Diposkan oleh
Admin Iboekoe pada
10 Sep 2012 |
1 Tanggapan
Oleh: Muhidin M Dahlan
Di HariAksaraInternasional 8 September kami berbagi soal-soal aksara
Nusantara. Kami ambil dari berbagai catatan. Terutama sekali dari buku
Aksara Membangun Peradaban. Mula-mula kami ringkas ciri peradaban
berbasis keberaksaraan dari masa ke masa. Kami membaginya dalam tiga
masa berproduksi sebuah masyarakat, yakni: Agraris, Industri, Informasi.
Agraris , Di masa ini struktur politik masih
berbentuk kerajaan dan dipimpin seorang raja, sementara komunitas
masyarakat berbentuk klan. Bentuk dan pengorganisasian pembelajaran
masyarakat dilangsungkan di padepokan-padepokan dan diasuh oleh seorang
guru yang dihormati. Keterampilan individual dan kerajinan tangan
menjadi ukuran dalam prestasi kerja. Dalam keberaksaraan, penulisan dan
penyalinan naskah masih menggunakan tulisan tangan, baik di prasasti
maupun di daun-daun lontar. Karena itu mengapa produk keberaksaraan
berjumlah sangat sedikit dan hanya beredar di kalangan elite masyarakat,
antara lain raja, bangsawan, ataupun agamawan. Jadi struktur
terbentuknya kelas elite bisa dilihat dari rumitnya produksi aksara
Industri, Masa ini berlangsung ketika bangsa-bangsa Eropa berlayar mencari bahan baku industri yang menandai berlangsungnya penguasaan daerah-daerah baru. Nusantara pun demikian. Tapi penjajahan bukan hanya melahirkan sebuah pola perbudakan, tapi tradisi baru di Nusantara. Mesin cetak masuk yang mengubah keberaksaraan dari tulisan di lontar ke tulisan di atas kertas; dari yang berjumlah sedikit menjadi massal. Budaya cetak ini menjadi penanda utama lahirnya Renaisans Nusantara kedua di mana pers dan buku yang dicetak secara massal menjadi tonggak utamanya.
Industri, Masa ini berlangsung ketika bangsa-bangsa Eropa berlayar mencari bahan baku industri yang menandai berlangsungnya penguasaan daerah-daerah baru. Nusantara pun demikian. Tapi penjajahan bukan hanya melahirkan sebuah pola perbudakan, tapi tradisi baru di Nusantara. Mesin cetak masuk yang mengubah keberaksaraan dari tulisan di lontar ke tulisan di atas kertas; dari yang berjumlah sedikit menjadi massal. Budaya cetak ini menjadi penanda utama lahirnya Renaisans Nusantara kedua di mana pers dan buku yang dicetak secara massal menjadi tonggak utamanya.
Di masa ini lahir sosok yang memberikan pencerahan abad, yakni Tirto
Adhi Soerjo. Pengaruhnya mirip pengaruh yang diberikan Dharmawangsa di
abad 10. Sebut saja era awal abad 20 dengan “Tirto Adhi Serjo Effect”.
Bentuk kerajaan yang sebelumnya dipercayai sebagai bentuk ideal strutur
bermasyarakat digantikan oleh Negara-Bangsa yang diperkenalkan Eropa.
Model pendidikan tak lagi mesti bersimpuh tapi duduk di kursi dan
menulis/membaca di sebuah meja dan seorang guru berpakaian Eropa di
depan kelas. Keilmuan yang diperoleh dari proses pembelajaran pun
terspesialisasi. Sementara komunitas masyarakat sudah mengenal pembagian
desa dan kota dengan dikepalai oleh struktur politik yang ditunjuk dan
diangkat Kepala Negara.
Informasi, Masa ini ditandai sebuah era ketika
komputer dan internet menjadi bagian hidup dari masyarakat. Dengan alat
itu masyarakat bisa terhubung dengan bebas dengan dunia luar tanpa ada
batasan negara atau disebut globalisasi. Jika batas negara masih ada,
maka itu tak kurang dan tak lebih hanyalah semata administratif.
Di masa ini, jaringan atau web menjadi kunciutama dimana masyarakat
terkoneksi dengan beragam masyarakat dan melakukan pembelajaran bersama
atas pengetahuan. Demokratisasi pembelajaran berlangsung dalam relasi
yang setara. Di tahap inilah bentuk masyarakat dasar berbentuk Desa
Merdesa di mana kesejahteraan adalah kunci. Demikian tiga masa besar
masyarakat Nusantara dibagi berdasarkan medium aksara.
Pluralitas Aksara Nusantara
Arkeolog sering menjadikan aksara sebagai batu tapal pembeda masa
prasejarah dan masa sejarah. Aksara adalah tulisan, huruf yang tertulis
dalam pelbagai medium: batu, lontar, kertas, dan sebagainya. Aksara di
prasasti, candi, lontar, melahirkan kerajaan dalam politik dan klan
dalam kehidupan komunal. Aksara dalam bentuk cetak melahirkan negara
bangsa dalam politik dan desa-kota dalam kehidupan komunal. Aksara dalam
elektronika (web, ebook, sosial media) melahirkan globalisasi-jaringan
dalam politik dan desa-merdesa dalam kehidupan komunal.
Zaman prasejarah disebut nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan).
Masa itu aksara belum tersedia. Medium aksara juga bisa kita jadikan
tonggak menentukan periodesisasi. Keaksaraan awal Nusantara dikuasai
elite intelektual dan kerajaan. Hanya dua insititusi peradaban ini.
Aksara dimasa ini menempati medium prasasti, candi, lontar.
Aksara yang beroperasi di Nusantara kita ini demikian kaya untuk menampung pemakaian 706 bahasa.
Aksara Pallawa -> India Selatan; induk aksara darimana aksara-aksara Nusantara diturunkan
Aksara Kawi -> Berkembang di Jawa pada masa kerajaan Hindu-Buddha.
Dipakai kalangwan dalam penulisan karya sastra. Aksara Kawi ini juga
banyak variannya: Kayuwangi, Kuadrat, dan Majapahit.
Aksara Buda -> Hanacaraka yang beroperasi zaman pra-Islam. Zaman
ini memang disebut demikian pada masa kerajaan Islam berkuasa. Umumnya
Aksara Buda disebut juga Aksara Gunung. Maklum, pemakainya banyak
tinggal di pegunungan setelah Islam masuk.
Aksara Ngalagena (Sunda Kuna) -> Dipakai orang Sunda dari abad 14 hingga 18.
Aksara Batak (Surat Batak) -> Berasal dari aksara Kawi sesudah
Singhasari mengirimkan tentaranya ke Jambi di Sumatera Tengah. Aksara
Batak juga punya variasi -> Toba, Karo, Dairi, Simalungun, dan
Mandailing
Aksara Rencong (Aksara Kerinci) -> Banyak dipakai di Bengkahulu
dan hulu Palembang, dan Minangkabau. Terpengaruh aksara Pallawa dan Kawi
Aksara Lampung (Kaganga) -> Dibaca dari kanan ke kiri. Satu keluarga dengan Aksara Pallawi dan Arab
Aksara Jawa (Aksara Jawa Baru/Hanacaraka) -> Disebut Hanacaraka
sesuai dengan urutan susunan 5 sukukata pertama dari alfabet Jawa:
ha-na-ca-ra-ka
Aksara Bali -> Mirip Aksara Hanacaraka. Beda diaturan penulisan.
Aksara Bali, huruf sukukata terdiri dua jenis: wianjana (konsonan) &
suara (vokal)
Aksara Lontarak -> Disebut juga Aksara Bugis-Makassar. Dinamai
begitu karena memang kisah-kisah ditulis pada daunlontar seperti La
Galigo
Aksara Arab -> Disebut juga abjad hijaiyah. Berasal dari aksara
Aramaik (dari bahasa Syria dan Nabatea). Rada mirip dengan abjad Koptik
dan Yunani
Aksara Jawi -> Abjad arab yang diubah untuk menuliskan Bahasa Melayu. Bersamaan dengan dtngnya agama Islam ke Nusantara
Aksara Pegon -> Huruf Arab atau lebih tepat: Huruf Jawi yang dimodifikasi menuliskan bahasa Jawa
Aksara Latin -> Aksara yang pertama kalinya dipakai orang Romawi menuliskan bahasa Latin.
Aksara Cina -> Masuk bersamaan dengan kapitalisme percetakan pada akhir dasawarsa 1880-an.
Aksara Korea -> Di salahsatu kampung Kota Baubau, Sultra, aksara
korea ini jadi pengantar tulis bahasa lokal warga. Disebut Kampung
Ciacia
Aksara Rusia -> Bersamaan dengan merebaknya pergerakan komunis di
Indonesia. Buku-buku berbahasa Rusia beredar di kalangan pergerakan
Betapa beragamnya aksara beroperasi. Nyaris seluruh aksara dunia
beroperasi di Nusantara. Maka alasan historis apa yang membikin kamu
mengusir suatu kaum di Nusantara ini.
Kalangwan dan Penjaga Aksara
Untuk menjaga dan mengoperasikan aksara-aksara itu, di Jawa dikenal
istilah Kalangwan. Menurut Zoetmulder, kalangwan atau kalangon berarti
keindahan lantaran sastra bikin orang ekstase (lango). Kalangwan yang
dimaksud merujuk pada tradisi penulisan kitab dengan pola puisi naratif
yang jadi ciri khas sastra awal di Nusantara. Kalangwan juga, terkait
dengan pengertian aksara Kawi yang punya arti harafiah sebagai “penyair”
& kakawin berarti puisi
Kalangwan ini yang mencipta dan sekaligus menjaga sedemikian rupa,
misal bahasa Jawa Kuno, dengan pelbagai jalan.Kalangwan-lah yang menjaga
bahasa dengan jln menerjemahkan atau adaptasi, penciptaan, perawian,
juga publikasi dengan ritus membaca bersama. Puncak prestasi kalangwan
sebagai adaptor/penerjemah diabad 14 saat pemerintah resmi memaklumatkan
penerjemahan besar-besaran. Saat itu kesemarakan penulisan berlangsung
dan para kalangwan mendapat tempat terhormat disisi sang raja.
Kalangwan dekat dengan raja, tapi kehidupannya berada diluar istana.
Mereka punya permukiman sendiri. Salahsatu padepokan kalangwan
terpenting di Jawa Timur adalah Lemah Tulis di Kediri. Alumni-alumni
Lemah Tulis terpenting antara lain Mpu Baradah, Mpu Tantular, dan Mpu
Prapanca.
Kalangwan adalah karakter individu atau kolektif yang dengan
kemampuan asketis & estetisnya berusaha mencipta, menjaga, dan setia
mempublikasikan aksara dan bahasa dalam tindakan keberaksaraan
Aksara Berumah di Pers
Membincangkan aksara abad 20 tanpa melibatkan pers adalah mustahil.
Sebab tindakan keberaksaraan pada masa ini digerakkan oleh mesin
pengganda yang revolusioner. Tatanan masyarakat juga turut berubah di
masa ini. Aksara berumah di pers melahirkan sistem politik negara-bangsa
dan sistem masyarakat kota-desa
Aksara jelang dan awal abad 20 adalah aksara berumah di penerbitan
pers. Furnivall bilang ini buah abad ke-20 dari kemajuan kultural
modern. Operasi aksara di masa ini dengan intensif bisa kita temukan di
halaman-halaman pers. Karena itu, nyaris semua aktor pergerakan awal
adalah orang pers. Maka membincangkan aksara abad 20 tanpa melibatkan
pers adalah keterlaluan. Tindakan keberaksaraan digerakkan mesin ini.
Dimasa ini, penggerak-penggerak aksara via pers adalah juga pemutar
turbin pergerakan masa-masa awal. Tirto Adhi Soerjo, Pendiri Medan
Prijaji, Soeloeh Keadilan, Poetri Hindia, dsb. Penggerak aksara via
pers. HOS Tjokroaminoto, pemimpin redaksi Oetoesan Hindia dan Sinar
Djawa. Penggerak aksara via pers. Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara,
dan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, jurumudi De Express yang dibreidel.
Penggerak aksara via pers. Ki Hadjar Dewantara, pemimpin redaksi
Persatoean Hindia dan bahu-membahu bersuara dalam majalah Pemimpin.
Penggerak aksara via pers. Semaoen, Di usia 18 tahun memimpin SinarDjawa
yang kemudian berubah menjadi SinarHindia. Suara PKI awal. Penggerak
aksara via pers. Mas Marco Kartodikromo, Pendiri Doenia Bergerak.
Presiden pertama organisasi jurnalistik IJB. Penggerak aksara via pers
Thn 1914 tonggak pemerintah Hindia mengeluarkan persdelict: pasal 66a
dan 66b dalam staatblad (Lembar Negera) No. 205-206 bahwa aparat hukum
akan menghukum siapa pun yang dianggap menyebarkan (aksara) kebencian
terhadap Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Pasal ini bikin satu per
satu jurnalis diseret ke bui. Dan persdelict ini pertama kali disabetkan
ke Marco dan Doenia Bergerak.
Maridjan Kartosoewirjo, Sebelum dikenal sebagai pentolan Gerakan
DI/NII, ia reporter & redaktur iklan di Fadjar Asia bareng Agoes
Salim. Penggerak aksara via pers. K.H. Ahmad Dahlan, nakhoda pertama
Soera Moehammadijah pada 1915 di Kauman, Yogyakarta. Penggerak aksara
via pers. Hadji Misbach, tokoh Kauman Solo yang bikin Medan Moeslimin
yang kemudian menjadi Medan Rakjat. Penggerak aksara via pers. Sukarno,
pemimpin redaksi Persatoean Indonesia dan Fikiran Ra’jat yang membuatnya
ditangkap karena tuduhan menghasut rakyat. Penggerak aksara via pers.
Mohammad Hatta – Sjahrir Menakhodai Daulat Ra’jat yang menjadi media
refleksi intelektual untuk memperterang jalan kemerdekaan. Penggerak
aksara via pers. Roehana Koeddoes, menukangi Soenting Melajoe di
Sumatera Barat. Penggerak aksara via pers. Siti Soendari, terkenal
dengan penulis berpena belati yang mengelola suratkabar Wanita Swara
dari Brebes. Penggerak aksara via pers. Natsir, pentolan Masjumi yang
menahkodai koran Abadi dan Hikmah. Penggerak aksara via pers. Aidit dkk,
pentolan PKI yang mendayung majalah Bintang Merah untuk pendidikan
kader. Penggerak aksara via pers.
Dan masih banyak nama-nama yang bisa kita deret yang menjadikan
tindakan aksara untuk gerakkan kemerdekaan. Dimasa aksara berumah di
pers ini melahirkan sistem politik negara-bangsa dan sistem masy
mengenal kota-desa
Nasionalisme dan Buta Huruf
Pemberantasan buta huruf berjalan seiringan dengan gerakan
kemerdekaan. Ketika nasionalisme berada pada titik didihnya yang
tertinggi, buta huruf adalah aib. Dibuatkan beragam sanksi bagi yang tak
turut serta semarakkan program melek baca tulis ini. Pengalaman dari
beberapa negara bisa memperkaya khasanah pengetahuan bagaimana
pemberantasan buta huruf berjalan berisisian dengan nasionalisme.
Dalam kamus nasionalisme negara yang baru saja merdeka, buta huruf
adalah aib. Surjadi dalam buku ttg desa (1969) membuat pola
pemberantasan butahuruf dari beberapa negara yang baru saja umumkan
maklumat kemerdekaan. Simaklah kaum Komunis di Rusia sewaktu
menumbangkan rezim Tsar pada 1917. Dalam dua tahun Lenin membuat
perintah untuk menghilangkan kebutahurufan.
Turki memulai kampanye pemberantasan butahuruf segera setelah Kemal
Attaturk menjadi presiden. Perkembangan yang cepat dalam kerja
pemberantasan buta huruf di India merupakan akibat langsung daripada
pembentukan kekuasaan Kongres. Di Indonesia dan Ghana demikian juga.
Pemberantasan butahuruf dilakukan setelah kemerdekaan nasional
dimaklumatkan.
Bagi pemerintah yang dipimpin kalangan nasionalis terpelajar dan
revolusioner, butahuruf adalah aral yang merintangi kemajuan. Lenin,
“Seorang manusia butahuruf adalah di luar dunia politik.” Dan ajaran
minimum adalah mengetahui abjad alfabet. Pemerintah nasionalis
beranggapan orang-orang yang melek huruf hanyalah satu-satunya dasar
yang sehat untuk membangun masadepan bangsanya.
Sikap kaum nasionalis pada masalah buta huruf dimiliki pula oleh
ratusan orang-orang di pelbagai negara yang baru merdeka. Dengan
usahanya jumlah orang-orang buta huruf yang berduyun-duyun untuk belajar
makin bertambah, dan banyak orang-orang yang pandai baca tulis
dikerahkan untuk mengajar tanpa bayaran. Semangat yang tumbuh dari
gerkan kemerdekaan nasional berbarengan dengan gerakan pemberantasan
butahuruf. Tanpa itu diragukan apakah kampanye pemberantasan butahuruf
akn berhasil cepat. Presiden Sukarno saja turun kedesa
Dengan rangsangan-rangsangan usaha tersebut banyak jugaa yang tak
mempergunakan kesempatan tersebut untuk belajar. Sebagian nganggap gak
ada kegunaan belajar membaca, lainnya lagi karena mereka terlalu sibuk
dengan pekerjaan sehari-harinya.
Sadar butahuruf menghambat kemajuan, maka disiapkan serangkaian
hukuman bagi warga yang butahuruf atau tak mampu memperbaiki kualitas
keberaksaraannya. Di Rusia, penolakan untuk ikut kursus pemberantasan
butahuruf diancam hukum denda, kerja paksa, kehilangan kartu makanan,
atau dikeluarkan dari persatuan dagang.
Hukuman Tiongkok yang menolak program berantas butahuruf dikenai
pajak yang diatur oleh Undang-Undang. Di Turki pemerintah mengumumkan
bahwa lapangan kerja di pemerintah hanya tersedia bagi orang-orang yang
dapat membaca dan menulis. Tidak bagi yang butahuruf. Untuk kasus
Indonesia kita kutip Mass Education Handbook, “Pada kenyataannya
kepentingan negara menuntut setiap warga negara memiliki kemampuan
membaca dan menulis.”
Karena itu dicoba jalan memaksa orang menjadi melek huruf dengan
jalan perintah-perintah atau pengumuman. Bahwa setiap formulir diisi
langsung oleh orang yang bersangkutan, dan memerintakan setiap rumah dan
tempat memakai papan nama. Dalam satu kecamatan di Jawa, lulus dari
ujian pemberantasan butahuruf merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh izin nikah.
Pada masa pemerintahan Sukarno yang masih labil, penanggulangan
tunapendidikan waktu itu dikenal dengan pemberantasan buta huruf (PBH)
atau kursus ABC. Bagian yang menangani butahuruf adlh Bagian Pendidikan
Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PPK).
Pada 1951, misal, disusun program Sepuluh Tahun Pemberantasan Buta
Huruf dengan harapan semua penduduk Indonesia akan melek huruf dalam
jangka waktu sepuluh tahun berikutnya. Namun, pada 1960, masih terdapat
sekitar 40% orang dewasa yang buta huruf. Thn 1960 dikeluarkan Komando
Presiden Sukarno untuk tuntaskan butahuruf sampai tahun 1964. Hasilnya,
31 Desember 1964 penduduk Indonesia usia 13-45 tahun (kecuali yang ada
di Irian Barat) dinyatakan bebas buta huruf
*)Disalin dari kultwit @radiobuku, 8 September 2012
Sumber http://indonesiabuku.com/?p=13870
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)