Seorang sahabat kompasianer, Maya,
berkomentar bahwa mengarang itu ‘olah raga sepuluh jari’. Olah raga
sepuluh jari? Ya. Mungkin maksudnya bahwa menulis itu lebih kepada
pekerjaan tangan (mengetik dengan sepuluh jari), bukan melulu pekerjaan
pikiran. Lebih kepada keterampilan, bukan semata-mata kemampuan
intelektual. Keterampilan menulis bisa diperoleh dengan lebih sering
berlatih, ya, dengan olah raga sepuluh jari tadi. Saya sepakat dengan
Maya.
Berangkat dari komentar sahabat itu, muncul pertanyaan, apa sebetulnya gunanya menulis/mengarang itu? Dengan mengetahui kegunaan/manfaat menulis/mengarang, bisa jadi akan membuat kita kian tertarik dengan aktivitas yang satu ini. Maka, dapat diharapkan kian banyak yang berkiprah dan menekuni pekerjaan menuangkan ide melalui bahasa tulis. Inilah sebagian dari jawaban tentang kegunaan menulis.
Berangkat dari komentar sahabat itu, muncul pertanyaan, apa sebetulnya gunanya menulis/mengarang itu? Dengan mengetahui kegunaan/manfaat menulis/mengarang, bisa jadi akan membuat kita kian tertarik dengan aktivitas yang satu ini. Maka, dapat diharapkan kian banyak yang berkiprah dan menekuni pekerjaan menuangkan ide melalui bahasa tulis. Inilah sebagian dari jawaban tentang kegunaan menulis.
Pertama,
menulis itu menyehatkan. Dengan menulis seseorang bisa mengekspresikan
segala pemikiran, unek-unek, atau ide-idenya ke atas kertas atau ke
komputer. Pemikiran atau perasaan yang tadinya berkelindan di dalam
hati, dapat dilepaskan ke luar melalui sebuah karya tulis. Kalau,
misalnya, unek-unek itu dipendam, mungkin bisa menjadi penyakit.
Mengeluarkan unek-unek yang berkecamuk di dalam hati untuk mengurangi
beban yang ditanggung menjadi penting dan perlu.
Banyak orang stress karena memendam emosi, apakah itu rasa marah,
kecewa, sedih, benci, dan sebagainya. Dengan menuliskannya, berarti
membuangnya ke luar, sehingga kita menjadi bebas dan lebih sehat secara
rohani. Kalau tulisan itu tidak ingin diketahui orang lain, maka dibuang
atau dibakar saja setelah selesai ditulis lengkap. Pada saat membuang
atau membakarnya, anggap diri kita tengah membuang berbagai penyakit
dan kepenatan hati dan pikiran.
Kedua, menulis itu membagikan. Ya, melalui kegiatan tulis-menulis dan
mempublikasikannya, baik melalui internet, seperti di blog sendiri, di
website kompasiana.com atau lainnya, kita sudah membagikan ide-ide yang
berguna bagi orang lain. Gagagasan yang kita pilih untuk di-upload tentu
saja yang diperkirakan akan bermanfaat bagi orang lain atau pembaca.
Pengalaman, pengetahuan, dan ilmu yang kita miliki kita sharing kepada
pembaca. Ini artinya juga kita beramal kepada sesama. Demikian pula
sebaliknya, sahabat lain pun bakal berbagi pengetahuan dan
pengalamannya. Jadi, saling take and give. Indah sekali kalau kita bisa
saling berbagi, bukan? Berbagi adalah salah satu cara untuk mensyukuri
nikmat Tuhan.
Ketiga, menulis itu mencerdaskan. Bayangkan saja, setiap kali menulis,
kita membutuhkan ide atau gagasan untuk dibagikan. Mau tak mau, kita
mesti belajar, bukan? Di samping diambil dari pengalaman sendiri,
ide-ide itu bisa bersumber dari berbagai bacaan yang pernah kita baca
sebelumnya. Akumulasi hasil pembacaan yang dipadukan dengan pengalaman
itu kemudian kita tuangkan ke dalam tulisan. Jadi, dengan menulis dengan
sendirinya kita dituntut untuk senantiasa mengisi pengetahuan dari
berbagai sumber secara berkesinambungan. Untuk itu, kita juga mesti
rajin membaca buku, majalah, koran, berselancar di internet,
mendengarkan siaran berita televisi dan radio, serta mendengarkan CD
yang berguna. Bukankah dengan menambah pengetahuan secara kontinu adalah
juga sebuah usaha mencerdaskan diri? Belum lagi kalau kita kaitkan
kemampuan berpikir analitis, sistematis, dan kritis yang diperoleh dari
aktivitas tulis-menulis. Ini, lagi-lagi, mencerdaskan.
Keempat, menulis itu mewariskan. Kalau kita berhasil menerbitkan buku,
tidak hanya kita yang membacanya, bahkan juga banyak orang. Bukan hanya
dibaca oleh generasi masa kini, bahkan mungkin akan dibaca oleh generasi
sesudah kita. Pemikiran-pemikiran yang berguna dan berharga pada
akhirnya menjadi klasik dan diteruskan secara turun-temurun melalui buku
atau karya tulis lainnya. Kalau kita menulis buku berarti kita telah
terlibat dalam karya besar: mewariskan sesuatu yang berharga bagi
generasi penerus. Sebuah kebanggaan dan prestasi, tentu saja.
Kelima, menulis itu menguatkan. Menguatkan apa? Menguatkan rasa percaya
diri! Mungkin saja salah seorang diantara kita merasa kurang memiliki
rasa percaya diri, sehingga lebih memilih untuk berdiam diri, tidak
bersuara, memilih menjadi orang nomor kesekian, dan selalu merasa tidak
mampu mengerjakan sesuatu. Kalau kita kemudian berhasil mengekspresikan
ide-ide melalui artikel di media cetak seperti koran atau majalah, hal
ini niscaya akan membangkitkan rasa percaya diri. “Oh ternyata saya
bisa, terbukti tulisan saya dimuat di koran,” begitu mungkin ungkapan
hati ketika untuk pertama kalinya artikel kita berhasil menembus koran.
Kepercayaan diri akan muncul secara perlahan-lahan bersamaan dengan
peningkatan kuantitas dan kualitas tulisan yang kita buat dan berhasil
menembus media massa. Pada akhirnya, kita dengan gagah berani bilang
bahwa “dunia tulis-menulis adalah bidang tempat saya menunjukkan jati
diri dan kemampuan diri.”
Keenam, menulis itu mengisi waktu luang. “Menulis itu mengisi waktu
luang secara positif,” ujar Gunawan, sahabat saya di dunia online.
“Daripada bengong atau browsing di internet nggak karuan, lebih baik
menulis. Waktu itu sangat berguna. Yang tidak bisa memanfaatkan waktu
tentulah tergolong orang yang merugi,” tambahnya. Sahabat saya itu
benar, menulis adalah salah satu alternatif kegiatan positif yang
sekaligus untuk mengisi waktu luang.
Ketujuh, menulis itu menghasilkan uang. Benar, ketika artikel kita
berhasil dimuat di media massa cetak, kita berhak atas honorarium
tulisan itu. Honorarium itu, boleh jadi akan semakin menyemangati kita
untuk menulis dan menulis lagi serta mengirimkannya ke berbagai media
yang ada. Semakin banyak artikel yang berhasil menembus media massa,
semakin banyak uang yang bisa kita raup. Tentu menyenangkan kalau kita
mendapatkan tambahan penghasilan setiap bulan dari usaha menulis.
Nah, bagaimana pendapat Anda? Menulis itu …… (apa lagi ya?)
2 Komentar:
makasih ya atas informasinya. ini jadi inspirasi bwt tingkatin lagi kemampuan menulis.
Sama-sama
Makasih kunjungannya :)
Salam
Post a Comment
Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.
Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)