Mungkin aku benar-benar butuh psikolog spesial yang pintar
menyembunyikan permasalahanku atau keluh kesahku. Aku tidak suka terlalu
umbar aib diri. Siapa pula yang suka? Gila kali? Rasanya aku bisa
menangkap perihal-perihal "depan" atau kejadian sebelum terjadi beberapa
saat. Mungkin itu hanya firasatku saja. Benar firasat saja. Ah gila aku
menyombongkan diri. Seringkali memang telingaku berdenging sendiri.
Kutangkap sesuara yang mendekat. Namun pula ada yang luput dari radar
telingaku ini. Suara-suara besar yang orang tahu. Hahah.. Hanya sebagian
kecil saja aku tahu.
Ada kalimat "kosong adalah isi, isi adalah kosong" coba saja engkau praktekkan. Dalam kamar sunyimu, hening tengah malam atau pagi buta benar. Engka tangkap suara sedapatnya. Kemudian rinci lagi suara-suara itu. Suara apakah? Gemericik air kolam/kran, suara kucing mengeong, suara kaki melangkah, suara tikus berdecit, suara setan yang tertawa atau suara turunnya malaikat mencatat aktivitas yang kau lakukan.
Semakin lama tajam juga pendengaranmu.
Mungkin aku benar-benar ingin mengakhiri hidup di alam kasat ini. Sudah pas rasanya aku ingin bertemu dengan Sang Penciptaku. Namun ganjalan masih besar di kepala dan mataku. Terbayang api neraka menyala-nyala begitu hebat. Membakarku!
Seberapa besar amal kebaikanku sampe aku harus mengakhirinya? *jawab sendiri*
Lantas pantaskah orang saling memicingkan mata, atau hanya mata hati mereka saja yang buta?
Hatikupun bisa buta, mengapa mereka tidak?!
Mungkin segalanya memang indah pada waktunya. Semoga kelak, benar-benar aku jumpai Sang Arsitek tubuh manusia dan alam jagat (maya) ini tanpa berlama-lama bercengkerama dengan api neraka. Whatsapp!!
Ada kalimat "kosong adalah isi, isi adalah kosong" coba saja engkau praktekkan. Dalam kamar sunyimu, hening tengah malam atau pagi buta benar. Engka tangkap suara sedapatnya. Kemudian rinci lagi suara-suara itu. Suara apakah? Gemericik air kolam/kran, suara kucing mengeong, suara kaki melangkah, suara tikus berdecit, suara setan yang tertawa atau suara turunnya malaikat mencatat aktivitas yang kau lakukan.
Semakin lama tajam juga pendengaranmu.
Mungkin aku benar-benar ingin mengakhiri hidup di alam kasat ini. Sudah pas rasanya aku ingin bertemu dengan Sang Penciptaku. Namun ganjalan masih besar di kepala dan mataku. Terbayang api neraka menyala-nyala begitu hebat. Membakarku!
Seberapa besar amal kebaikanku sampe aku harus mengakhirinya? *jawab sendiri*
Lantas pantaskah orang saling memicingkan mata, atau hanya mata hati mereka saja yang buta?
Hatikupun bisa buta, mengapa mereka tidak?!
Mungkin segalanya memang indah pada waktunya. Semoga kelak, benar-benar aku jumpai Sang Arsitek tubuh manusia dan alam jagat (maya) ini tanpa berlama-lama bercengkerama dengan api neraka. Whatsapp!!
Aionet Jakal KM 14 Jogja, Selasa dini hari 18 September 2012
0 Komentar:
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)