Sumber gambar. |
ini adalah hari terakhir aku melihat indah matahari
atau pelangi senja yang memesona
aku tak tahu apakah bertunas dan tumbuh
puisi-puisi yang kutanam pada tanah tak bernama
aku tak tahu apakah ia akan berdaun lebat dan berbunga
ataukah berbuah manis
pada hidup yang gerimis
aku tak tahu pula apakah ia akan menjadi tonggak pelindung
bagi dahaga burung-burung
ataukah menjadi ladang berkah bagi para petani
sebagai mata air
aku tak tahu apakah ia akan menjadi semacam pohon rindang
; teduh nan tinggi
bagi aneka rupa dalam telaga warna
nyawa-nyawa yang berkoloni
aku hanya ingin menikmati hari-hari sisa
menanam lagi huruf-huruf di ladang sunyi
memberi pupuk bagi diksi
memberkahi air pada jeda senja
aku hanya ingin menanam benih
dan terus menanam
hanya waktu dan Tuhan
sepantasnya berkah
sepantasnya berkah
Agustus 2013
Mata Air Bunga
mawar sekuntum
mekar di taman-taman
pelataran hatiku
Tuhan, bawakanlah air seteguk ke dalam hatinya
wanita paling bunga
Tuhan, jadikanlah air sari bunga-bunga
mata air dalam hidupnya
Agustus 2013
Puisi atau Mati
kesedihan kembali saat cahaya merambat pelan
puisi ini menguatkanku
untuk bertahan
mencoba mengambil mimpi-mimpi
mengurai di puisi
mimpi-mimpi absurd
merayakan hidup
Agustus 2013
Link INDOPOS.
*Ini tiga dari delapan puisi yang kukirim ke INDOPOS, Minggu, 25 Agustus 2013
*Ada kesalahan sedikit di epaper INDOPOS, seharusnya Malam Sekopi Sunyi, bukan Sekopi Sunyi. Tempat bergiat Bengkel Sastra Surakarta, bukan Bengkel Sastra Rabu Malam (Pasar Malam)
4 Komentar:
weh, luar biasssaa!!!
Terima kasih mas/mbak.
Salam
Saya menikmati ini.
Trims ;)
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)