekuan hanya sedikit celoteh dari deritamu yang lebih panjang
ratusan atau ribuan episode di lemari lubang hidungmu
; pengembara hujan yang jatuh cinta pada dingin
tersungkur jua pada getah hujan
embun sejenis kutub utara
sepotong dingin menamatkan rindu
yang telah terkeping beberapa bagian
larik manis digenggam supaya tidak kabur cerita-cerita
bakal sebuah memori
Jakal KM 13 Yogyakarta, 03 Agustus 2013
Jalan Kaliurang; Surat Emak
/1/
nak, kau ingin pergi kemana?
apakah kau yakin jalan yang kau putuskan?
konon banyak jalan berliku dan berkelok
kau harus hati-hati melewatinya
melangkah dengan do'a-do'a alami
yang terucap dari ibumu
/2/
mak, kau ingin menangis?
air matamu masih tertahan di tenggorokan
bahkan enggan keluar
di musim begini berloncatan debu-debu
mak, kau ingin belikan baju baru anakmu ini?
sudah lama bajuku lusuh bermain debu dan lumpur
tertawaan oleh para pendusta dan pencoleng
baju yang tersusun dari do'a-do'a emak
mak, tulus niatmu menjabarkan aljabar hidup
di dada anakmu ini
kelak aku menjadi bintang bersinar
seperti do'a-do'a emak
/3/
nak, kau pulanglah ke jalan ibumu
emak kangen wajah dan kehadiranmu nak
sehat-sehat selalu di tanah rantau
sampai kau beranak-pinak
/4/
mak, aku juga merindukanmu
sepetik napas yang emak tiupkan di hati
menegakkan kaki dan prinsipku
mak, lusa aku kembali
Jakal KM 13 Yogyakarta, 03 Agustus 2013
Pikiranku Terbang
pikiranku terbang
bersama angin waktu menuju tanah tak bernama
pada segunduk dagingmu yang mekar
pikiranku melayang
bersama halusinasi hujan yang menyergap sekujur tubuh dan senja
pada kepulangan selanjutnya, kita ngopi lagi dan berkelakar
Agustus 2013
Rumah dalam Gambar
aku membaca singgah pada rumah kayu berwarna cokelat tua
segepok kue dan rokok di atas meja
kau tawarkan kepadaku
aku tersenyum
seorang wanita di atas tempat tidur
berkelakar dengan seorang anak
menyingkap rahasia-rahasia yang kau sembunyikan
dari mulut waktu yang berjejalan mengunci mulutmu
kedua mataku tak mau beranjak dari kekosongan
kau mengeluarkan sepotong gambar dari saku baju
aku tersenyum
kau ceritakan sekilas mengenai gambar itu
ini rumah kita, kelak kita akan membuat rumah
berkoloni dan menjamur anak-anak kita, katamu
Agustus 2013
2 Komentar:
Jalan-jalan pagi menemu banyak puisi di sini. Saya menikmati. :)
Terima kasih kunjungannya Poetry Ann :D
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)