/1/
tak gapai tak sampai
diamuk angin sangsai
pohon kelapa luluh lantak lunglai
hatipun remuk redam merasai
berhibuk ombak di pantai
penat lelah masai
beginikah senja tanpa badai
tiada ucap kelu bibir melunglai
remuk redam tak berwujud
/2/
sesekali kau datang menjengukku
dalam luka ini:
kau bawakan sekeranjang kata
yang akan bermuara di bibir asmara
kau ceritakan tentang dunia Adam Hawa
agar kita berdua dapat bermuara
melabuhkan duka dan lara
di alam semesta fana
sembari menancapkan mata pada matamu
ini adalah kisah sepenggal
yang tersalin lewat kitab abadi
aku ingin engkau menyadari betapa hidup
adalah likuliku yang sempurna
buat kita jelajahi bersama
meski pula berceceran luka dimana entah
/3/
wahai
yang kusebut kekasih
pembasuh luka nan jerih
bagiku kau orang terpilih
dari jiwaku yang memilih
suara sumbang sebalah:
benarkah selalu ada pilihan, ketika derap langkah hati tak sama
dan mungkin bila kesetiaan adalah tolok ukur
mestinya aku juga mengikutinya
Ruang Maya, 28 Oktober 2012
*) Nurni Chaniago (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)
Taken from here, here and here
tak gapai tak sampai
diamuk angin sangsai
pohon kelapa luluh lantak lunglai
hatipun remuk redam merasai
berhibuk ombak di pantai
penat lelah masai
beginikah senja tanpa badai
tiada ucap kelu bibir melunglai
remuk redam tak berwujud
/2/
sesekali kau datang menjengukku
dalam luka ini:
kau bawakan sekeranjang kata
yang akan bermuara di bibir asmara
kau ceritakan tentang dunia Adam Hawa
agar kita berdua dapat bermuara
melabuhkan duka dan lara
di alam semesta fana
sembari menancapkan mata pada matamu
ini adalah kisah sepenggal
yang tersalin lewat kitab abadi
aku ingin engkau menyadari betapa hidup
adalah likuliku yang sempurna
buat kita jelajahi bersama
meski pula berceceran luka dimana entah
/3/
wahai
yang kusebut kekasih
pembasuh luka nan jerih
bagiku kau orang terpilih
dari jiwaku yang memilih
suara sumbang sebalah:
benarkah selalu ada pilihan, ketika derap langkah hati tak sama
dan mungkin bila kesetiaan adalah tolok ukur
mestinya aku juga mengikutinya
Ruang Maya, 28 Oktober 2012
*) Nurni Chaniago (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)
Taken from here, here and here
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)