Orang-orang sibuk membenarkan air yang jatuh. Basah lantai dan pakaian. Kami tak siap menyambut kedatangan hujan. Benar sekali, airmu memenuhi penghilatanku. Tetangga sebelah menggulung atap non permanen. Airnya menumpah kedalam. Peralatan pel siap di tangan. Dan kulihat payung-payung di atas kepala orang-orang. Sekian lama pemandangan ini tak kulihat. Seperti mengulang-ulang sejarah atau kejadian. Memang, hidup ini perulangan.
Masih saja mereka sibuk membetulkan air. Membuangnya. Damn, kamarku kebanjiran!.
Jakal KM 14 Jogja, 07 Oktober 2012
*) Ekohm Abiyasa
*) Ekohm Abiyasa
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)