Cara Sederhana Menonjolkan Tokoh Cerita

Tuesday, 3 April 2012

Seringkali kita menulis dengan langsung membuat cerita dan tidak terlalu memperhatikan bagaimana karakter yang terlibat di dalamnya. Padahal karakter-karakter itulah yang membuat cerita bernyawa. Kekuatan karakter sangat menentukan bagaimana “rasa” sebuah cerita akan dinikmati oleh pembaca. 

Meskipun ada beberapa teori untuk membuat karakter, saya pribadi lebih menyukai proses ini dengan menggunakan curiculum vitae. Mirip dengan CV yang biasa digunakan ketika melamar kerja. Tentu saja akan lebih baik jika digabung dengan teori lain utuk mendapatkan bentuk karakter yang kuat.

Contoh:
Tokoh protagonis:
  1. Nama: Fernando.
  2. Tempat / tanggal lahir: Jakarta / 13 – Juli – 1985.
  3. Tinggi / BB: 178 cm / 70 kg.
  4. Tempat tinggal: Jakarta pusat.
  5. Pekerjaan: Pengusaha.
  6. Hobi: musik dan olahraga
  7. Wajah: tampan.
  8. Kulit: putih.
  9. Bau badan: wangi.
  10. Cara bicara: tenang, sopan, suara berat.
  11. Gaya berpakaian: trendi, terkadang kasual khas anak muda.
Sekarang, cobalah membuat rangkaian cerita yang melibatkan tokoh di atas.

Contoh:
Fernando memasuki ruangan kerjanya. Langkah berat dan sikap tegak membuat wajah tampanya semakin terlihat. Aura wibawa sebagai seorang pimpinan segera mengisi seluruh ruang kerja. Seluruh karyawan segera berdiri dan memberi salam hormat.

Tokoh antagonis:
  1. Nama: Jambrong.
  2. Tempat / tanggal lahir: Jakarta / 12 – Juni – 1975.
  3. Tinggi / BB: 178 cm / 78 kg.
  4. Tempat tinggal: Jakarta pusat.
  5. Pekerjaan: Preman pasar.
  6. Hobi: mabuk, judi dan malak orang.
  7. Wajah: bercodet dan ada bekas luka di wajahnya.
  8. Kulit: hitam pekat.
  9. Senjata: badik.
  10. Cara bicara: suara keras, tidak sopan dan suka berteriak.
  11. Gaya berpakaian: jeans belel dan kotor, kaos oblong hitam dan jaket kulit lusuh warna hitam.
Sekarang, cobalah membuat rangkaian cerita yang melibatkan tokoh di atas.
Setelah membuat sedikit cerita dari masing-masing karakter, cobalah untuk membuat cerita dengan melibatkan kedua karakter tersebut pada satu ruang yang sama.

Bagi saya, CV ini sangat berguna ketika membuat novel. Pada jalian cerita yang panjang, kadang tokoh tertentu “lama” tidak tersentuh sehingg kita lupa detilnya. Dengan adanya CV, saya bisa melihat kembali tokoh yng bersangkutan. Kita tidak akan kehilangan pegangan pada tokoh tertentu.

Dengan membuat CV, anda akan terbantu ketika membuat cerita karena dapat membayangkan bagaimana si tokoh tersebut tampil. Bagaimana intonasi suaranya, bau tubuhnya, gerak badan dan detil lainnya. Cerita akan terasa lebih bernyawa ketika anda mampu memasuki ruang tiga dimensi cerita, seolah menonton film.

Tentu saja bagiaman CV ini dibuat tergantung pada kebutuhan anda. Masukkan saja semua kebutuhan sesuai keinginan anda. Bahkan catatan yang terdengar tidak masuk akal sekalipun dapat anda masukkan pada CV sang tokoh (ini sangat berguna ketika anda menulis cerita sihir, misalnya.)

Semoga bermanfaat.

Sumber disini.

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas