Artikel, merupakan pergulatan pemikiran dari seorang ahli atas masalah yang sedang berkembang di masyarakat. Harian KOMPAS, merasa perlu menyediakan ruang tersendiri guna menampung pergulatan pemikiran yang muncul di masyarakat, dan diharapkan bisa berdampak bagi yang lain. Maka, KOMPAS, menempatkan artikel sebagai intellectual exercise (asah intelektual). Rubrik artikel KOMPAS, bukan dimaksudkan untuk mencari nama, pun bukan dimaksudkan untuk (maaf) mencari uang. Maka artikel yang dimuat harian KOMPAS, diharapkan ditulis oleh ahlinya. Untuk itu, kepada para penulis, diharapkan juga mengirimkan riwayat hidup dan keahlian atau kompetensinya. Dengan demikian, KOMPAS bisa melihat dengan jelas, kompetensi seseorang ketika menuliskan artikelnya.
Sudah kali kedua saya diundang KOMPAS (Jawa Tengah) dalam acara ”Buka Bersama dan Temu Penulis Opini KOMPAS”. Yang pertama terjadi di bulan ramadhan 2007, yang kedua ramadhan 2008. Sayang, hanya di tahun 2007 saya bisa memenuhi undangan tersebut. Sudah cukup lawas memang. Meskipun begitu ada banyak yang saya dapat dalam pertemuan itu. Selain merchandiser khas KOMPAS, mulai dari topi, pulpen, kaos, dan tas jinjing hehe, lebih penting dari itu adalah hadirnya Tonny D. Widiastono, wartawan senior KOMPAS sekaligus redaktur rubrik Opini KOMPAS (Nasional, saat itu).
Secara khusus, mas Tonny menyiapkan semacam makalah yang berisi tentang ”bocoran” seluk-seluk penulisan opini di KOMPAS. Untuk tujuan berbagi dan bertumbuh buat sesama penulis, makalah tersebut akan saya tulis ulang (cuplik), mengingat di dalam makalah itu mengandung segi-segi ”rahasia” agar opini Anda (kita) di muat. Apalagi selama ini di kalangan (calon) penulis, ada hukum tidak tertulis—pemuatan KOMPAS menjadi semacam standar untuk dapat disebut penulis.
Menulis Artikel
Oleh. Tonny D. Widiastono
Sudah kali kedua saya diundang KOMPAS (Jawa Tengah) dalam acara ”Buka Bersama dan Temu Penulis Opini KOMPAS”. Yang pertama terjadi di bulan ramadhan 2007, yang kedua ramadhan 2008. Sayang, hanya di tahun 2007 saya bisa memenuhi undangan tersebut. Sudah cukup lawas memang. Meskipun begitu ada banyak yang saya dapat dalam pertemuan itu. Selain merchandiser khas KOMPAS, mulai dari topi, pulpen, kaos, dan tas jinjing hehe, lebih penting dari itu adalah hadirnya Tonny D. Widiastono, wartawan senior KOMPAS sekaligus redaktur rubrik Opini KOMPAS (Nasional, saat itu).
Secara khusus, mas Tonny menyiapkan semacam makalah yang berisi tentang ”bocoran” seluk-seluk penulisan opini di KOMPAS. Untuk tujuan berbagi dan bertumbuh buat sesama penulis, makalah tersebut akan saya tulis ulang (cuplik), mengingat di dalam makalah itu mengandung segi-segi ”rahasia” agar opini Anda (kita) di muat. Apalagi selama ini di kalangan (calon) penulis, ada hukum tidak tertulis—pemuatan KOMPAS menjadi semacam standar untuk dapat disebut penulis.
Menulis Artikel
Oleh. Tonny D. Widiastono
TEMA
(1)Pertama-tama, temukan yang akan ditulis. Amat diharapkan tema yang akan diulas terkait dengan kompetensi yang dimiliki penulis. Perumusan masalah atau tema (sebelum mengetik) itu penting. Dari perumusan tema atau masalah itu, akan kelihatan rangkaian gagasan yang tertuang dalam judul serta kalimat-kalimat pada alinea awal. Amat diharapkan tema berkait dengan masalah yang sedang menjadi pembicaraan hangat di masyarakat.
(2)Referensi: Referensi amat diperlukan guna mendukung tema yang akan diluncurkan.
(3)Bahasa: gunakanlah bahasa yang sederhana dan logis. Sedapat mungkin hindari pemakaian bahasa Inggris yang terlalu banyak.
PENULISAN
(1)Bagaimana memasukkan/merangkum referensi yang ada ke dalam tulisan, dan bagaimana meramunya. Jangan sampai ide terasa melompat-lompat.
(2)Dalam menulis, gunakankaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar, termasuk istilah-istilah, idiom, pemakaian bahasa asing dan sebagainya.
BACA KEMBALI
Seusai menulis artikel, baca kembali isi seluruh artikel, baru dikirim. Pembacaan ulang itu penting, guna menghindari loncatan gagasan, menemukan kalimat yang tidak ”jalan/nyambung”.
Apakah penggunaan bahasa asing sudah ditulis dengan benar?
KRITERIA UMUM ARTIKEL KOMPAS
(1)Artikel harus asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, pun bukan sekadar rangkuman pendapat/buku orang lain. Apabila sebuah artikel terbukti merupakan plagiasi, maka penulis bersangkutan akan ”di black-list” paling cepat satu tahun.
(2)Belum pernah dimuat di media atau penerbitan lain. Selain itu, artikel yang sama, dalam waktu bersamaan dikirim ke media atau penerbit lain. Kasus ini sering terjadi. Penulis mengirim artikel yang sama ke media lain. Ada semacam ”kebanggaan” bila artikel yang sama dari penulis yang sama bisa dimuat di banyak media. Tetapi bagi KOMPAS yang menilai artikel sebagai bagian dari intellectual exercises, cara-cara seperti itu tidak bisa dibenarkan. Kepada mereka, KOMPAS akan memberi ”hadiah” grounded selama tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, setahun, atau selamanya.
(3)Topik yang diuraikan atau dibahas merupakan sesuatu yang aktual, relevan, dan sedang menjadi pembicaraan hangat di masyarakat.
(4)Substansi yang dibahas menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan komunitas tertentu. Hal ini dilandasi pengertian umum, Harian KOMPAS adalah media umum, bukan koran partai, bukan majalah vak atau jurnal dari disiplin ilmu tertentu.
(5)Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasi, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.
(6)Uraian yang disajikan bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena yang berkembang di masyarakat.
(7)Artikel tidak boleh ditulis berdua atau lebih. Mengapa? Jangan sampai penulis yang satu menjadi lokomotif bagi penulis yang lain.
(8)Penyajian artikel menggunakan bahasa populer/luwes, mudah dipahami pembaca yang heterogen dengan latar belakang pendidikan beragam.
(9)Penyajian artikel tidak berkepanjangan. Panjang tulisan untuk:
ARTIKEL A, panjang 5.000-5.300 character with space (sekitar 700 kata)
ARTIKEL B, panjang 4.500-5000 character with space (sekitar 600 kata)
ARTIKEL C, panjang 4.000-4.500 character with space (sekitar 500 kata)
Mengapa artikel ditolak?
(1)Artikel ditolak bila topik atau tema yang disajikan tidak aktual.
(2)Artikel ditolak bila penyajiannya berkepanjangan (melebihi ketentuan)
(3)Artikel ditolak bila cakupan bahasan terlalu mikro atau lokal.
(4)Artikel ditolak bila konteks yang disajikan kurang jelas.
(5)Artikel ditolak bila bahasa yang digunakan ”terlalu tinggi”, terlalu ilmiah, terlalu akademis, kurang populer dan sulit ditangkap masyarakat umum.
(6)Artikel ditolak bila uraiannya terlalu sumir.
(7)Artikel ditolak bila penyajian dan gaya tulisannya seperti menulis pidato, menulis makalah, atau menulis kuliah.
(8)Artikel ditolak bila sumber kutipan yang diambil, kurang jelas.
(9)Artikel ditolak bila terlalu banyak kutipan, sehingga artikel hanya berisi kumpulan kutipan dan tidak memunculkan pendapatnya sendiri.
(10)Artikel ditolak bila alur uraian tidak runut, ide meloncat-loncat
PENGIRIMAN ARTIKEL
Pengiriman artikel bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Namun yang amat penting adalah, para penulis pemula hendaknya menyertakan riwayat hidup berikut latar belakang pendidikannya, ketika mengirimkan artikelnya.
Pengiriman artikel bisa dilakukan melalui:
(1)Melalui pos
(2)Melalui faksimile (021-5486085 atau 021-5483581)
(3)Melalui e-mail ke opini@kompas.com atau opini@kompas.co.id
Meski demikian, kami lebih suka menerima kiriman artikel melalui e-mail. Alasannya sederhana saja. Bila artikel dikirim melalui pos atau faksimile (berbentuk hard copy), kami harus menulis ulang agar bisa disesuaikan dengan sistem komputer yang ada pada kami. Karena ada keharusan mengetik ulang, maka terbuka kemungkinan terjadinya salah ketik, atau loncatan-loncatan dalam pembacaan selama pengetikan.
Sumber http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/18/rahasia-agar-artikel-dimuat-kompas/
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)