Ada
satu hal unik yang dimiliki manusia, yang dengannya, ia mencapai
kemajuan demi kemajuan dalam kehidupan. Hal unik itu adalah rasa ingin tahu (curious). Dengan berbekalkan rasa ingin tahu yang melekat pada dirinya, manusia melakukan penjelajahan dengan mencoba hal-hal baru, kadang-kadang dengan pola trial and error.
Pada awal mula kehidupannya, dengan rasa ingin tahu ini, manusia
menjadi paham bahwa api itu panas, es itu dingin, gula itu manis, dan
sebagainya.
Melalui
penjelajahan yang didasari rasa ingin tahu itu, manusia mendapatkan
pengetahuan baru, perubahan, dan kemajuan. Banyak fenomena alam dan
kehidupan pada umumnya mengundang keinginannya untuk mengetahui lebih
jauh. Sedikit demi sedikit fenomena alam itu terjawab.
Bagi seorang penulis, rasa ingin tahu dan mentalitas penjelajah ini adalah bekal terbesar.
Hari-harinya dipenuhi dengan keinginan untuk mendapatkan
informasi/pengetahuan terbaru. Dia pun ingin mencari
pengalaman-pengalaman baru. Ia berupaya bisa berada dalam
suasana/lingkungan baru sehingga banyak bertemu dengan orang-orang baru
yang menjadikannya kian lengkap, kian kaya pengalaman dan pengetahuan.
Ia tak hendak berkutat sendirian, dengan melulu mengurung diri di kamar
dengan dalih untuk menulis — walaupun saat menuangkan ide penulisan
kesendirian itu perlu. Tetapi, dia menyadari benar bahwa pengetahuan,
pengalaman, dan informasi lebih banyak diperoleh dari university of life, universitas kehidupan. Dengan pikiran terbuka, ia belajar dari universitas kehidupan, lalu mentransformasikan ke dalam diri, dan menuliskannya.
Dalam penjelajahan tersebut, iapun senantiasa membawa pola berpikir kritis
sehingga tak hendak menerima begitu saja apapun informasi yang
diperoleh. Dia menyadari, bahwa dalam banyak kasus, masyarakat kita
masih doyan dan percaya pada desas-desus, pada gosip, dan pada
hal-hal yang berbau takhayul. Sebagai penulis, dia mesti hati-hati
menyerap informasi sejenis itu jika tak ingin cara berpikir dan
tulisannya terkontaminasi oleh hal-hal seperti itu.
Dari
sikap kritisnya melihat persoalan, maka ia mampu menangkap permasalahan
dengan jelas, bisa membedakan mana fakta, mana opini atau fenomena.
Dari situ, ia berpikir kreatif untuk
memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Pertama-tama ia
menangkap fakta-fakta yang terjadi, dia pastikan masalahnya, dan
berupaya menemukankan jalan keluar dengan kemampuan berpikir kreatif. Berpikir terbuka, kritis, dan kreatif-inovatif adalah modal andalannya.
Itulah dia sang penulis idaman. Kita doakan semoga sang penulis sukses menapaki karier kepenulisannya. Tapi, siapakah dia? Andakah orangnya?
Selamat menulis.
( I Ketut Suweca , 14 November 2011).
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)