Aksara dalam Tiga Masa

Monday, 5 November 2012

Diposkan oleh Admin Iboekoe pada 10 Sep 2012 | 1 Tanggapan
Oleh: Muhidin M Dahlan

Di HariAksaraInternasional 8 September kami berbagi soal-soal aksara Nusantara. Kami ambil dari berbagai catatan. Terutama sekali dari buku Aksara Membangun Peradaban. Mula-mula kami ringkas ciri peradaban berbasis keberaksaraan dari masa ke masa. Kami membaginya dalam tiga masa berproduksi sebuah masyarakat, yakni: Agraris, Industri, Informasi.

Agraris ,  Di masa ini struktur politik masih berbentuk kerajaan dan dipimpin seorang raja, sementara komunitas masyarakat berbentuk klan. Bentuk dan pengorganisasian pembelajaran masyarakat dilangsungkan di padepokan-padepokan dan diasuh oleh seorang guru yang dihormati. Keterampilan individual dan kerajinan tangan menjadi ukuran dalam prestasi kerja. Dalam keberaksaraan, penulisan dan penyalinan naskah masih menggunakan tulisan tangan, baik di prasasti maupun di daun-daun lontar. Karena itu mengapa produk keberaksaraan berjumlah sangat sedikit dan hanya beredar di kalangan elite masyarakat, antara lain raja, bangsawan, ataupun agamawan.  Jadi struktur terbentuknya kelas elite bisa dilihat dari rumitnya produksi aksara

Industri
, Masa ini berlangsung ketika bangsa-bangsa Eropa berlayar mencari bahan baku industri yang menandai berlangsungnya penguasaan daerah-daerah baru. Nusantara pun demikian. Tapi penjajahan bukan hanya melahirkan sebuah pola perbudakan, tapi tradisi baru di Nusantara. Mesin cetak masuk yang mengubah keberaksaraan dari tulisan di lontar ke tulisan di atas kertas; dari yang berjumlah sedikit menjadi massal. Budaya cetak ini menjadi penanda utama lahirnya Renaisans Nusantara kedua di mana pers dan buku yang dicetak secara massal menjadi tonggak utamanya.

Di masa ini lahir sosok yang memberikan pencerahan abad, yakni Tirto Adhi Soerjo. Pengaruhnya mirip pengaruh yang diberikan Dharmawangsa di abad 10. Sebut saja era awal abad 20 dengan “Tirto Adhi Serjo Effect”. Bentuk kerajaan yang sebelumnya dipercayai sebagai bentuk ideal strutur bermasyarakat digantikan oleh Negara-Bangsa yang diperkenalkan Eropa. Model pendidikan tak lagi mesti bersimpuh tapi duduk di kursi dan menulis/membaca di sebuah meja dan seorang guru berpakaian Eropa di depan kelas. Keilmuan yang diperoleh dari proses pembelajaran pun terspesialisasi. Sementara komunitas masyarakat sudah mengenal pembagian desa dan kota dengan dikepalai oleh struktur politik yang ditunjuk dan diangkat Kepala Negara.

Informasi, Masa ini ditandai sebuah era ketika komputer dan internet menjadi bagian hidup dari masyarakat. Dengan alat itu masyarakat bisa terhubung dengan bebas dengan dunia luar tanpa ada batasan negara atau disebut globalisasi. Jika batas negara masih ada, maka itu tak kurang dan tak lebih hanyalah semata administratif.

Di masa ini, jaringan atau web menjadi kunciutama dimana masyarakat terkoneksi dengan beragam masyarakat dan melakukan pembelajaran bersama atas pengetahuan. Demokratisasi pembelajaran berlangsung dalam relasi yang setara. Di tahap inilah bentuk masyarakat dasar berbentuk Desa Merdesa di mana kesejahteraan adalah kunci. Demikian tiga masa besar masyarakat Nusantara dibagi berdasarkan medium aksara.

Pluralitas Aksara Nusantara
Arkeolog sering menjadikan aksara sebagai batu tapal pembeda masa prasejarah dan masa sejarah.  Aksara adalah tulisan, huruf yang tertulis dalam pelbagai medium: batu, lontar, kertas, dan sebagainya. Aksara di prasasti, candi, lontar, melahirkan kerajaan dalam politik dan klan dalam kehidupan komunal. Aksara dalam bentuk cetak melahirkan negara bangsa dalam politik dan desa-kota dalam kehidupan komunal. Aksara dalam elektronika (web, ebook, sosial media) melahirkan globalisasi-jaringan dalam politik dan desa-merdesa dalam kehidupan komunal.

Zaman prasejarah disebut nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan). Masa itu aksara belum tersedia. Medium aksara juga bisa kita jadikan tonggak menentukan periodesisasi. Keaksaraan awal Nusantara dikuasai elite intelektual dan kerajaan. Hanya dua insititusi peradaban ini. Aksara dimasa ini menempati medium prasasti, candi, lontar.

Aksara yang beroperasi di Nusantara kita ini demikian kaya untuk menampung pemakaian 706 bahasa.
Aksara Pallawa -> India Selatan; induk aksara darimana aksara-aksara Nusantara diturunkan
Aksara Kawi -> Berkembang di Jawa pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Dipakai kalangwan dalam penulisan karya sastra. Aksara Kawi ini juga banyak variannya: Kayuwangi, Kuadrat, dan Majapahit.
Aksara Buda -> Hanacaraka yang beroperasi zaman pra-Islam. Zaman ini memang disebut demikian pada masa kerajaan Islam berkuasa. Umumnya Aksara Buda disebut juga Aksara Gunung. Maklum, pemakainya banyak tinggal di pegunungan setelah Islam masuk.
Aksara Ngalagena (Sunda Kuna) -> Dipakai orang Sunda dari abad 14  hingga 18.
Aksara Batak (Surat Batak) -> Berasal dari aksara Kawi sesudah Singhasari mengirimkan tentaranya ke Jambi di Sumatera Tengah. Aksara Batak juga punya variasi -> Toba, Karo, Dairi, Simalungun, dan Mandailing
Aksara Rencong (Aksara Kerinci) -> Banyak dipakai di Bengkahulu dan hulu Palembang, dan Minangkabau. Terpengaruh aksara Pallawa dan Kawi
Aksara Lampung (Kaganga) -> Dibaca dari kanan ke kiri. Satu keluarga dengan Aksara Pallawi dan Arab
Aksara Jawa (Aksara Jawa Baru/Hanacaraka) -> Disebut Hanacaraka sesuai dengan urutan susunan 5 sukukata pertama dari alfabet Jawa: ha-na-ca-ra-ka
Aksara Bali -> Mirip Aksara Hanacaraka. Beda diaturan penulisan. Aksara Bali, huruf sukukata terdiri dua jenis: wianjana (konsonan) & suara (vokal)
Aksara Lontarak -> Disebut juga Aksara Bugis-Makassar. Dinamai begitu karena memang kisah-kisah ditulis pada daunlontar seperti La Galigo
Aksara Arab -> Disebut juga abjad hijaiyah. Berasal dari aksara Aramaik (dari bahasa Syria dan Nabatea). Rada mirip dengan abjad Koptik dan Yunani
Aksara Jawi -> Abjad arab yang diubah untuk menuliskan Bahasa Melayu. Bersamaan dengan dtngnya agama Islam ke Nusantara
Aksara Pegon -> Huruf Arab atau lebih tepat: Huruf Jawi yang dimodifikasi menuliskan bahasa Jawa
Aksara Latin -> Aksara yang pertama kalinya dipakai orang Romawi menuliskan bahasa Latin.
Aksara Cina -> Masuk bersamaan dengan kapitalisme percetakan pada akhir dasawarsa 1880-an.
Aksara Korea -> Di salahsatu kampung Kota Baubau, Sultra, aksara korea ini jadi pengantar tulis bahasa lokal warga. Disebut Kampung Ciacia
Aksara Rusia -> Bersamaan dengan merebaknya pergerakan komunis di Indonesia. Buku-buku berbahasa Rusia beredar di kalangan pergerakan

Betapa beragamnya aksara beroperasi. Nyaris seluruh aksara dunia beroperasi di Nusantara. Maka alasan historis apa yang membikin kamu mengusir suatu kaum di Nusantara ini.

Kalangwan dan Penjaga Aksara
Untuk menjaga dan mengoperasikan aksara-aksara itu, di Jawa dikenal istilah Kalangwan. Menurut Zoetmulder, kalangwan atau kalangon berarti keindahan lantaran sastra bikin orang ekstase (lango). Kalangwan yang dimaksud merujuk pada tradisi penulisan kitab dengan pola puisi naratif yang jadi ciri khas sastra awal di Nusantara.  Kalangwan juga, terkait dengan pengertian aksara Kawi yang punya arti harafiah sebagai “penyair” & kakawin berarti puisi

Kalangwan ini yang mencipta dan sekaligus menjaga sedemikian rupa, misal bahasa Jawa Kuno, dengan pelbagai jalan.Kalangwan-lah yang menjaga bahasa dengan jln menerjemahkan atau adaptasi, penciptaan, perawian, juga publikasi dengan ritus membaca bersama. Puncak prestasi kalangwan sebagai adaptor/penerjemah diabad 14 saat pemerintah resmi memaklumatkan penerjemahan besar-besaran. Saat itu kesemarakan penulisan berlangsung dan para kalangwan mendapat tempat terhormat disisi sang raja.

Kalangwan dekat dengan raja, tapi kehidupannya berada diluar istana. Mereka punya permukiman sendiri. Salahsatu padepokan kalangwan terpenting di Jawa Timur adalah Lemah Tulis di Kediri.  Alumni-alumni Lemah Tulis terpenting antara lain Mpu Baradah, Mpu Tantular, dan Mpu Prapanca.

Kalangwan adalah karakter individu atau kolektif yang dengan kemampuan asketis & estetisnya berusaha mencipta, menjaga, dan setia mempublikasikan aksara dan bahasa dalam tindakan keberaksaraan

Aksara Berumah di Pers
Membincangkan aksara abad 20 tanpa melibatkan pers adalah mustahil. Sebab tindakan keberaksaraan pada masa ini digerakkan oleh mesin pengganda yang revolusioner. Tatanan masyarakat juga turut berubah di masa ini. Aksara berumah di pers melahirkan sistem politik negara-bangsa dan sistem masyarakat kota-desa
Aksara jelang dan awal abad 20  adalah aksara berumah di penerbitan pers. Furnivall bilang ini buah abad ke-20 dari kemajuan kultural modern. Operasi aksara di masa ini dengan intensif bisa kita temukan di halaman-halaman pers. Karena itu, nyaris semua aktor pergerakan awal adalah orang pers. Maka membincangkan aksara abad 20 tanpa melibatkan pers adalah keterlaluan. Tindakan keberaksaraan digerakkan mesin ini.

Dimasa ini, penggerak-penggerak aksara via pers adalah juga pemutar turbin pergerakan masa-masa awal. Tirto Adhi Soerjo, Pendiri Medan Prijaji, Soeloeh Keadilan, Poetri Hindia, dsb. Penggerak aksara via pers. HOS Tjokroaminoto,  pemimpin redaksi Oetoesan Hindia dan Sinar Djawa. Penggerak aksara via pers. Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara, dan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, jurumudi De Express yang dibreidel. Penggerak aksara via pers. Ki Hadjar Dewantara,  pemimpin redaksi Persatoean Hindia dan bahu-membahu bersuara dalam majalah Pemimpin. Penggerak aksara via pers. Semaoen, Di usia 18 tahun memimpin SinarDjawa yang kemudian berubah menjadi SinarHindia. Suara PKI awal. Penggerak aksara via pers. Mas Marco Kartodikromo, Pendiri Doenia Bergerak. Presiden pertama organisasi jurnalistik IJB. Penggerak aksara via pers

Thn 1914 tonggak pemerintah Hindia mengeluarkan persdelict: pasal 66a dan 66b dalam staatblad (Lembar Negera) No. 205-206 bahwa aparat hukum akan menghukum siapa pun yang dianggap menyebarkan (aksara) kebencian terhadap Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Pasal ini bikin satu per satu jurnalis diseret ke bui. Dan persdelict ini pertama kali disabetkan ke Marco dan Doenia Bergerak.

Maridjan Kartosoewirjo, Sebelum dikenal sebagai pentolan Gerakan DI/NII, ia reporter & redaktur iklan di Fadjar Asia bareng Agoes Salim. Penggerak aksara via pers. K.H. Ahmad Dahlan, nakhoda pertama Soera Moehammadijah pada 1915 di Kauman, Yogyakarta. Penggerak aksara via pers. Hadji Misbach, tokoh Kauman Solo yang bikin Medan Moeslimin yang kemudian menjadi Medan Rakjat. Penggerak aksara via pers. Sukarno, pemimpin redaksi Persatoean Indonesia dan Fikiran Ra’jat yang membuatnya ditangkap karena tuduhan menghasut rakyat. Penggerak aksara via pers.

Mohammad Hatta – Sjahrir Menakhodai Daulat Ra’jat yang menjadi media refleksi intelektual untuk memperterang jalan kemerdekaan. Penggerak aksara via pers. Roehana Koeddoes, menukangi Soenting Melajoe di Sumatera Barat. Penggerak aksara via pers. Siti Soendari, terkenal dengan penulis berpena belati yang mengelola suratkabar Wanita Swara dari Brebes. Penggerak aksara via pers. Natsir, pentolan Masjumi yang menahkodai koran Abadi dan Hikmah. Penggerak aksara via pers. Aidit dkk, pentolan PKI yang mendayung majalah Bintang Merah untuk pendidikan kader. Penggerak aksara via pers.

Dan masih banyak nama-nama yang bisa kita deret yang menjadikan tindakan aksara untuk gerakkan kemerdekaan. Dimasa aksara berumah di pers ini melahirkan sistem politik negara-bangsa dan sistem masy mengenal kota-desa

Nasionalisme dan Buta Huruf
Pemberantasan buta huruf berjalan seiringan dengan gerakan kemerdekaan. Ketika nasionalisme berada pada titik didihnya yang tertinggi, buta huruf adalah aib. Dibuatkan beragam sanksi bagi yang tak turut serta semarakkan program melek baca tulis ini. Pengalaman dari beberapa negara bisa memperkaya khasanah pengetahuan bagaimana pemberantasan buta huruf berjalan berisisian dengan nasionalisme.

Dalam kamus nasionalisme negara yang baru saja merdeka, buta huruf adalah aib. Surjadi dalam buku ttg desa (1969) membuat pola pemberantasan butahuruf dari beberapa negara yang baru saja umumkan maklumat kemerdekaan. Simaklah kaum Komunis di Rusia sewaktu menumbangkan rezim Tsar pada 1917. Dalam dua tahun Lenin membuat perintah untuk menghilangkan kebutahurufan.

Turki memulai kampanye pemberantasan butahuruf segera setelah Kemal Attaturk menjadi presiden. Perkembangan yang cepat dalam kerja pemberantasan buta huruf di India merupakan akibat langsung daripada pembentukan kekuasaan Kongres. Di Indonesia dan Ghana demikian juga. Pemberantasan butahuruf dilakukan setelah kemerdekaan nasional dimaklumatkan.

Bagi pemerintah yang dipimpin kalangan nasionalis terpelajar dan revolusioner, butahuruf adalah aral yang merintangi kemajuan.  Lenin, “Seorang manusia butahuruf adalah di luar dunia politik.” Dan ajaran minimum adalah mengetahui abjad alfabet. Pemerintah nasionalis beranggapan orang-orang yang melek huruf hanyalah satu-satunya dasar yang sehat untuk membangun masadepan bangsanya.

Sikap kaum nasionalis pada masalah buta huruf dimiliki pula oleh ratusan orang-orang di pelbagai negara yang baru merdeka. Dengan usahanya jumlah orang-orang buta huruf yang berduyun-duyun untuk belajar makin bertambah, dan banyak orang-orang yang pandai baca tulis dikerahkan untuk mengajar tanpa bayaran. Semangat yang tumbuh dari gerkan kemerdekaan nasional berbarengan dengan gerakan pemberantasan butahuruf. Tanpa itu diragukan apakah kampanye pemberantasan butahuruf akn berhasil cepat. Presiden Sukarno saja turun kedesa

Dengan rangsangan-rangsangan usaha tersebut banyak jugaa yang tak mempergunakan kesempatan tersebut untuk belajar. Sebagian nganggap gak ada kegunaan belajar membaca, lainnya lagi karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan sehari-harinya.

Sadar butahuruf menghambat kemajuan, maka disiapkan serangkaian hukuman bagi warga yang butahuruf atau tak mampu memperbaiki kualitas keberaksaraannya. Di Rusia, penolakan untuk ikut kursus pemberantasan butahuruf diancam hukum denda, kerja paksa, kehilangan kartu makanan, atau dikeluarkan dari persatuan dagang.

Hukuman Tiongkok yang menolak program berantas butahuruf  dikenai pajak yang diatur oleh Undang-Undang. Di Turki pemerintah mengumumkan bahwa lapangan kerja di pemerintah hanya tersedia bagi orang-orang yang dapat membaca dan menulis. Tidak bagi yang butahuruf. Untuk kasus Indonesia kita kutip Mass Education Handbook, “Pada kenyataannya kepentingan negara menuntut setiap warga negara memiliki kemampuan membaca dan menulis.”

Karena itu dicoba jalan memaksa orang menjadi melek huruf dengan jalan perintah-perintah atau pengumuman. Bahwa setiap formulir diisi langsung oleh orang yang bersangkutan, dan memerintakan setiap rumah dan tempat memakai papan nama. Dalam satu kecamatan di Jawa, lulus dari ujian pemberantasan butahuruf merupakan salah satu syarat untuk memperoleh izin nikah.

Pada masa pemerintahan Sukarno yang masih labil, penanggulangan tunapendidikan waktu itu dikenal dengan pemberantasan buta huruf (PBH) atau kursus ABC. Bagian yang menangani butahuruf adlh Bagian Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PPK).

Pada 1951, misal, disusun program Sepuluh Tahun Pemberantasan Buta Huruf dengan harapan semua penduduk Indonesia akan melek huruf dalam jangka waktu sepuluh tahun berikutnya. Namun, pada 1960, masih terdapat sekitar 40% orang dewasa yang buta huruf. Thn 1960 dikeluarkan Komando Presiden Sukarno untuk tuntaskan butahuruf sampai tahun 1964. Hasilnya, 31 Desember 1964 penduduk Indonesia usia 13-45 tahun (kecuali yang ada di Irian Barat) dinyatakan bebas buta huruf

*)Disalin dari kultwit @radiobuku, 8 September 2012

Sumber http://indonesiabuku.com/?p=13870

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas