10 Kiat Menulis dari Ernest Hemingway

Tuesday, 13 May 2014

1. Menulislah di Pagi Hari
Memulai menulis ketika hari masih pagi akan memberi kamu waktu yang lebih leluasa untuk menyelesaikan tulisan. Selain itu, hal ini ditujukan agar kamu menjadikan menulis sebagai bagian dari kebiasaan harian. Lebih-lebih—karena dilakukan di pagi hari—menulis menjadi sesuatu yang kamu anggap sebuah kegiatan utama dalam rangkaian rutinitasmu.

2. Hindari Membahas Proses Kreatif dengan Orang Lain
“Bagaimana proses kreatif penulis?” adalah salah satu pertanyaan yang jarang sekali luput diajukan kepada penulis dalam kesempatan-kesempatan diskusi atau wawancara. Hemingway memilih untuk tidak menjawab pertanyaan ini ketika diwawancarai. Sebagian orang memprediksi bahwa tindakan itu dilakukan Hemingway karena ia khawatir jangan-jangan hal yang mestinya ia tulis dalam novelnya malah bocor lewat wawancara itu. Sebagian yang lain berprasangka lebih positif. Hemingway lebih suka membicarakan topik lain yang jauh lebih relevan dalam wawancara itu yang mungkin akan membantunya dalam proses menulis selanjutnya.

3. Menulis Sambil Berdiri
Aneh, ya? Hahaha… tapi, Hemingway memang benar-benar melakukannya. Sejak awal karir menulisnya, Hemingway berdiri menghadap ke mejanya lalu mulai menulis.

4. Nikmati Prosesnya dengan Sungguh-sungguh
Kiat yang satu ini sebenarnya tidak hanya berlaku dalam hal menulis. Secara umum, kita memang dianjurkan untuk menikmati tiap proses yang dilalui. Secara khusus, seorang penulis harus merasa nyaman berkutat dengan kata-kata. Penulis harus membangun ikatan khusus yang intim dengan tulisannya.

5. Catatlah Perkembangan Harian
Hemingway punya kebiasaan untuk melihat ulang tulisannya setiap selesai menulis. Tiap harinya, ia mencatat jumlah kata yang berhasil dirangkainya dalam rentang waktu satu hari di sebuah papan yang digantung di dinding ruang kerjanya.

6. Jangan Pernah Remehkan Kesederhanaan
Tidak semua hal harus dilakukan dengan ingar-bingar. Salah satu hal yang dicontohkan oleh Hemingway adalah keengganannya untuk bergantung pada mesin tik yang digunakannya untuk menulis. Ketika ia merasa kurang sreg mengetik, ia akan mengembalikan ‘rasa’ dengan menulis pakai pensil, sesuatu yang jauh lebih sederhana.

7. Menata Waktu untuk Bekerja dan Berhenti Bekerja
“Saya belajar untuk tidak memikirkan tulisan saya sejak saat saya berhenti menulis hari ini sampai akan mulai menulis lagi besok. Dengan begitu, alam bawah sadar saya yang akan melanjutkan pekerjaan itu. Sehingga di waktu yang sama saya harap saya justru bisa mendengarkan orang lain dan memperhatikan hal-hal lain.” Itu pernyataan Hemingway. Ia membagi waktunya untuk bekerja (menulis) dan untuk melakukan hal lain. Dengan cara ini, ia tidak diperbudak oleh pekerjaannya sendiri. Ia tetap bisa berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya, hitung-hitung agar bisa mendapatkan hal-hal baru yang bisa jadi akan mendukung karyanya.

8. Menulislah dengan Benar dan Jujur
“Yang harus dilakukan adalah menulis kalimat kebenaran. Tulislah kalimat paling benar yang kamu tahu.” –Ernest Hemingway
Kebenaran yang dimaksud dalam konteks ini bukan serta merta berarti fakta. Melalui tulisannya, penulis diharapkan mewartakan kebenaran, tentunya dengan jujur. Bagaimanapun bentuk dan gaya tulisan itu, penulis haruslah mempunyai hasrat dalam dirinya untuk membagikan kebenaran pada pembacanya.

9. Jatuh Cintalah
Nah lho! Perasaan ketika jatuh cinta biasanya memberikan efek yang baik pada tubuh dan psikis kita. Hal ini juga berguna bagi mereka yang menulis. Bangkitkanlah perasaan cinta pada pasanganmu atau pada orang yang kejatuhan hatimy. Dengan luapan rasa bahagia dari cinta itu, cobalah menulis.

10. Ketahuilah Banyak Hal, Tapi Jangan Tulis Semua yang Kamu Tahu
Menjadi penulis tentulah membutuhkan pengetahuan yang mumpuni dalam banyak hal, lebih-lebih tentang sesuatu yang ditulisnya. Belajarlah sebanyak-banyaknya namun, satu hal yang perlu diingat adalah tidak perlu mencantumkan semua yang kamu tahu itu dalam tulisanmu. Hemingway menghimbau para penulis untuk belajar mencoba mengabaikan sebagian informasi yang menjadi bahan tulisan. Tidak semua informasi itu harus ditulis. “… bagian yang diabaikan itu akan membangun kekuatan ceritamu dan membuat pembaca merasakan sesuatu yang lebih dari apa yang mereka pahami,” begitu pesannya.

Nah, itu tadi beberapa kiat menulis dari penulis kenamaan Ernest Hemingway. Siapa tahu bisa jadi tambahan referensi solusi untuk proses menulis kita. Jangan khawatir, masing-masing penulis punya kiat dan kebiasaannya sendiri untuk mengatasi permasalahan dalam menulis. Hemingway sudah membagikan ceritanya, bagaimana dengan kamu, Penulis?

MARIA PUSPITASARI, Editor Indie Book Corner.

Disarikan dari Top 10 Writing Tips of Ernest Hemingway, http://top10buzz.com/top-ten-writing-tips-of-ernest-hemingway/

Selengkapnya: 10 Kiat Menulis dari Ernest Hemingway

Musuh atau Hal yang Perlu Dihindari dalam Menulis Puisi

...
Bahwa setiap langkah yang harus ditempuh oleh profesi apa pun, termasuk penyair, memerlukan proses yang panjang, salah satunya adalah proses refleksi, kontemplasi, perenungan, baik mengenai materi yang akan ditulis, maupun bentuk setelah jadi tulisan (setelah jadi puisi). Puisi yang hari ini ditulis, ketika esok hari dibaca lagi, ternyata banyak diksi yang tidak pas, banyak kata yang harus dibuang. Itulah sebabnya Chairil Anwar perlu keranjang sampah untuk mewadahi kertas yang diremas, yang berisi puisi yang gagal.

Puisi adalah karya imajinasi penyair dalam bentuk larik-larik yang bermakna. Puisi adalah bahasa yang padat, mampat. Puisi adalah dunia penuh makna, bahkan menurut Abdul Hadi WM dalam Ayat-ayat Sastra (Junaedhie, 2013) puisi merupakan sarana untuk mencari kebenaran atau memahami hidup. Ia juga merupakan sarana ekspresi atau media untuk mewujudkan hidup, suatu hal yang hakiki bagi manusia. Di dalam puisi, sebagaimana di dalam ilmu dan seni yang lain, tercakup cita-cita manusia akan kebenaran, akan kehidupan. Puisi juga bisa merupakan tanggapan terhadap secara batiniah, lanjut Abdul Hadi WM. Karena itu puisi juga merupakan katarsis, upaya bersih diri dari bentuk-bentuk kehidupan profan dengan nilai-nilai yang transendental. Puisi bisa menjadi sarana ibadah, pernyataan baru, dan cinta yang mendalam dan personal. Puisi menjadikan yang baru tetap baru, yang aktual tetap aktual, karena berurusan dengan hal-hal yang fundamental. Puisi bukan upaya untuk menyulap misteri.

Menulis puisi melibatkan banyak hal yang cukup kompleks : pengalaman, kedalaman, kejujuran, kecerdasan, dan sedikit kegilaan (Sarjono, 2010). Semua dasar kepenyairan bermuara pada keterampilan teknis di satu sisi dan wawasan sang penyair di sisi lain. Mengingat kompleksitas urusan menulis puisi, puisi yang “baik” tidak mungkin lahir dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. 

Ada lima musuh puisi yang harus dihindari agar menghasilkan puisi yang yahud menurut Agus R Sarjono. Kelima musuh puisi itu adalah : keumuman, simplifikasi, propaganda dan reklame, klise, dan nasihat. Hindarkan kelima hal tersebut dari puisi anda, jika puisi anda ingin mencapai predikat puisi yahud.

Musuh pertama dalam puisi adalah keumuman. Puisi anti pandangan yang umum. Keumuman harus dihindari. Sebagai contoh, pandangan umum mengenai sosok ibu adalah perempuan yang mengandung 9 bulan, pemberi ASI, mulia, lembut, penuh cinta kasih, penuh pengabdian, dan seterusnya. Jika anda menulis puisi tentang ibu dengan pandangan umum itu, niscaya puisi anda tidak akan menarik. 

Musuh kedua dalam puisi adalah simplifikasi, yang artinya penyederhanaan yang banyak hubungannya dengan kebiasaan menggeneralisir atau menggebyah-uyah.  Pandangan yang menggebyah-uyah, menggeneralisir sangat dekat juga dengan keumuman di atas. Cara pandang yang memukul-rata. Ini tidak akan melahirkan puisi yahud. Bahwa pengemis itu pasti kumal, jorok, kotor. Bahwa guru ngaji itu pasti lurus, saleh, suci. Bahwa Barat itu pasti TOP. Bahwa pacaran itu pasti ada dengan adegan-adegan cinta mesra. Dan seterusnya.

Musuh ketiga dalam puisi adalah propaganda dan reklame. Mengapa propaganda dan reklame menjadi musuh dalam menulis puisi, karena kedua hal tersebut sering lepas dari hubungan personal dengan manusia. Ada indoktrinasi. Ada intimidasi. Sudah pasti, hal ini bertentangan dengan bahasa puisi yang ingin memagut hati, ingin bersunyi dengan hati.

Musuh keempat dalam puisi adalah klise, artinya puisi yang menggunakan kata-kata klise bukan puisi yahud. Kata, frasa, klausa, ungkapan, kalimat klise artinya kata, frasa, klausa, ungkapan, atau kalimat yang sudah ribuan kali digunakan sehingga tidak menimbulkan suasana baru lagi. Penyair yang baik akan menciptakan ungkapan-ungkapan baru sehingga puisinya segar, tidak klise. Beberapa ungkapan klise misalnya wajahmu seperti bulan, matamu seperti bintang timur, pipimu bak pauh dilayang, bibirmu merah delima, dan lain-lain. Di dunia iklan dikenal beberapa ungkapan baru seperti senyum pepsodent, minum makanan bergizi.

Musuh kelima ialah nasihat, maksudnya puisi yang berisi nasihat sangat riskan karena orang yang menasihati jika belum melaksanakan isi nasihat tersebut akan dijuluki orang yang jarkoni, bisa ngajar tetapi tidak bisa nglakoni.  

Musuh keenam (tambahan) adalah rumitisme. Puisi yang dibuat rumit dengan alih-alih agar tidak umum padahal tidak sampai pada makna yang dikehendaki.

Disarikan dari esai "PUISI-PUISI EKO SUSANTO : SEBUAH KRITIK REFLEKTIF" Oleh Esti Ismawati.

Selengkapnya: Musuh atau Hal yang Perlu Dihindari dalam Menulis Puisi

153 Nama Penyair yang Karyanya Akan Dimuat dalam Buku DARI NEGERI POCI 5

Penyeleksian tahap awal (27/03/14), menyaring puisi 228 penyair dari 400-an penyair seluruh Indonesia yang mengirim karya. Kemudian tahap selanjutnya/final (13/05/14) tersaring 153 nama penyair saja. Dan, alhamdulillah puisiku lolos. Ini pertama kalinya ikut antologi Dari Negeri Poci. Puisi kawan satu kota juga masuk, Pradita Nurmalia. Selamat!

Tim Kurator: Adri Darmadji Woko, dkk.

Direncanakan, acara peluncuran "NEGERI LANGIT, 153 Penyair dari Negeri Poci 5" berlangsung di Tegal, Jawa Tengah, 20 - 22 Juni 2014.
 DNP 1-3
DNP 4
Kover DNP 5: Negeri Langit. Sumber.

Berikut nama 153 penyair yang lolos final:
1.    A‘YAT KHALILI
2.    ABAH YOYOK
3.    ABDUL  SALAM H.S.
4.    ADRI DARMADJI WOKO
5.    AHITA TEGUH SUSILO
6.    AHMAD MUSABBIH
7.    AHMAD WAYANG
8.    ALDY  ISTANZIA  WIGUNA
9.    ALEX  R. NAINGGOLAN
10.  ANTON SULISTYO
11.  ARIEF HIDAYAT
12.  ARIEF SETIAWAN TEGA
13.  ARINDA RISA KAMAL
14.  ARIEYOKO
15.  ARTHER PANTHER OLII
16.  ASPAR  PATURUSI
17.  ASEP SAIFUL ANWAR
18.  AYID  SUYITNO PS
19.  BADRUDDIN SA.
20.  BAGUS BURHAM
21.  BAMBANG WIDIATMOKO
22.  BENI SETIA
23.  BETTA  A. SETIANI
24.  BOY REZA UTAMA
25.  BUDHI SETYAWAN
26.  CUNONG NUNUK SURAJA
27.  DALASARI PERA
28.  DARU MAHELDASWARA
29.  DEDET SETIADI
30.  DG KUMARSANA
31.  DHARMADI
32.  DIAN RUSDIANA
33.  DIMAS ARIKA MIHARDJA
34.  DIMAS INDIANA SENJA
35.  DWI RAHARIYOSO
36.  EDDY PRANATA PNP
37.  EKA BUDIANTA
38.  EKOHM ABIYASA
39.  ELIS TATING BARDIAH
40.  ELLY ANDROMEDA
41.  ENDANG SUPRIYADI
42.  ENDANG WERDININGSIH
43.  ERNI ALADJAI
44.  ERSA SASMITA
45.  ESTI  ISMAWATI
46.  EWITH BAHAR
47.  FAKHRUNNAS MA  JABBAR
48.  FARRA YANUAR
49.  FIRDA RASTRA
50.  FITRAH  ANUGERAH
51.  FRIEDA AMRAN
52.  GALEH PRAMUDIANTO
53.  GUNOTO SAPARIE
54.  GUS NOY
55.  HAMZAH   MUHAMMAD
56.  HANDRAWAN NADESUL
57.  HANDRY TM
58.  HANNA YOHANA
59.  HARDHO SAYOKO SPB
60.  HASAN BISRI  BFC
61.  HENDRA SAPUTRA
62.  HENDRO SISWANGGONO
63.  HENI HENDRAYANI
64.  HERMAN SYAHARA
65.  HIDAYAT RAHARJA
66.  HILMAN SUTEDJA
67.  HUSNUL KHULUQI
68.  IBE  S.  PALOGAI
69.  IMAM SAFWAN
70.  INTAN PERTIWI
71.  IRAWAN MASSIE
72.  ISBEDY STIAWAN  ZS
73.  JANE ARDANESHWARI
74.  JOSHUA IGHO
75.  JULIA  F. GERHANI
76.  KHOER  JURZANI
77.  KIKI SULISTYO
78.  KINANTHI  ANGGRAENI
79.  KURNIA EFFENDI
80.  KURNIAWAN JUNAEDHIE
81.  LAILATUL KIPTIYAH
82.  LASINTA ARI NENDRA
83.  LATIEF S. NUGRAHA
84.  LINA KELANA
85.  LINTANG ISMAYA
86.  LY. JAMILAH
87.  M. ENTHIEH MUDAKIR
88.  M. RIAN AF
89.  MAHBUB JUNAEDI
90.  MARIATI ATKAH
91.  MARINA NOVIANTI
92.  MATRONI MUSERANG
93.  MOH. MIR’OJ  ADHIKA RS
94.  MOHAMAD CHANDRA IRFAN
95.  MUCHLIS DARMA PUTRA
96.  MUH. ALI SARBINI
97.  MUHAMAD BAIHAQI
98.  MUHAMMAD ASQALANI ENESTE
99.  MUHAMMAD TAUFAN
100. NERO TAOPIK ABDILLAH
101. NI  MADEPURNAMASARI
102. NIA SAMSIHONO
103. NONA G. MUCHTAR
104. NOVY  NOORHAYATI
105. NYOMAN  SUKAYASUKAWATI
106. OEKUSI ARIFINSISWANTO
107. ONS UNTORO
108. POETRY ANN
109. PRADITA NURMALIA
110. PRIJONO TJIPTOHERIJANTO
111. PRINGADI ADI SURYA
112. R. YULIA
113. RAHADI ZAKARIA
114. RAHMAT ALI
115. RAMA FIRDAUS
116. RAMA PRABU
117. RATNA AYU BUDHIARTI
118. REDDY SUZAYZT
119. RIAN IBAYANA
120. RIEKA ISTIANINGRUM
121. RIKI UTOMI
122. RINI FEBRIANI
123. RISMUDJI RAHARDJO
124. RITA OETORO
125. ROMLI BURHANI
126. SELENDANG MAYANG
127. SERUNI TRI PADMINI
128. SETIYO BARDONO
129. SHINTA MIRANDA
130. SLAMET RIYADI SABRAWI
131. SOFYAN RH ZAID
132. SONI FARID MAULANA
133. SONNY  H. SAYANGBATI
134. SRI WINTALA ACHMAD
135. STEBBY JULIONATAN
136. SUSY ANING SETYAWATI(SUS S. HARDJONO)
137. SUTIRMAN EKA ARDHANA
138. SYARIFUDDIN ARIFIN
139. SYIHABUL  FURQON
140. TAWAKAL  M.IQBAL
141. THOMAS HARYANTOSOEKIRAN
142. TJAK  S.  PARLAN
143. UDIN  SAPE BIMA
144. UJIANTO SADEWA
145. UKI BAYU SEDJATI
146. VANERA  EL ARJ
147. WAWAN KURNIAWAN
148. WILLY FAHMI AGISKA
149. WINDU MANDELA
150. YADI RIYADI
151. YANIE WURYANDARI
152. YOGIRA YOGASWARA
153. YVONNE  DE FRETES

Sumber/referensi:
Facebook Penerbit Kosakatakita tahap awal
Facebook Penerbit Kosakatakita tahap final 
http://darinegeripoci.wordpress.com/para-penyair 

Acara launching:

ACARA TEMU PENYAIR DARI NEGERI POCI 5 SE INDONESIA 20-22 JUNI 2014

Diumumkan kepada teman2 penyair antologi NEGERI LANGIT: DARI NEGERI POCI 5, bahwa acara peluncuran buku akan diadakan pada:

Hari/ Tanggal   : Jumat tanggal: 20 Juni sd. Minggu  22 Juni 2014.
Acara              : Temu penyair para penyair DARI NEGERI POCI
Tempat           : Gedung Wanita, Dewan Kesenian Tegal, Jl. Setiabudi, Tegal.
Penyelenggara : Dewan Kesenian Tegal, Rumah Sastra Tegal dan Komunitas Radja Ketjil Jakarta


Sehubungan dengan itu, disampaikan beberapa hal penting berikut:

1. Para penyair dari luar kota/ luar pulau yang ingin hadir dalam acara ini, mhn dgn hormat agar menghubungi melalui SMS: Sdr. Adri Darmadji Woko (Jakarta) dengan nmr HP: 0856-177-6210 dan/ atau  Sdr. Joshua Igho (Tegal) dengan nmr HP  0877-300-76863, paling lambat sebelum tanggal 20 Juni. SMS dlm format:  Nama Penyair, Asal Kota, Perkiraan Sampai Tegal.
2. Bagi penyair yang telah melapor, panitia menyediakan akomodasi memadai di Hotel Aleksander, Jalan Jendral Sudirman No 30, Tegal
3. Mohon maaf, fasilitas akomodasi tidak berlaku bagi keluarga/ partner/ teman dari penyair yang ditanggung. Bagi keluarga/partner/ teman akan dikenakan tarip dengan harga diskon.
4. Fasilitas ini juga tidak berlaku bagi penyair yang tinggal di kota Tegal dsktrnya.
5. Lain2:
- Chek in di Hotel Aleksander,  mulai Jumat 20 Juni pukul 14.00 dan check out padaMinggu 22 Juni 2014 pukul 12.00 WIB


Ketua Panitia:
M. Enthieh Mudakir

Sekretaris:
Dyanindra Srikumara (Nindra)

Sumber: Facebook Penerbit Kosakatakita
dan http://darinegeripoci.wordpress.com/2014/05/28/temu-penyair-dari-negeri-poci-negeri-langit

Link-link:
http://www.teraslampung.com/2014/05/temu-penyair-dari-negeri-poci-dihelat.html
Selengkapnya: 153 Nama Penyair yang Karyanya Akan Dimuat dalam Buku DARI NEGERI POCI 5

Jenis-jenis Pekerjaan di Industri Penerbitan Buku

Monday, 12 May 2014


Buat kamu yang suka baca (dan juga nulis), bekerja di sebuah industri penerbitan pasti akan terasa sangat menyenangkan. Karena kita akan melakukan berbagai pekerjaan yang sesuai dengan minat. 

Nah, jika sekarang kamu menginginkan bisa bergabung ke dalam tim di sebuah penerbitan, tentunya hal pertama yang harus kamu ketahui adalah jenis-jenis pekerjaan apa saja yang tersedia di sana. Yuk, sekarang kita bahas berbagai jenis pekerjaan yang ada dalam industri penerbitan.
Sebenarnya, penerbitan sama halnya dengan industri lain. Selain direktur atau pimpinan perusahaan yang bertugas mengatur laju perusahaan dan departemen di bawahnya, bagian-bagian yang idealnya ada dalam sebuah industri (penerbitan dan industri lain) adalah formasi untuk:

1.   Sekretaris
Tugas sekretaris di penerbitan relatif sama dengan sekretaris di industri pada umumnya: mengurus surat masuk dan keluar, melakukan kegiatan administratif, membuat catatan meeting redaksi, dan seterusnya. Yang membedakan dengan industri lain adalah tugasnya mengurus surat kerja sama penerbitan buku antara penulis dengan penerbit. Terkadang, di beberapa penerbit, sekretaris juga bertugas mengarsip naskah-naskah masuk, baik yang dikirim melalui email maupun printed out. Namun, di penerbitan yang lain tugas ini menjadi tanggung jawab editor akuisisi. Sekretaris bertanggung jawab secara langsung kepada pimpinan perusahaan.

2.   Keuangan
Tugasnya sama dengan bagian keuangan pada umumnya; mengatur arus kas, membuat laporan penjualan, mengatur gaji karyawan, dan seterusnya. Tentu saja yang membedakan dengan industri lain adalah tugasnya menghitung dan membayar royalti penulis.

3.   Personalia
Bagian ini juga relatif sama dengan industri lain: mengurus karyawan, dari mulai absensi, hak cuti, memberikan surat peringatan, dan seterusnya.

4.   Pemasaran (Marketing)
Sama halnya dengan marketing di industri lain, tugas marketing adalah memasarkan barang (dalam hal ini buku) agar lebih banyak diketahui orang, kemudian dibeli.  Di sebuah penerbitan, marketing biasanya juga punya “suara” apakah sebuah buku layak terbit atau tidak disesuaikan dengan selera pasar ataupun target marketnya. Dalam hal ini, editor akuisisi biasanya akan presentasi tentang sebuah naskah yang menurutnya layak terbit di depan bagian lain, termasuk bagian marketing.  Di zaman serba digital seperti ini, tentunya tugas marketing semakin beragam, misalnya: membuat rencana promo buku di sosial media, merencanakan program-program yang dijalankan online, dan lain-lain.

5.   Produksi
Bagian produksi biasanya dipimpin oleh seorang yang disebut kepala produksi, dia bertanggung jawab penuh pada jadwal cetak buku serta hasil cetakannya (apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum). Kepala produksi akan menjadi quality control atas hasil cetakan buku-buku penerbitannya. Bagian produksi juga biasanya jadi satu dengan artistik yang bertugas membuat cover dan atau me-layout naskah. Jika penerbitan tersebut punya mesin cetak sendiri, kepala produksi biasanya juga bertugas memimpin pegawai-pegawai di percetakan.

6. Distribusi
Bagian ini bertugas mendistribusikan buku-buku yang sudah selesai dicetak. Dia akan berhubungan dengan toko-toko buku konvensional dan juga toko buku online. Dia juga bertugas memastikan bahwa stok buku di gudang penerbit cukup aman sehingga tidak kehabisan stok jika ada toko yang melakukan repeat order. Jika stok buku sudah mulai sedikit, dia harus melaporkan kepada kepala produksi agar dipertimbangkan untuk segera cetak ulang. Sebaliknya, jika buku di gudang terlalu banyak, dia akan berdiskusi dengan bagian marketing untuk membuat event-event tertentu agar stok buku cepat berkurang.

Yup, itulah enam bagian di industri buku yang tugas dan fungsinya hampir sama dengan industri lainnya. Dalam sebuah penerbit yang sudah besar, keenam bagian tersebut punya sub-bagian lagi, misalnya Kepala Bagian Keuangan yang membawahi: penjualan, pembelian, accounting, dan lain-lain. Ataupun Manajer Marketing yang membawahi: promosi, sales, digital marketer, dan lain-lain. Ada juga penerbit yang menambahkan bagian artistik menjadi sebuah departemen sendiri. Namun, di beberapa penerbit bagian artistik juga terkadang masuk dalam bagian redaksional.

Nah, masih ada satu bagian yang paling membedakan dengan industri lain, yaitu: REDAKSI. Bagi penerbitan yang sudah berskala besar, redaksi akan di bagi menjadi dua, yaitu: redaksi fiksi dan redaksi nonfiksi. Masing-masing dipimpin oleh seorang yang disebut kepala redaksi fiksi dan kepala redaksi nonfiksi. Tugas para kepala ini adalah mengatur dan memastikan bahwa semua pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan, bertindak sebagai penghubung antara editor dengan bagian-bagian lain di perusahaan, dan seterusnya.

Kepala redaksi membawahi berbagai macam editor dengan tugas yang berbeda-beda. Sebelum kita masuk tentang macam-macam jenis editor, mari kita flash back terlebih dahulu tentang dunia penyuntingan atau dunia editing ini.

Editor ada dalam dunia penerbitan buku di Indonesia sudah ada sejak 1890. Waktu itu, pekerjaan penyuntingan ini tidak dilakukan oleh pribumi, tapi oleh orang Belanda dan Tionghoa. Pendidikan editing di Indonesia sendiri baru ada sampai setingkat D3, bermula tahun 1980-an di Universitas Padjadjaran Bandung dengan program studi “Editing” serta program studi “Penerbitan” di Politeknik Negeri Jakarta.

Tidaklah mengherankan kalau editor-editor sekarang banyak yang belajar secara outodidak karena memang belum pupulernya program studi editing ini. Sepengetahuan saya, belum ada tingat S1 untuk jurusan penyuntingan/editing (cmiiw). Pada perkembangannya, pekerjaan editor banyak didominasi lulusan sastra karena dianggap paling “dekat” dengan program studi editing. Tentu saja, selain karena program studi editing biasanya masuk dalam Fakultas Sastra, juga karena di jurusan sastra (terutama sastra Indonesia) juga ada mata kuliah yang mempelajari tata bahasa, kesusastraan, dan lain-lain.

Namun, seiring berkembangnya zaman, dunia editing tidak melulu dihuni oleh lulusan sastra. Hal ini bukanlah sebuah kemunduran atau sebaliknya, menurut saya hal ini wajar-wajar saja, karena pada dasarnya kaidah kebahasaan, EYD, dan tata bahasa bisa dipelajari. Yang lebih dibutuhkan di dunia editor menurut saya adalah pengetahuan yang luas dan juga kepekaan terhadap bahasa.  Setuju? :)


Berikut  adalah jenis-jenis pekerjaan di bagian redaksi sebuah penerbitan:

1.   Pimpinan Redaksi (Editor in Chief)
Bertugas mengelola bagian editorial: merancang tema buku yang akan diterbitkan, membuat dan memastikan skedul penerbitan buku sesuai jadwal, memberi keputusan berkaitan dengan editorial, dan mengatur bagian-bagian di bawahnya.

2.   Redaktur Pelaksana (Managing Editor)
Managing Editor merupakan wakil dari editor in chief, bertugas memastikan bahwa semua rencana yang berkaitan dengan bagian redaksi bisa terlaksanan sesuai yang direncanakan.

3.   Senior Editor
Senior editor atau biasa disebut dengan “editor” saja, bertugas melakukan penyuntingan substantif terhadap sebuah naskah yang siap terbit. Editor juga bertugas memberi saran atas perwajahan (cover) buku yang diedit. Selain itu, dia juga biasanya membuat sinopsis buku yang akan diletakkan di back cover. Bersama editor akusisi, editor juga bertugas mencari naskah untuk diterbitkan. Editor merupakan jembatan yang menghubungkan penulis, penerbit dan pembaca. Dia harus membuat karya penulis lebih bagus, pembaca puas, dan penerbit untung. :) 

4.   Editor Akuisisi (Acquisition editor)
Editor akusisi bertugas menyeleksi naskah-naskah masuk dan memberi keputusan apakah naskah tersebut layak terbit atau tidak. Editor akuisisi akan banyak berhubungan dengan penulis, karena dia adalah “orang pertama” yang disapa penulis ketika mengirimkan naskah. Editor akuisisi juga bertanggung jawab terhadap stok naskah siap terbit, jadi jika stok naskah semakin sedikit, dia juga bertanggung jwab untuk mencari naskah.   

5.   Pemeriksa Aksara (Copy Editor)
Copy editor biasa disebut dengan proof reader ataupun sering disebut dengan pemeriksa aksara. Copy editor bertugas melakukan tugas teknis pengeditan berupa perbaikan dan pemeriksaan naskah sesuai kaidah yang berlaku. Pekerjaan copy editor meliputi: memeriksa kesalahan penulisan (tanda baca, ejaan, dsb), memeriksa konsistensi dalam penulisan, memeriksa apakah semua bagian dalam buku yang diedit sudah sesuai dengan fakta terbaru atau belum (untuk buku nonfiksi), dan seterusnya. 

6.   Right Editor
Right editor bertugas mengurus hal-hal yang berkaitan dengan hak cipta, International Standard Book Number (ISBN), Katalog Dalam Terbitan (KDT), dan hal-hal yang berkaitan dengan hukum lainnya, seperti misalnya berhungan dengan penerbit utama ketika penerbitannya akan menerjemahkan buku luar.

7.   Picture Editor
Editor ini bertugas melakukan urusan visual grafik dalam sebuah buku yang akan diterbitkan, meliputi: lukisan, tabel, foto, diagram, dll. Dia meneliti apakah ukuran tabel sudah sesuai, desain sudah bagus, setting sudah cocok, sampai memilih kertas agar hasil cetakannya sesuai dengan yang diharapkan.  

Yup, itu dia tujuh posisi yang ada pada bagian redaksi sebuah penerbitan. Posisi tersebut mengacu pada penerbitan-penerbitan yang ada di negara maju yang pembagian tugasnya sudah jelas. Yes, idealnya seperti itu, tentu saja masing-masing penerbit punya alasan tersendiri akan memakai atau menggabungkan bagian editor mana saja, disesuaikan dengan kebutuhannya.

Jadi, kalau kamu memang sudah memiliki niat bekerja di dunia penerbitan, mungkin ada baiknya mulai sekarang kamu mempersiapkan diri. Kira-kira apa yang bisa kamu lakukan agar pekerjaan impian di industri buku bisa kamu raih? Tulisan selanjutnya akan kita bahas tentang syarat-syarat menjadi seorang editor di penerbit serta kode etik penyuntingan buku.

Sumber: http://www.stilettobook.com/index.php?page=artikel&id=82
Selengkapnya: Jenis-jenis Pekerjaan di Industri Penerbitan Buku

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas