Hal-hal yang Perlu Diketahui oleh Penulis Opini

Monday 17 February 2014

1. Penulis opini hendaknya mengirimkan karya yang idenya orisinil, baru, syukur-syukur sama sekali belum pernah ada ide serupa sepanjang sejarah, dan perpaduan antara: menarik, bermanfaat, aktual dan inspiratif. Kayak kategori di Kompasiana ya?
2. Penulis opini boleh meng-copy-paste kata-kata mutiara, kutipan berita, namun sifatnya hanya sebagai titik tolak tulisan (news peg) dengan mengutip sumber aslinya, dan panjangnya sedapat mungkin jangan sampai lebih dari 3 kalimat.
3. Penulis opini jangan sampai mengirimkan karya yang sama ke beberapa media sekaligus. Setiap media dituntut untuk menyajikan informasi yang eksklusif. Bila sampai ada tulisan yang sama di dua media berbeda, penulis biasanya akan kena sanksi. Bisa di-black list selamanya oleh media yang memuat, bisa juga sementara. Penulis harus tahu ini.
4. Penulis opini boleh mencabut tulisan yang sudah dia kirim ke sebuah media. Hubungi saja redaksi melalui telepon. Atau kalau memang sudah kenal dengan redaktur, hubungi sang redaktur langsung atau via email, bila naskah Anda tidak kunjung dimuat oleh redaksi, padahal Anda merasa akan layak muat bila dialihkan ke media lain.  Hal ini cara terbaik untuk menghindari kemungkinan dobel pemuatan sehingga tidak mengalami nasib fatal, di-blacklist dari media.
5. Penulis opini hendaknya mengirimkan tulisan dengan jumlah karakter (huruf) yang kira-kira pas atau dilebihkan sedikit dari jumlah karakter yang bisa masuk pada ukuran space halaman opini. Kalau untuk Kompas, kira-kira tulisan yang dimuat antara 6.000-8.000 karakter. Untuk media massa lokal, biasanya jumlah karakternya lebih sedikit. Redaktur, bila mendapati dua tulisan dengan kualitas sama, akan memilih tulisan yang karakternya mendekati pas dengan space dibanding harus meminta penulisnya menambahi atau memotong tulisan.
6. Penulis opini sedapat mungkin hendaknya tidak menggunakan jasa ghost writer. Berbeda dari buku, tulisan opini untuk media sifatnya sangat personal, menunjukkan karakter penulis. Redaktur yang sudah lama membaca tulisan penulis yang sudah lama bergelut di dunia penulisan, akan bisa mengenali tulisan dari pemilihan diksi dan hal kecil lainnya.
7. Redaktur adalah manusia biasa. Bisa lalai dan khilaf juga. Oleh karena itu hendaknya penulis sendiri yang memegang kaidah-kaidah tak tertulis di dunia kepenulisan.

Sumber http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2014/02/17/anggito-mundur-pelajaran-buat-semua-penulis-opini-632626.html

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas