Badut-badut Kelaparan (Buletin Pawon Sastra Solo, 14 Februari 2013 )

Friday, 15 February 2013

di negeri ini
para pelayan mengenyangkan perut sendiri
sebelum para tuannya mengunyahnya
makanan cepat saji

di negeri ini
para badut berlomba mencari hidungnya yang terlepas
di curi kawannya sendiri ketika ia menyorakkan nurani semu
badut senayan melawan badut jalanan
seperti seteru abadi, manusia dan setan

di negeri ini
seorang pahlawan muncul di layar televisi
ia beretorika tentang keadilan dan kesejahteraan rakyat
tapi saya heran, pahlawan lain bermunculan
dengan aneka rupa topeng dan kalimatkalimat manis
rakyat sudah paham hai pahlawan
dan pahlawan sesungguhnya tenggelam begitu saja
namun perlahan rakyat sudah menduga, kebaikan akan selalu menang
semut melawan gajah
begitu gagah kiranya pertempuran
masih di layar kaca kita masingmasing

di negeri ini
cerita banyak sekali untuk di tulis atau sekedar dicerna
babak demi babak tersaji
masih di layar kaca kita masingmasing
akhirnya kita tahu siapa para badut sialan itu
mereka bersemayam dalam sangkar besar
senayan orang bilang

di negeri ini
konon suarasuara kita akan tercengkeram
disumpal dengan undangundang sesat yang dibikin para badut itu
setiap perlawanan dan suara kritik adalah peluru
namun sejatinya kita adalah pejuang nasib negeri ini
Indonesia!

di negeri ini
heranku semakin menjadi
para badut masih bermain sinetron
pencitraan terselubung oleh media
bermain apik sekali memerankan lakon
namun kami adalah rakyat pintar
hai tuan badut untuk apa omong kosong ini?
apakah perutmu selalu lapar?
mulut kami lebih lapar dari yang kalian kira

Jakal KM 14 Jogja, 25 Oktober 2012

Catatan:
Dimuat Buletin Pawon Sastra, 14 Februari 2013
Selengkapnya: Badut-badut Kelaparan (Buletin Pawon Sastra Solo, 14 Februari 2013 )

Even Lomba Puisi dan Cerpen 2013 | DL Maret 2013

Thursday, 7 February 2013

Selengkapnya: Even Lomba Puisi dan Cerpen 2013 | DL Maret 2013

Petuah Guruku (Solopos, 08 Oktober 2006 )

Tuesday, 5 February 2013

Dimuat Solopos, Edisi : Minggu, 08 Oktober 2006 , Hal.IV  

lima siang lima malam
memberi petuah begitu dalam
sampai aku hanyut tenggelam
merenung siang malam

ilmu bumi engkau paham
banyak godaan sedang merajam
terdampar aku menuju karam
kau berikan putih diatas hitam

karena engkaulah
ku seberangi lautan teduh
mencari nyata berkata lidah
begitu yakin begitu ampuh

Karanganyar, 120404
Selengkapnya: Petuah Guruku (Solopos, 08 Oktober 2006 )

Festival Monolog Berbahasa Jawa

Sunday, 3 February 2013

FESTIVAL MONOLOG BERBAHASA JAWA TINGKAT NASIONAL
Latar Belakang
Upaya mengembangkan bahasa, sastra, dan budaya Jawa perlu terus digalakkan demi tegaknya budaya bangsa. Eksistensi budaya daerah, termasuk budaya Jawa, sangat penting untuk membangun budaya nasional. Selama ini sering muncul keluhan bahwa generasi muda lebih suka budaya asing daripada budayanya sendiri. Hal itu tidak boleh terjadi. Berbagai strategi perlu ditempuh demi tumbuh dan berkembangnya budaya daerah sebagai penyangga budaya nasional; tidak hanya mengandalkan pendidikan formal, tetapi juga menerobos jalur nonformal.
 
Konsep konservasi budaya yang dicanangkan Unnes tentu tidak berhenti pada pelestarian wujud budaya yang telah ada, tetapi juga mencakupi pengembangan wujud budaya itu dengan kreativitas dan daya ungkap baru. Budaya Jawa akan semakin adiluhung bila mampu menjalin dialektika dengan budaya lain, tidak terpaku pada wujud yang telah dan pernah ada. Seni monolog barangkali dalam budaya Jawa belum familiar, tetapi dalam khazanah global sudah hangat dibicarakan.
 

Monolog merupakan bagian dari seni teater (pertunjukan) yang potensial dikembangkan dalam khazanah budaya Jawa. Orang Jawa mengenal istilah nggremeng, ngudarasa, yang di dalamnya seseorang mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya. Itulah ruh monolog. Kemampuan bermonolog akan menunjukkan kemampuan berbahasa Jawa dan kepekaan terhadap fenomena yang berkembang saat ini. Selain itu, monolog juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengkontekstualisasikan nilai-nilai budaya yang dianggap lama. Nilai-nilai budaya dalam wayang dan cerita rakyat, misalnya, dapat dikontestualisasikan dengan daya ungkap baru melalui monolog.
 

Festival monolog berbahasa Jawa yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Unnes ke-48 Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini diharapkan dapat diikuti peserta dari seluruh wilayah di Indonesia sebagai wujud nyata konservasi budaya yang dicanangkan kampus ini. Festival monolog berbahasa Jawa ini merupakan yang pertama kali diadakan. Daerah-daerah pengguna bahasa Jawa tersebut diharapkan dapat terlibat agar secara wacana kuat dan monumental. Ini merupakan langkah nyata daripada sekadar melakukan konferensi menanggapi simpang-siurnya keberadaan bahasa daerah pada kurikulum terbaru.

Tujuan
1. Mewadahi kreasi seni budaya yang digeluti masyarakat umum dan akademisi khususnya di bidang teater.
2. Meningkatkan dan mengembangkan apresiasi seni di Unnes untuk memperkaya seni budaya bangsa Indonesia yang dapat memperkuat daya saing bangsa.
3. Menjalin kerjasama antara kelompok seni dari berbagai daerah untuk mempererat rasa persaudaraan dalam rangka keutuhan dan eksistensi budaya yang mengedepankan proses kreatif.
4. Mengembangkan bahasa dan sastra Jawa sebagai penyangga kebudayaan nasional.

Tema
Tema monolog berbahasa Jawa pada kegiatan ini adalah membangun kreativitas dan daya ungkap baru melalui seni teater monolog.

Bentuk Kegiatan
Festival Monolog Berbahasa Jawa ini dilakukan dalam bentuk pertunjukan teater dengan seorang pemain dan kru (penata setting, musik, artistik, sutradara, dan lain-lain).

B. Pendaftaran dan Pelaksanaan
1. Peserta festival monolog ini bersifat umum, setiap grup terdiri atas seorang pemain dan 9 kru (sutradara, dan sebagainya). Grup yang dimaksud bisa mewakili sekolah, kampus, atau komunitas seni.
2. Peserta dibatasi sejumlah 20 peserta. Jika sudah memenuhi kuota, pendaftaran ditutup.
3. Peserta dipungut biaya pendaftaran sebesar Rp 250.000.
4. Segala hal keperluan peserta, menyangkut akomodasi, konsumsi, dan lain-lain ditanggung peserta.
5. Festival ini bisa diikuti oleh grup yang berasal dari daerah pemakai bahasa Jawa, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY. Selain itu dapat pula diikuti oleh komunitas budaya Jawa yang ada di luar daerah tersebut sehingga kegiatan ini berlabel ”nasional”.
6. Pendaftaran peserta dapat dilakukan di sekretariat lomba UKM Kesenian Jawa Unnes kampus Sekaran Gunungpati Semarang, atau melalui kontak personal Burhanudin (085743563998). Formulir pendaftaran dapat diunduh di laman monologjawa.wordpress.com.
7. Peserta dapat pula melakukan pembayaran melalui rekening BNI Cabang Unnes Semarang No. Rek. 024 668 0712 atas nama Mulyono. Setelah melakukan pembayaran, peserta diwajibkan melakukan konfirmasi kepada panitia.
8. Pendaftaran ditutup tanggal 16 Maret 2013.
9. Orientasi panggung bagi peserta dilaksanakan 22 Maret 2013.
10. Festival dilaksanakan tanggal 23-24 Maret 2013 di Gedung B6 Sendratasik FBS Unnes Gunungpati Semarang.
11. Panitia menyediakan ruang transit selama dua hari pelaksanaan festival. Bila peserta ingin menginap di tempat lain atau penginapan terdekat dengan lokasi festival, berikut adalah tempat penginapan tersebut
• Wisma Patemon (jarak tempuh 10 menit ke lokasi festival), kontak
• Wisma Mira Kelud (jarak tempuh 20 menit ke lokasi festival), kontak
• Wisma Trangkil (jarak tempuh 10 menit ke lokasi festival), kontak

C. Aturan Festival
1. Festival monolog berbahasa Jawa ini lebih menitikberatkan pada pengemasan seni pertunjukan teater dengan seorang pemain. Memang dalam khazanah budaya Jawa sudah ada dalang (wayang) dan kentrung, tetapi dalam monolog sudut pandang penceritaannya berbeda. Monolog dengan sudut penceritaan ”keakuan” lebih berasa dalam hal ngudarasa dan mengeksplorasi keaktoran.
2. Monolog berbahasa Jawa ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah peserta 10 orang. Seorang pemain di atas panggung, yang lain sebagai kru (sutradara, penata setting, pemain musik).
3. Waktu yang disediakan adalah 45 menit. Peserta disilakan memanfaatkan waktu tersebut untuk tata seting dan pentas monolog.
4. Naskah cerita bebas, baik bersumber dari cerita klasik (cerita rakyat, wayang, mitos, dan lain-lain) maupun cerita mutakhir (kekinian). Bahkan, bisa menyadur dari cerita-cerita asing.
5. Naskah dikirim ke panitia paling lambat seminggu sebelum pementasan (16 Maret 2013), ke sekretariat UKM Kesenian Jawa FBS Unnes kampus Sekaran Gunungpati Semarang, atau via e-mail; monologjawa@gmail.com.
6. Tiga penampil terbaik akan memperoleh piagam dan uang pembinaan.
Selain itu akan dipilih pula sutradara terbaik, aktor terbaik, artistik terbaik, dan tata iringan terbaik.
7. Item penjurian:
• Keutuhan pementasan
• Keaktoran
• Keartistikan (setting, lighting, iringan)
• Kekreatifan
8. Bahasa Jawa yang digunakan dapat menggunakan dialek manapun.
9. Setiap peserta baik aktor maupun kru akan diberi sertifikat oleh panitia.

D. Panitia Pelaksana
Panitia pelaksana Festival Monolog Bahasa Jawa 2013 dibentuk berdasarkan keputusan Ketua Panitia Dies Natalis ke-48 Unnes mengenai penyusunan panitia divisi seni budaya tahun 2013. Penanggung jawab atas terselenggaranya lomba ini adalah panitia pusat yang pelaksanaannya didelegasikan kepada pengurus divisi seni budaya. Masing-masing anggota dan pengurus yang tergabung dalam kepanitiaan lomba akan mempersiapkan segala yang menjadi properti dan kebutuhan lomba.


Sumber Fb Sosiawan Leak
Selengkapnya: Festival Monolog Berbahasa Jawa

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas