Quote tentang Seni, Seniman dan Dunia Tulis

Saturday, 29 September 2012

/1/ Apakah seni dan seniman ?

Seni adalah ketika aku berjalan di sebuah galeri, lalu aku berhenti sejenak di depan lukisan dan menikmati setiap lekuk warna dan bentuk yang terkanvas.

Seni adalah setiap aku menorehkan apa yang ada di benakku.

Seni adalah memaku diri di depan riuhnya ombak lautan, lalu merasakan tiap deburan ombak yang membawa pasir itu sebuah tarian kosmis, penghubung antara tantra dan kuantum.

Seni adalah menyendiri untuk mengenali diri, lalu ia berkarya untuk memuaskan diri. Ini adalah ritual tertinggi dalam memahami diri; bahkan sekadar memilih buku mana yang akan dibaca pun termasuk seni, karena ia tak melepaskan proses pikir dan menghasilkan. Dan, berpikir tidak selalu menggunakan rasio. Ada hal yang lebih sakti dan merupakan mesin ajaib yang membuat proses pikir menulis dibilang seni. Yaitu kokoro. Kata dalam diri. Jiwa dalam sukma. Akal dalam budi. Ini yang membatasi seni yang kadang tak mau terbatas. 

Seni adalah kesetiaan mencipta tanpa takut gagal dicemooh orang, dan..

Seniman adalah orang yang tak pernah merasa dirinya takut dianggap gila hanya karena ia berbeda norma dengan yang lain.

Seniman adalah orang yang bekerja dengan mendengarkan suara batin dan berkarya berdasarkan keyakinan dan imajinasi.

Seniman adalah orang yang membuahkan karya dan tidak berpikir rumit apakah karyaku ini akan membentuk komunitas atau tidak, memberi sumbangsih atau tidak, karena mereka tahu bahwa diri yang jelas nyata ada itu akan memberikan sumbangsih kepada dunia meski ia diam dan tak melakukan apa-apa.

Jadi, mengapa seniman terlalu repot memikirkan apakah karya seninya itu produktif, diakui, diberi label halal, ataukah menjadi booming? Ia seharusnya lepas dari ini. Kita seharusnya tidak terikat dengan ketakutan-ketakutan semacam ini. 


Menjadi seniman itu menyenangkan. Karena hanya dengan menjadi seniman, gila dianggap normal. Like, home sweet home for me.
- Aida Vyasa dalam Taman Sunyi Sekala hal.124-127

/1.a/ "Saya tidak merasa butuh disukai dan saya pikir bukan itu fungsi seniman. Yang saya pikir paling penting dari posisi seniman adalah apakah saya bisa bicara, bisa membangun komunikasi lewat karya saya, apakah karya saya bisa mengatakan sesuatu yang bisa direspon oleh orang lain dan kemudian saya bisa mendengar respon tersebut."
- Ugoran Prasad. Sumber. Link menarik di sini dan cerpen Ugoran Prasad.

/1.b/ "Tiap-tiap seorang seniman, pertama mesti berdasar watak seorang seniman. Dan seorang seniman mesti pula berani dalam segala–galanya terutama berani memberikan idenya kepada dunia, meskipun tidak mendapat tanggapan baik dari publik sekalipun."  Sumber.
- S. Sudjojono.

/1.c/
“Poetry is the spontaneous overflow of powerful feelings: it takes its origin from emotion recollected in tranquility.”
(Puisi yang baik adalah aliran seketika dari perasaan kuat bertenaga, mengambil sumbernya dari emosi dan diraih kembali dalam keadaan yang setenang-tenangnya.)
- William Wordsworth, Lyrical Ballads. Sumber dan ini.

/1.d/

“Seniman adalah sebuah tanda dari kehidupan yang melepas-bebas.”
- Chairil Anwar, penyair. Sumber.
 

/2.a/ "Teruslah menulis bukan untuk jadi top atau semacamnya tetapi untuk menjadi diri (sendiri)."
/2.b/ "Jika kamu ingin jadi penyair, itu mudah. Semua orang bisa menjadi penyair-penyairan. Tapi disaat kamu sudah bisa menuliskan cinta tanpa ada kata cinta, dan melukiskan rindu tanpa kata rindu. Disitulah kamu telah menjadi seorang penyair."
- Sutardji Calzoum Bachri

/3/ "Menulislah, karena menulis itu meninggalkan jejak"  
- I Ketut Suweca

/4/ "Dalam hal berkarya, yang terpenting adalah berusaha untuk menghasilkan sebuah karya yang terbaik yang kita bisa, bukan berharap karya yang sempurna. Karya yang terbaik adalah karya yang dikerjakan secara total dengan sumber daya yang ada. Walau hasilnya jauh dari sempurna, tak mengapa. Yang penting, sudah dikerjakan sebaik mungkin, tidak setengah-setengah atau sekadar membuat. Seyogianya itulah prinsip yang kita pegang dalam menulis, bahkan dalam mengerjakan tugas apapun dalam kehidupan ini.." Lanjut membaca.

/5/ “Karya-karya tulis akan kekal sepanjang masa. Sementara penulisnya hancur terkubur di bawah tanah.”
- Ali Mustafa Yaqub

/6/ Quote dari buku di Serapium Kaskus

/7/ Daniel Defoe Quotes (1660-1731)

/8/ "Kau tahu, puisi tidak selalu harus berirama.. Mereka hanya harus kreatif.."
- Moonrise Kingdom 2012, 43:00

/9/ "Menulislah, apapun itu. Jangan Pernah takut tulisanmu tak dibaca orang. Yang penting tulis, tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna."
- Pramoedya Ananta Toer

/10/ "Saat menulis, saya selalu berpura-pura seolah saya sedang duduk berhadapan dengan seseorang sambil bercerita. Dan saya tidak mau orang itu bangkit dari duduknya sampai cerita saya selesai."
- James Patterson

/11/ "Penulis amatir selalu duduk sambil menunggu inspirasi, sementara kami --para penulis profesional-- selalu menulis apapun kondisinya."
- Stephen King

/11.a/ "Ketika ditanya, "Bagaimana caramu menulis?" saya selalu menjawab "Kata per kata" 
- Stephen King

/11.b/ "Penulis harus adil dan ingat bahwa orang jahat (sebagian besar) selalu menganggap diri mereka sebagai orang baik -- mereka adalah pahlawan dalam cerita kehidupan mereka sendiri. Berikan karakter antagonismu kesempatan yang adil untuk menciptakan bayang-bayang keraguan -- karena bayang-bayang itu juga bagian dari hidup."
- Stephen King

/12/ "Jangan ceritakan pada saya bahwa bulan sedang bersinar; tapi tunjukkan kilau cahaya bulan di atas pecahan gelas kaca." 
- Anton Chekhov

/12.a/ "Pastikan agar Anda tidak mendiskusikan pemikiran protagonis dalam cerita Anda. Tapi tunjukkan lewat perbuatannya."  
- Anton Chekhov

/13/ "Semua rahasia dalam diri seorang penulis, setiap pengalaman yang telah ia lalui, dan semua kualitas pemikirannya tertulis jelas dalam setiap karyanya." 
- Virginia Woolf

/14/ "Hidup bukan soal mencari jati diri; tapi menciptakan jati diri." 
- George Bernard Shaw

/15/ "Tulis sesuatu yang layak dibaca, atau lakukan sesuatu yang layak ditulis." 
- Benjamin Franklin

/15.a/ "Jika engkau tidak ingin dilupakan segera setelah berkalang tanah nantinya, tulislah sesuatu yang layak dibaca, atau lakukan sesuatu yang layak ditulis." 
- Benjamin Franklin. Sumber blog JPIN

/16/ "Jangan dibengkokkan, jangan diperhalus; jangan membuatnya jadi logis; jangan mengedit jiwamu sendiri sesuai dengan selera pasar. Ikutilah obsesi terbesarmu seolah tanpa batas." 
- Franz Kafka

/17/ "Semua hal dalam kehidupan bisa dijadikan bahan tulisan jika Anda punya keberanian untuk melakukannya; serta imajinasi untuk memperbaikinya. Musuh terbesar kreativitas adalah keraguan terhadap diri sendiri." 
- Sylvia Plath

/18/ "Merencanakan waktu untuk menulis TIDAK AKAN menyelesaikan tulisan. Membangun kerangka, melakukan riset, membicarakan tulisan kepada orang lain, TIDAK SAMA dengan menulis. Menulis ya Menulis." 
- E.L Doctorow

/19/ "Menulislah. Lalu revisi tulisan itu. Saat kau tidak menulis atau merevisi tulisan, baca. Tidak ada jalan pintas untuk jadi penulis." 
- Larry L. King

/20/ "Menulis novel adalah pengalaman yang buruk, di mana tak jarang rambut pun ikut merontok dan gigi membusuk. Saya selalu sebal terhadap orang yang menganggap menulis fiksi itu sama saja seperti kabur dari realita. Fiksi, bagi para penulis, adalah aksi menceburkan diri ke dalam realita; dan dan hal ini tak urung memicu reaksi syok pada sistem tubuh." 
- Flannery O'Connor

/21/ "Satu hal yang kau miliki yang tidak dimiliki orang lain adalah dirimu sendiri. Suaramu, pikiranmu, ceritamu, visimu. Maka menulislah, menggambarlah, bangunlah sesuatu, lantas bermainlah, menarilah dan hiduplah sebagaimana yang kau bisa." 
- Neil Gaiman

Quote 10-21 diambil dari Fiksi Lotus

/22/ "Jika Anda ingin meraih level kebahagiaan, maka atasi ego Anda. Buatlah sebuah keputusan berani, untuk melepas perasaan:
1. Ingin selalu menguasai
2. Ingin selalu disetujui
3. Ingin selalu dipuji

Karena di tiga area itulah egoisme kerap beraksi." 

- Deepak Chopra, penulis dari India

/23/ “Segala yang kau pikirkan percuma, apabila tak kau tuliskan!” 
- Umbu Landu Paranggi. Sumber

/24/ "...pekerjaan penyair bukanlah sekedar mengkomunikasikan perasaan dan pengalaman, tetapi mengolah pengalaman dan perasaan tersebut melalui proses penyaringan psikologis yang kita kenal sebagai sublimasi, sehingga sebatang tangkai kering di pinggir semak berubah menjadi hiasaan meja yang unik di sebuah gedung tinggi. Penyair bukan saja menerjemahkan pengalamannya ke dalam bahasa, tetapi menjadikan bahasa sebagai medium untuk menerjemahkan perasaannya menjadi suatu wujud artistik, yang kita kenal sebagai keindahan yang menjelma melalui mediasi bahasa."
- Kata Pengantar Ignas Kleden dalam buku "Dalam Rimba Bayang-bayang" karya Mochtar Pabottingi. Terbitan Penerbit Buku Kompas, Januari 2003. Hal. xviii

/25/ "Barbara Rose mengungkapkan, bahwa Seniman dan masyarakat ibarat orang tua dan anak. Orang tua yang mengikat seniman dengan aturan yang suda baku dan seniman ibarat anak yang bosan dengan kekolotan. Maka terjadilah dealektika." Sumber

/26/ “….Secara hakiki, yang membedakan karya sastra dengan karya-karya non sastra adalah adanya dominasi imajinasi. Dalam karya sastra, dominasi imajinasi sangat penting. Oleh karena itu, dalam karya sastra semua fakta apapun, cenderung diperlakukan sebagai fiksi. Fakta dalam karya sastra adalah fiksi. Itu pula sebabnya, penilaian terhadap karya sastra tidak berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi berkaitan dengan kesanggupannya menyajikan keindahan estetik….” Sumber.
- Maman S. Mahayana

-pengeditan cepat-
Selengkapnya: Quote tentang Seni, Seniman dan Dunia Tulis

Jogja, Benar Engkau - Antologi Puisi Bersama (Antologi puisi bersama 72 penyair: Satu Kata: Istimewa, Ombak Yogyakarta, 01 September 2012)

Wednesday, 5 September 2012

puasa kali ini adalah memungut sisa-sisa hening di jalan kaliurang
perjalanan sunyi istimewa di kota penuh fenomena
kulayarkan mata pada ujung silau matahari terbit
segumpal rindu dan cinta mengembang
biarkan kakiku meninggalkan jejak di antara belantara
menautkan sendiri kepingan manis dan pahit

benar, rinduku sekaram malam yang enggan berlari jauh
betah berdiskusi dengan angin dan dingin sejarah tua
sebuah kota dari perjalanan panjang negeri ini

benar, rinduku memantik sendiri dikeramaian yang riuh
betapa tunas sisa-sisa napas yang ada
berdiam dan merunut sejarah-sejarah prasasti abadi

engkaukah itu?
kota yang memanggilku berpaling sejenak dari hiruk dunia
kota yang berhasil memikatku dengan banyak seniman jalanan
kota yang membuatku bebas berekspresi

engkaukah itu?
kota yang memanggil naluriku menjerengkan kata-kata
kota yang berhasil memukauku dengan sederet bangunan dan jajanan
kota yang membuat air mataku mengalir ketika ku harus pergi

jogja, benar engkau
ketika rasa haus dan penasaranku tuntas di sini
jogja, benar engkau
ketika hatiku semakin terpatri menyandingkan katakata di malam sunyi
jogja, benar engkau
istimewa di hati dan sanubari

selamat malam jogja
pelabuhan kecil dalam dunia sunyiku

Jakal KM 8 Jogja, 30 Juli 2012

*) Ekohm Abiyasa

Masuk Antologinya,
from here
Satu Kata: Istimewa
Etape pertama mendekati babak akhir, tapi imajinasi & kreatifitas kita sesungguhnya sedang menapaki jalan sejarahnya. Mari bersaksi dengan cara kita tentang Yogyakarta. PUISI. Semoga bermakna bagi para penyair, PKKH UGM & tetap istimewa bagi Yogyakarta. Mohon maaf bila belum bisa memberikan langsung undangan ini. Kami tunggu kehadiran & kesaksian bersejarah Anda. Salam budaya!

@ 1 Sept 2012 (08.30-12.00)
Diskusi "Meneguhkan Kembali Peran Yogyakarta sebagai Ibukota Penyair"
Sepatah Kata:
1. Direktur PKKH UGM
2. Ketua Dewan Kebudayaan DIY
3. Wakil Bupati Sleman
Pembicara:
1. KRT. Jatiningrat (Kraton Yogyakarta)
2. Prof. Dr. Djoko Suryo (Sejarawan UGM)
3. Prof. Dr. Faruk HT (Budayawan FIB UGM)
Moderator:
Dr. Aprinus Salam, M. Hum

@ 1 Sept 2012 (19.30-23.00)
Orasi Budaya R. Ay. Sitoresmi Prabuningrat "Penyair Menatap Yogyakarta". Dilanjutkan Baca Puisi 72 Penyair "Satu Kata: Istimewa":

Link here
Satu Kata: Istimewa
Malam ini lama kami tunggu. Bukan kami yg merancang momentum, tapi Dia, pembuat skenario terhebat. Apapun, ini tetap sebuah kerja budaya yang--maaf dalam pandangan kami--istimewa. Maka, bila aral tak melintang, ikuti acara berikut ini:
1. Pembukaan: MC Indah Suryaningtyas
2. Pembacaan Maklumat 5 September 1945
3. Sepatah Kata Kurator: Wahjudi Djaja
4. Geguritan Keistimewaan: R Bambang Nursinggih
5. Orasi Budaya: R. Ay. Hj. Sitoresmi Prabuningrat
6. Baca Puisi 72 Penyair "Satu Kata: Istimewa"
7. Penutup
Semoga kehadiran anda & kesaksian para penyair dalam bentuk puisi menjadi pembuka kerja budaya berikutnya.

Salam budaya.


Link here
Orasi Budaya Bunda Sitoresmi Prabuningrat:
Di PKKH UGM pd launching antologi 'Satu Kata: Istimewa' Sabtu 1 Sept 2012, Bunda Sitoresmi membawakan orasi dalam bentuk puisi. Bagi sanak kadang yang belum mendengar atau membacanya--sambil menyongsong 5 Sept esok--ini saya kutipkan:

MASIH INGATKAH ENGKAU?
Masih Ingatkah Engkau saat kita bertemu?
Sudah berapa kali pertanyaan itu kulontarkan
bukan untuk menyangsikan ingatanmu namun sebagai penawar
sakitmu yang acap kambuh
Namun kali ini, pertanyaan kali ini adalah kabar dan doa
bahwa ingatanku masih tetap perawan
dan semoga engkau tidak sering sakit ingatan
Masih Ingatkah Engkau saat ªKű mengenalkan diri?
Saat itu aku hanya menyebut satu kata "Yogyakarta!"
Itulah nama panggilanku
Aku tak tega memberitahu nama lengkapku
Khawatir engkau akan kehabisan nafas
ketika mengejanya
Masih Ingatkah Engkau saat hendak menyematkan Bros
di dadaku ?
Engkau geleng-gelengkan kepalamu hingga setengah lingkaran
Usai melihat asal usul diriku serta caraku merawat tubuhku
Lalu, engkau teriakan :
"Zelbestuurende Landchappen! Daerah Swapraja!"
Engkau sendiri yang lalu menyematkan bros "Istimewa" dalam
namaku Lalu kau katakan,
"Inilah ijab kabul kebangsaan kita.
Teruslah kau rawat dirimu, dengan caramu !
Dan aku tidak patut mencampurimu."

Demikian ikrarmu sembari menyematkan tanda jadi.
Nomor kepegawaian negeri, 010 000 001.
Kepada Ngarsa Dalem, Sri Sultan HB-IX
Masih Ingatkah Engkau saat masoh ingatan dan sakit-sakitan ?
Kurawat engkau selama 1453 hari
Kuselumuti kamu dengan gerilya,
Kuseka demammu dengan 1 Maret
Dan aku pandu nyalimu dengan pagar bambu runcing
Agar nafas hidupku kembali segar
Namun, seiring kedewasaanmu,
engkau mulai berani menjamahku!

Mencoba menggauliku dengan aturan dikatan malu-malu
yang justru terasa memaksa dan menyiksa
Tempo hari, kau katakan jiwaku begitu langsing dan anggun,
Hingga engkau sendiri merasa tak layak menyentuhnya
Namun kini, kelangsingan jiwa yang tetap ku jaga
Engkau coba rebut dengan dalih berbagi
sementara asal usulku kau bumbui
sebagai biang keladi monarki.

*Yogyakarta 1 September 2012


Dan ternyata dibukukan, asiiik..  
Link here.
 Satu Kata: Istimewa
Alhamdulillah. Antologi Puisi "Satu Kata: Istimewa" telah selesai dg ISBN 978-602-7544-55-0. Kami ucapkan terima kasih atas atensi, diskusi & kiriman puisi ttg Yogyakarta, sekaligus mohon maaf kpd sobat yg puisinya belum bisa masuk antologi. Bukan kesengajaan tapi waktu jualah yg menjadi batas. Karena mayoritas tak menyertakan biodata, maka bagian ini kami tiadakan, semoga tak mengurangi makna.

Semoga ini menjadi kado & cendera mata istimewa utk Yogyakarta kita. Kelak kami undang sobat semua dalam diskusi-lauching & pembacaan puisi yg rencananya digelar di Pusat Kebudayaan Kusnadi Hardjasumantri (PKKH)-dulu Purna Budaya--UGM 1 September 2012.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H, mohon maaf lahir batin sbg amal ibadah Ramadhan kita diterima-Nya. amien

Hormat kami,
R. Ay. Sitoresmi Prabuningrat
Wahjudi Djaja

Daftar Isi
Pengantar Penerbit
Pengantar Kurator: R. Ay. Sitoresmi Prabuningrat
Pengantar Antologi: Prof. Dr. Faruk HT

• Agus Fahri Husein ”Sajak Bunga Tanjung”
• Amien Wangsitalaja ”Pacarku Tidak di Yogya”
• Ardi Kurniawan ”Menuju Peradaban Hari Ini”
• Anes Prabu ”Wasiat Ibu Perdikan”
• Anisa Afsal ”Doa Merapi” & ”Catatan Malam”
• Apinus Salam ”Yogyakarta: Musuh yang Setia”
• Arika Dimas ”Lanskap Senja di Kota Tua”
• Arsyad Indradi ”Dalam Kamar 045”
• Badrul Munir Chair ”Mataram”
• Bambang Irawan “Konsisten: jogjaku”
• Boedi Ismanto ”Yogya Istimewa”
• Boen Mada ”Jogja Tanpa Nama”
• Budhi Setyawan ”Sepanjang Nadi Yogyakarta”
• Budhi Wiryawan ”Kota Aksara”
• Catur Stanis ”Kembali Jogja”
• Cunong Nunuk ”Megatruh Jembatan Jalan Jendral Sudirman”
• Daru Maheldaswara ”Yogya Dalam Kalender Peradaban”
• Dedet Setiadi ”Potret Diri”
• DS Priyadi ”Di Bangku Panjang Itu”
• Es Arimba ”Di Relung Yogya”
• Ekohm Abiyasa ”Jogja, Benar Engkau”
• Faruk HT ”Malioboro”
• Fiki Yuandana ”Serambi Seribu Puspa”
• GM Sudarta ”Visit Ngayogjokarto Hadiningrat”
• Hajat Sarwoko, Stt ”Lukisan yang Menjerit”
• Hamdy Salad ”Monumen Yogya”
• Handrawan Nadesul ”Suatu Haru di Desa Petang, Bali”
• Hanggoro WS ”Jogya”
• Haryono Soekiran ”Yogyakarta Hinggap di Jidat Mata”
• Imam Hamidi ”Rasa Rumangsa, Tanggap Sasmita”
• Imtam Rus Ernawati ”Ambarketawang”
• Indrian Koto ”Yogyakarta: Kelahiran Kedua”
• Iqbal H. Saputra ”Tembang Isyarat”
• Johanda Karihadi ”Jogjakarta Kota yang Mengalir”
• Krishna Mihardja ”Malioboro”
• Kun Andian Anindito ”Ngelanggeran”
• Latief S. Nugraha ”Puisi dari Pelosok Yogya”
• M. Daniel Bangu ”Kerinduan”
• Maria Pakpahan ”Pernah Ada”
• Mathori A Elwa ”Jogja Duka Cina”
• Matroni el-Moezany ”Malioboro”
• Muh. Harya Ramdhoni ”Di Bawah Sinar Bulan Malam Ini”
• Moh. Ibrahim Ilyas ”Stasiun”
• Muh. Aswar Senja ”Senja di Yogyakarta”
• Nia Samsihono ”Senja di Sosrowijayan” & ”Stasiun Tugu”
• Ons Untoro ”Kulepaskan Nagariku Untukmu”
• Otto Sukatno ”Menjadi Yogya, Menjadi Indonesia”
• Puntung CM Pudjadi ”Senisono Kala Itu”
• Purwadmadi ”Izinkan Jogja Kurindu”
• Puspito Dewi ”Larungan di Laut Selatan”
• R. Bambang Nursinggih, S. Sn. ”Amanat 5 September”
• R. Toto Sugiharto ”Imogiri”
• Retno Iswandari ”Jogja Para Penyair”
• Riyadi ”Ballada Sungai Urban”
• Rudi Jesus ”Tarung” & ”Hoya Hoya”
• Sashmytha Wulandari ”Kembang Malam”
• Selendang Sulaiman ”Semedi Titik Istimewa”
• Shohifur Ridho Ilahi ”historiografity of vredeburg”
• Sholeh Ug ”Srimpi Sangupati”
• Susilaning Setyowati ”Pengantin Bukit Turgo”
• Sutirman Eka Ardhana ”Kepada Yogya” & ”Malioboro, 2057”
• Syam Chandra Manthiek ”Kuburan Nalar”
• Taberi Lipani ”Yogyakarta”
• Tia Setiadi ”Yogyakarta”
• Tulus Widjanarko ”Relikwi” & ”Malioboro”
• Uki Bayu Sedjati ”Debu di Sajadahku”
• Ulfatin Ch ”Jogja di Akhir 2010 & ”Yang Pergi Dan Kembali”
• Umi Kulsum ” (Selamat Malam Jogja)”
• Wadie Maharief ”Jumat Siang di Masjid Gedhe Kauman Yogya” & ”Kotagede, dan Jalan-jalan Sempit Itu”
• Wahyana Giri MC ”Bong Suwung Kulon Stasiun” & ”Gumuk Pasir Parangtritis”
• Wahjudi Djaja ”Dari Daulat Rakyat ke Daulat Konglomerat: Untuk HB IX & Romo Mangunwijaya”
• Waluyo Dimas ”Dari Balapan ke Tugu”

Link here
 Koran Merapi: Keistimewaan Yogya Menginspirasi Penyair.

Link here
 Koran Kedaulatan Rakyat: UU Keistimewaan Yogyakarta Momentum Penting Bangkitkan Kepenyairan.

Artikel terkait:
http://www.terasyogyakarta.com/meneguhkan-kembali-ibukota-penyair/
http://www.terasyogyakarta.com/72-penyair-yogya-persembahkan-puisi-mutakhir/
http://indonesiaartnews.or.id/eventsdetil.php?id=1601
Selengkapnya: Jogja, Benar Engkau - Antologi Puisi Bersama (Antologi puisi bersama 72 penyair: Satu Kata: Istimewa, Ombak Yogyakarta, 01 September 2012)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas