Penulis dan Mentalitas Penjelajah

Tuesday, 10 April 2012

Ada satu hal unik yang dimiliki manusia, yang dengannya, ia mencapai kemajuan demi kemajuan dalam kehidupan. Hal unik itu adalah rasa ingin tahu (curious). Dengan berbekalkan rasa ingin tahu yang melekat pada dirinya, manusia melakukan penjelajahan dengan mencoba hal-hal baru, kadang-kadang dengan pola trial and error. Pada awal mula kehidupannya, dengan rasa ingin tahu ini, manusia menjadi paham bahwa api itu panas, es itu dingin, gula itu manis, dan sebagainya.
Melalui penjelajahan yang didasari rasa ingin tahu itu, manusia mendapatkan pengetahuan baru, perubahan, dan kemajuan. Banyak fenomena alam dan kehidupan pada umumnya mengundang keinginannya untuk mengetahui lebih jauh. Sedikit demi sedikit fenomena alam itu terjawab.
Bagi seorang penulis, rasa ingin tahu dan mentalitas penjelajah ini adalah bekal terbesar. Hari-harinya dipenuhi dengan keinginan untuk mendapatkan informasi/pengetahuan terbaru. Dia pun ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. Ia berupaya bisa berada dalam suasana/lingkungan baru sehingga banyak bertemu dengan orang-orang baru yang menjadikannya kian lengkap, kian kaya pengalaman dan pengetahuan. Ia tak hendak berkutat sendirian, dengan melulu mengurung diri di kamar dengan dalih untuk menulis — walaupun saat menuangkan ide penulisan kesendirian itu perlu. Tetapi, dia menyadari benar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan informasi lebih banyak diperoleh dari university of life, universitas kehidupan. Dengan pikiran terbuka, ia belajar dari universitas kehidupan, lalu mentransformasikan ke dalam diri, dan menuliskannya.
Dalam penjelajahan tersebut, iapun senantiasa membawa pola berpikir kritis sehingga tak hendak menerima begitu saja apapun informasi yang diperoleh. Dia menyadari, bahwa dalam banyak kasus, masyarakat kita masih doyan dan percaya pada desas-desus, pada gosip, dan pada hal-hal yang berbau takhayul. Sebagai penulis, dia mesti hati-hati menyerap informasi sejenis itu jika tak ingin cara berpikir dan tulisannya terkontaminasi oleh hal-hal seperti itu.
Dari sikap kritisnya melihat persoalan, maka ia mampu menangkap permasalahan dengan jelas, bisa membedakan mana fakta, mana opini atau fenomena. Dari situ, ia berpikir kreatif untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Pertama-tama ia menangkap fakta-fakta yang terjadi, dia pastikan masalahnya, dan berupaya menemukankan jalan keluar dengan kemampuan berpikir kreatif. Berpikir terbuka, kritis, dan kreatif-inovatif adalah modal andalannya.
Itulah dia sang penulis idaman. Kita doakan semoga sang penulis sukses menapaki karier kepenulisannya. Tapi, siapakah dia? Andakah orangnya?
Selamat menulis.

( I Ketut Suweca , 14 November 2011).

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas