Tiga Puisiku dalam Antologi bersama 85 Penyair Indonesia "Puisi Menolak Korupsi" (Forum Sastra Surakarta, 18 Mei 2013)

Tuesday, 21 May 2013


Hukum Tak Tegak

katakan padanya apa adanya dan ada apanya
tentang apa yang terjadi

menjungkal akal di kepala
meredam sesal di pembaringan
tak ada yang peduli nanti ketika kau mati

ah, hanya meracuni pikir saja
berlalu tanpa kepedulian
tingkah meningkah kebohongan dan konspirasi
demi menyelamatkan ambisi

hukum tak tegak siapa peduli
setiap bikin hukum baru cepat pula basi
mana yang salah mana yang benar

hukum tak tegak salah siapa
berorasi dan beretorika semakin elegan
terselubung tujuan dengan mengorbankan kawan maupun lawan
bersusah payah melawan lupa, melawan ambisi setan kalian

katakan sajalah padanya apa adanya dan ada apanya
tak usah sembunyikan tingkah polah
bukankah bangkai akan tercium juga?

ah, aku malas melihat wajah kalian para keparat
hanya membodohi kami
hanya membohongi kami
hanya menipu kami

anak cucu menanggung segala akibat

ah, kalian ini bermain pintarnya
do'a kami menjadi laknat

Karanganyar-Solo, 26 April 2008


Dunia yang Lekang

dongeng satu malam tentang diskriminasi moral
anomali kekalahan meniti waktu
persekongkolan dan permainan akal
inti sari agama menu sayur mayur beku

mata melepas kesadaran dengan akal yang bertolak belakang
antara fungsi yang sudah terkontaminasi
terus meresap dan tumbuh di seantero negeri
agama adalah ladang permainan yang tak terkendali

air hujan berjatuhan menghitung kenakalan birokrasi
ilmu kalkulasi dan manajemen uang panas yang rumit untuk dibicarakan rakyat kecil
mengumpulkan pundi-pundi keringat rakyat di kantong tebal dalam kotak besi
-kedangkalan otak dan sejuta ambisi

zaman sudah lekang
urusan dunia sudah menjadi urgent
nafsu dan uang adalah senjata utama
gemuruh petir menyambar kepala
berita korupsi lagi
aku melihat dengan mata kepala: saksi bisu tetapi!

laga panggung negara ini hanyalah sandiwara-sandiwara glamour menyusun rencana
undang-undang, pasal-pasal atau hukum agama sebagai topeng untuk menutupi keserakahan manusia sendiri

"dasar manusia cerdik!"

Karanganyar-Solo, 13 Desember 2005


Cukup Tuan Sandiwara Itu

luka negeri yang kian lebar dan mengkhawatirkan
merobek lagi sayatan pada penderitaan
adakah obat yang terbaik dan mujarab untuk menghentikannya

kami adalah generasi patah tersebab limbungnya moral
sekelumit do'a menyertai kalian

ambisi pribadi dan sekelompok golongan
lupakan segera Tuan
mari Tuan bangun negeri kembali

ini adalah rumah besar peninggalan Ibu Bapak kita Tuan
lupakah Tuan dengan Ibu dan Bapak kita?
lupakah Tuan kemana laju pikiran mereka?

luka negeri yang dalam dan diwariskan
cukup Tuan sandiwara itu

mengambil uang rakyat itu sungguh biadab Tuan
adakah obat yang terbaik dan mujarab untuk menghentikannya

Karanganyar-Solo, 07 Maret 2009

* Daftar para penyair yang puisinya masuk.

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas