Minim, Dokumen Historiografi Sastra

Thursday, 3 July 2014

   Bandarlampung, Kompas
  
   Historiografi sastra Indonesia masih minim, sehingga menyulitkan
   peneliti yang terjun langsung untuk membuat peta yang aktual tentang
   kepenyairan Indonesia modern. Sedang tingkat apresiasi masyarakat kita
   terhadap karya sastra (puisi) masih rendah. Hal ini didukung dengan
   pengajaran sastra di sekolah yang terkesan kaku dan siswa dibekali
   teori-teori usang.
  
   Hal itu terungkap dalam diskusi sastra Temu Penyair
   Sumatera-Jawa-Bali, di Taman Budaya Lampung, Sabtu dan Minggu (25/8),
   dengan pembicara sastrawan Korrie Layun Rampan dan guru SMU 3
   Tanjungkarang, Sutjipto. Pembicara lain Agus R Sardjono dan Afrizal
   Malna. Diskusi dihadiri sedikitnya 60 penyair, antara lain Yvonne de
   Fretes, Yusrizal KW, Gus tf, Fakhrunnas MA Jabbar, Dasri al-Mubary, EM
   Yogiswara, T Wijaya, Acep Syahril, dan Isbedy Setiawan ZS.
  
   Peta
   Menurut Korrie, untuk dapat merekonstruksi peta kepenyairan Indonesia
   mutakhir, tidak mungkin hanya meneliti dari sumber-sumber formal
   terbitan Jakarta, terutama - dan ini yang lebih banyak - menyauknya
   (mencedok) dari sumber asli. Sumber-sumber asli ini bersebaran di
   kantung-kantung budaya yang ada di sejumlah kota.
  
   "Kesulitan utama bagi peneliti yang terjun langsung untuk membuat peta
   aktual tentang kepenyairan Indonesia modern adalah pada keterbatasan
   bahan. Bagi pemerhati yang tidak mengikuti pertumbuhan dan
   perkembangan puisi Indonesia secara kontinyu akan tertumbuk pada
   luasnya wilayah kantung budaya dan banyaknya penyair yang muncul di
   situ," ungkapnya.
  
   Korrie menjelaskan, sudah seharusnya muncul lanjutan kritik sastra dan
   penulisan sastra yang komprehensif serta antologi yang memuat
   data-data yang aktual. Namun hingga kini penulisan dan publikasi
   semacam itu tampaknya mengalami banyak kendala karena menyangkut
   berbagai faktor di luar karya sastra itu sendiri.
  
   "Kantung-kantung budaya di daerah dewasa ini lebih menekankan
   penulisan kreatif ketimbang merekam karya-karya kreatif itu dalam
   suatu dokumen historiografi sastra," tandasnya.
  
   Teori usang
   Sementara itu, Sutjipto mengemukakan, rendahnya tingkat apresiasi
   masyarakat terhadap karya sastra dewasa ini karena pengajaran sastra
   di sekolah masih kaku, monoton dan mengajarkan teori-teori yang telah
   usang. Guru yang mengajarkan sastra pun kurang profesional, bahkan
   banyak yang tidak mampu.
  
   "Untuk mengembangkan dan membina daya apresiasi siswa, guru hendaknya
   mengajarkan puisi, bukan tentang (teori) puisi. Puisi adalah karya
   yang digali dari sumber kehidupan. Maka pembelajarannya harus
   dikembalikan kepada realitas kehidupan," katanya.
  
   Menanggapi Sutjipto, sejumlah penyair mengatakan pentingnya disusun
   buku yang memuat dan menjelaskan karya-karya sastra terbaru dan sesuai
   perkembangan zaman, sehingga kemampuan apresiasi sastra siswa tidak
   hanya terbatas pada karya-karya penyair angkatan 45, angkatan 66 dan
   sebagainya.
  
   "Kalau perlu, dalam pengajaran sastra di sekolah, diputar rekaman para
   penyair baca puisi. Atau para penyairnya diundang langsung berdialog
   dengan siswa," tutur Yvonne de Fretes.
  
   Ungkapan moral
   Gubernur Lampung, Poedjono Pranyoto, dalam sambutannya mengatakan,
   para penyair harus mau mebuka diri dalam pergaulan sosial untuk
   memasyarakatkan hasil karyanya. Puisi-puisi yang diciptakan penyair
   adalah bagian dari upaya mencerdaskan dan memajukan bangsa.
  
   "Saya teringat ucapan John F Kennedy, kalau politik itu kotor, maka
   puisilah yang membersihkannya. Ungkapan itu mengandung keluhuran puisi
   sebagai bentuk ungkapan moral," kata Poedjono.
  
   Karena itu, untuk menjaga keluhuran esensi puisi, para penyair
   hendaknya menciptakan karya puisi yang mampu memberi pencerahan bagi
   masalah-masalah yang dihadapi bangsa dan negara, bukan sebaliknya
   justru memperkeruh suasana. (nal)

Sumber: http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/08/26/0040.html

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas