Edisi : Minggu, 10 Mei 2009 , Hal.VIII
Barangsiapa pengingat Sang Kuasa, semata-mata hanya Sang Kuasa, Orang itu membawa Sang Kuasa dalam semua karyanya”
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Puisi ada dan selalu ada di dalam dunia sastra. Bagaimana dengan bentuk karya sastra ini? Ada masalah yang seringkali ditemukan di bangku sekolah. Guru tidak bisa menulis puisi. Guru bahkan tidak pernah menulis puisi. Penulis, beberapa waktu lalu dalam mengisi acara Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Sertifikasi Guru Rayon 12 Surakarta, sebagai instruktur menemukan bahwa, ada beberapa guru yang belum pernah menulis puisi. Mereka terpaksa dan saya paksa menulis sebuah puisi sebagai bentuk pemberian pengalaman pernah menulis puisi.
Ada yang merasakan bahwa menulis puisi itu susah. Ada yang merasakan bahwa menulis puisi tidak mudah. Ada yang merasakan bahwa menulis puisi itu sulit. Mereka terpaksa menulis puisi sebagai bentuk pengalaman latihan. Hasilnya, puisi mereka adalah puisi yang layak untuk dibaca dan diapresiasi.
Manusia diberi potensi oleh Sang Pencipta. Potensi akal dan rasa, kedua potensi ini berguna bagi kehidupan manusia. Manusia dengan akalnya berpikir tentang dunia. Manusia menghasilkan pengetahuan, sampai sekarang hasil teknologi menjadi buah pikiran manusia. Di samping pemanfaatan potensi akal, manusia juga mengembangkan potensi rasa. Pengarang sebagai manusia kreatif, pengarang mampu mengolah pengalaman dunia menjadi buah karya sastra. Dunia sastra berjalan mengiringi dunia teknologi yang kian menyala.
Proses kreatif
Manusia memiliki potensi jiwa, yaitu manusia tidak begitu saja melupakan pengalaman. Bahkan, pengalaman dalam hidupnya mengendap dalam dirinya. Endapan pengalaman itu ditempatkan di lubuk batik yang dalam. Manusia memiliki potensi yaitu mampu memproses pengalaman itu dalam proses imajinasi. Jadilah, jadilah, jadilah karya sastra. Karya sastra terlahir dari proses kreatif pengarang. Puisi lahir dari proses kreatif pengarang.
Apakah tidak ada yang patut dijadikan bahkan diskusi? Tampaknya, proses imajinasi yang berlangsung di ladang imajiner pengarang menjadi biang keladi terciptanya karya sastra. Pengaranglah yang bertanggung jawab terhadap sebuah karya sastra. Pengaranglah yang menjadi pelahir sebuah karya. Pengaranglah yang menjadi titik awal pengkajian setiap ada karya sastra.
Proses kreatif ini bisa dipaksakan. Proses kreatif ini terjadi dengan ”suasana harmonis dalam diri pengarang”. Pemaksaan akan menghasilkan karya sastra, unsur kejiwaan seorang pengarang memegang peranan dalam proses pelahiran karya sastra.
Pengarang selalu pandai membawakan diri di ladang imajiner. Karya sastra diproses dalam diri pengarang. Setelah terlahir puisi pengarang telah selesai melakukan kewajibannya. Dunia karya sastra dipenuhi oleh orang-orang yang mengedepankan proses kreatif. Proses kreatif menulis puisi yang dialami oleh penyair pada akhirnya menghasilkan puisi. Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra. Puisi sebagai karya sastra telah lahir dari orang-orang pengabdi proses imajinasi. Kata-kata dalam puisi akan memiliki kekuatan. Kekuatan kata dalam puisi timbul karena kata itu sendiri sudah membawa potensi. Potensi inilah yang harus dimengerti oleh penulis puisi.
Menulis puisi apakah mudah? Bila ada yang mengatakan mudah, maka perlu dikaji lebih teliti. Orang tersebut punya pamrih yaitu tidak membuat takut kepada calon penulis. Orang yang mengatakan tidak mudah juga perlu diselidiki. Orang ini pasti belum pernah menulis puisi. Orang ini belum pernah mengalami kebahagiaan yang dinikmati setelah tercipta sebuah puisi.
Apakah benar menulis itu mudah? Jika dijawab pertanyaan itu, maka bisa ya dan bisa tidak. Sebaiknya, untuk urusan ini yang perlu dilakukan adalah mencoba. Menulis, menulis, menulislah, akhirnya diri sendiri yang bisa memberikan jawaban yang pas untuk pertanyaan seperti itu. Menulis puisi juga bisa dikatakan mudah dan bisa dikatakan sulit.
Manakala seseorang sudah mencoba menulis. Orang akan merasakan bahwa menulis puisi yang seperti itu. Puisi bukan karya yang lahir tanpa rencana. Puisi bukan karya yang lahir tanpa pergulatan batin. Lama dan sering memakan waktu yang cukup lama untuk bergumul dengan sebuah keinginan melahirkan sebuah bentuk puisi.
Sebagai bahan renungan, beranikanlah diri menulis puisi. Menulis itu mudah. Menulis itu menyenangkan, Apakah diri akan menjadi seorang peziarah di dunia ini? Syarat pertama adalah bahwa diri menjadikan diri sendiri rendah seperti debu dan abu. Apakah diri akan menjadi seorang kreator di dunia ini? Syarat pertama adalah bahwa diri menjadikan diri sendiri berbuah manis seperti pohon pisang yang berani di bawah terik matahari.
*) Drs Agus Budi Wahyudi MHum
Staf Pengajar Program Pascasarjana UMS.
Sangat disarankan untuk baca yang satu ini.
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)