Oleh: Ekohm Abiyasa
Suara Ibu
suara ibu
memecah sepi
di kepala
lirihnya memanggil
segera kawin
sementara aku masih berburu
nasib yang tak jelas
Surakarta, Desember 2013
Membaca Jejakmu, Gus
; Gus Dur
membaca jejakmu, Gus
selalu pahit kopi
serupa tamsil
senyum dalam bingkai itu
menjadi cermin mata batin
samudera hidup
segala mungkin
Surakarta, Oktober 2013
Ziarah Gus Dur
setiap denyut
akan abadi
pada ingatan-ingatan
pencari berkah
setiap suara
akan diamini
sebagai tatap muka
di ruang mahabbah
Surakarta, Juli 2013
Kelakar
ia berkelakar
orang-orang gusar
persoalan-persoalan menjalar
menjadi kepyar
ia berkelakar
mengumbar debar
hidup susah, jangan dibuat gempar
ia memang manusia penuh getar
Surakarta, Juli 2013
Misteri Tidur
ia tertidur pulas
pada rapat kenegaraan
sejatinya ia mendengar dan memperhatikan
apa-apa yang dibahas
selanjutnya orang-orang kaget dan terheran-heran
ia lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang mereka sodorkan
ia yang berbaju hijau
memikul mimpi dari alam lain
kemudian ia terkekeh
tanpa beban
seperti salju yang meleleh
misteri itu
semakin menjadi misteri
semakin menjadi teka-teki
ia bawa sampai kehidupan hakiki
Surakarta, Juli 2013
Janji
sebuah janji urung ditepati
merpati lagi-lagi kehilangan
tempat singgah perjalanan
sebuah janji terpatri
dalam lubang jantung kita
masing-masing mengikat diri
tunduk pada rindu dan tabir malam
yang menggoda burung-burung hantu
menyanyikan lagi-lagi rindu
janji itu tidak lagi berkilau
pucat purnama
Surakarta, Desember 2013
Sepanjang Jalan Solo-Yogya
hujan mengalirkan sungai-sungai kenangan
sepanjang jalan Solo-Yogya
kita menyeduh sepi
berbagi ampas dan menyimpannya
di samping jendela
pada sebuah kereta
rel-rel mendengus
kita menanam huruf di atasnya
kelak tunasnya merambat
di baju anak-anak kita
sebagai sepi yang terulang
Surakarta, Oktober 2013
Sumber http://www.wartamadani.com/2014/03/puisi-suara-misteri-tidur-ekohm-abiyasa.html
Suara Ibu
suara ibu
memecah sepi
di kepala
lirihnya memanggil
segera kawin
sementara aku masih berburu
nasib yang tak jelas
Surakarta, Desember 2013
Membaca Jejakmu, Gus
; Gus Dur
membaca jejakmu, Gus
selalu pahit kopi
serupa tamsil
senyum dalam bingkai itu
menjadi cermin mata batin
samudera hidup
segala mungkin
Surakarta, Oktober 2013
Ziarah Gus Dur
setiap denyut
akan abadi
pada ingatan-ingatan
pencari berkah
setiap suara
akan diamini
sebagai tatap muka
di ruang mahabbah
Surakarta, Juli 2013
Kelakar
ia berkelakar
orang-orang gusar
persoalan-persoalan menjalar
menjadi kepyar
ia berkelakar
mengumbar debar
hidup susah, jangan dibuat gempar
ia memang manusia penuh getar
Surakarta, Juli 2013
Misteri Tidur
ia tertidur pulas
pada rapat kenegaraan
sejatinya ia mendengar dan memperhatikan
apa-apa yang dibahas
selanjutnya orang-orang kaget dan terheran-heran
ia lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang mereka sodorkan
ia yang berbaju hijau
memikul mimpi dari alam lain
kemudian ia terkekeh
tanpa beban
seperti salju yang meleleh
misteri itu
semakin menjadi misteri
semakin menjadi teka-teki
ia bawa sampai kehidupan hakiki
Surakarta, Juli 2013
Janji
sebuah janji urung ditepati
merpati lagi-lagi kehilangan
tempat singgah perjalanan
sebuah janji terpatri
dalam lubang jantung kita
masing-masing mengikat diri
tunduk pada rindu dan tabir malam
yang menggoda burung-burung hantu
menyanyikan lagi-lagi rindu
janji itu tidak lagi berkilau
pucat purnama
Surakarta, Desember 2013
Sepanjang Jalan Solo-Yogya
hujan mengalirkan sungai-sungai kenangan
sepanjang jalan Solo-Yogya
kita menyeduh sepi
berbagi ampas dan menyimpannya
di samping jendela
pada sebuah kereta
rel-rel mendengus
kita menanam huruf di atasnya
kelak tunasnya merambat
di baju anak-anak kita
sebagai sepi yang terulang
Surakarta, Oktober 2013
Sumber http://www.wartamadani.com/2014/03/puisi-suara-misteri-tidur-ekohm-abiyasa.html