Wahyu Susilo, adik Thukul, yang kini menjadi analis kebijakan di Migrant
Care, lembaga advokasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri, berbagi
kenangan mengenai kakaknya kepada Tempo. Kisahnya dimuat dalam majalah Tempo edisi Senin, 13 Mei 2013, Edisi Khusus Teka-teki Wiji Thukul, Tragedi Seorang Penyair. (Baca di sini)
Terkenal sebagai penyair dan aktivis, tak banyak yang tahu Wiji Thukul bukanlah nama yang sebenarnya. Pria yang hilang sesudah rezim Soeharto tumbang ini dilahirkan dengan nama Wiji Widodo. Lantas, darimana nama Wiji Thukul bermula disematkan?
Wahyu mengisahkannya. Lulus dari SMP Negeri 8 Solo, Thukul masuk ke Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Solo, jurusan tari. Menurut Wahyu, tak banyak orang tahu kakaknya itu cukup luwes jika menari. Sampai bersekolah di SMKI itu, Thukul masih aktif di kapel. Suatu ketika, menjelang Natal, anak-anak kapel hendak mementaskan teater bertema kelahiran Kristus. Oleh seorang pemain teater, Thukul diperkenalkan kepada Cempe Lawu Warta, anggota Bengkel Teater yang diasuh penyair W.S. Rendra. Thukul kemudian masuk menjadi anggota Teater Jagat.
Di situlah Lawu kemudian mentabalkan nama Thukul. Nama asli Thukul sesungguhnya adalah Wiji Widodo. Namun, Lawu menghilangkan nama Widodo dan diganti dengan Thukul. Wiji Thukul artinya Biji Tumbuh.
Lawu agaknya mengikuti tradisi di Bengkel Teater. Rendra sering memberi nama parapan kepada anggota bengkel teaternya. Sawung Jabo, misalnya, adalah bukan nama asli. Nama aslinya Mochamad Johansyah. Juga Udin Mandarin, kata Mandarin ditambahkan Rendra. Atau Kodok Ibnu Sukodok, yang nama aslinya Prawoto Mangun Baskoro. Nama Lawu Warta sendiri adalah pemberian Rendra. Adapun Cempe (artinya anak kambing) adalah nama panggilannya di kampung. “Saya sendiri punya nama baptis Katolik, tapi tidak saya pakai,” kata Lawu.
Setelah bernama Wiji Thukul, Thukul sempat menambahkan nama Wijaya di belakangnya menjadi Wiji Thukul Wijaya. Tapi kemudian ia membuangnya karena sering diledek teman-temannya sebagai nama borjuis
Terkenal sebagai penyair dan aktivis, tak banyak yang tahu Wiji Thukul bukanlah nama yang sebenarnya. Pria yang hilang sesudah rezim Soeharto tumbang ini dilahirkan dengan nama Wiji Widodo. Lantas, darimana nama Wiji Thukul bermula disematkan?
Wahyu mengisahkannya. Lulus dari SMP Negeri 8 Solo, Thukul masuk ke Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Solo, jurusan tari. Menurut Wahyu, tak banyak orang tahu kakaknya itu cukup luwes jika menari. Sampai bersekolah di SMKI itu, Thukul masih aktif di kapel. Suatu ketika, menjelang Natal, anak-anak kapel hendak mementaskan teater bertema kelahiran Kristus. Oleh seorang pemain teater, Thukul diperkenalkan kepada Cempe Lawu Warta, anggota Bengkel Teater yang diasuh penyair W.S. Rendra. Thukul kemudian masuk menjadi anggota Teater Jagat.
Di situlah Lawu kemudian mentabalkan nama Thukul. Nama asli Thukul sesungguhnya adalah Wiji Widodo. Namun, Lawu menghilangkan nama Widodo dan diganti dengan Thukul. Wiji Thukul artinya Biji Tumbuh.
Lawu agaknya mengikuti tradisi di Bengkel Teater. Rendra sering memberi nama parapan kepada anggota bengkel teaternya. Sawung Jabo, misalnya, adalah bukan nama asli. Nama aslinya Mochamad Johansyah. Juga Udin Mandarin, kata Mandarin ditambahkan Rendra. Atau Kodok Ibnu Sukodok, yang nama aslinya Prawoto Mangun Baskoro. Nama Lawu Warta sendiri adalah pemberian Rendra. Adapun Cempe (artinya anak kambing) adalah nama panggilannya di kampung. “Saya sendiri punya nama baptis Katolik, tapi tidak saya pakai,” kata Lawu.
Setelah bernama Wiji Thukul, Thukul sempat menambahkan nama Wijaya di belakangnya menjadi Wiji Thukul Wijaya. Tapi kemudian ia membuangnya karena sering diledek teman-temannya sebagai nama borjuis
Sumber http://www.tempo.co/read/news/2013/05/13/078479918/Asal-usul-Nama-Wiji-Thukul
Download Tempo Edisi Khusus Wiji Thukul+Kumpulan Puisi Para Jenderal Marah-Marah.pdf
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)