Kecerdasan Puitik: Apa itu Puitik dan Puisi, Serta Hubungan Ketiganya

Wednesday 12 March 2014

Biar tak ada pengulangan pertanyaan mengenai kecerdasan puitik, apa itu puitik dan puisi, serta hubungan ketiganya:

---------------------------------------
Apakah kecerdasan puitik?
----------------------------------------
Kecerdasan puitik adalah kemampuan menemukan sesuatu, melihat yang tak terlihat, atau menarik hubungan antara hal-hal yang tampak tak berhubungan sekalipun. Di dalamnya terdapat sensitivitas penglihatan untuk detail yang signifikan dan relevan, kepekaan terhadap bahasa verbal maupun visual, dan keahlian naratif maupun figuratif yang memungkinkan bagi penciptaan sesuatu.

----------------------------------------
Apakah kecerdasan puitik berkaitan dengan puisi? Apakah kecerdasan puitik adalah kecerdasan berpuisi?
-----------------------------------------
Ya, kecerdasan puitik berkaitan dengan puisi, kecerdasan berpuisi. Puitik adalah kata sifat bagi puisi atau hal-hal yang berkaitan dengan puisi. Sebagai kata benda, puitik adalah praktik menulis puisi atau komposisi puitik, risalah mengenai sifat, bentuk, dan hukum puisi. Puisi adalah bentuk metafisik, ontik, dari yang puitik.

------------------------------------
Kecerdasan berpuisi? Seberapa pentingkah?
------------------------------------
Tak dipungkiri bahwa puisi bagi kebanyakan orang memiliki reputasi yang buruk, tak lebih dari sekumpulan kata-kata kosong aneh, ungkapan perasaan mendayu-ndayu, atau kalimat-kalimat putus asa penuh tanda seru, yang tak memiliki relevansi apapun dengan kehidupan. Pandangan itu tentu sebuah kesalahpahaman.

“Puisi” berasal dari kata Yunani “poiesis”—“poiein”, yang artinya “menemukan”—“menciptakan”. Sebagai penemuan-penciptaan, puisi pertama-tama tentu soal penghayatan, pertanyaan terhadap realitas dalam maupun luar dan pencarian jawabannya. Hal ini membuat puisi selalu relevan bagi kehidupan, bahkan signifikan, penting.

Jawaban-jawaban atau realitas-realitas baru yang ditemukan dalam proses penghayatan itu tentu belum terbahasakan, sehingga dibutuhkan metafor-metafor yang diciptakan melalui penukaran, pengubahan tanda, atau analogi dari aset bahasa berdasarkan prinsip-prinsip similaritas-dissimilaritas, yang ketepatan dan kebermaknaan merupakan taruhannya, termasuk jika berbicara non-sense verse.

*Metafor adalah kreativitas pertama dalam puisi, untuk mengomunikasikan kebaruan2 itu, masih dibutuhkan penemuan-penciptaan strategi-strategi perepresentasian atau penyampaian dengan mengeksplorasi dan mengeksploitasi daya tarik logos, ethos, dan pathos, dari bentuk, gaya, sampai irama dan rima untuk dapat dipahami, diterima, diingat oleh pembaca, dan pada akhirnya menggerakkan pembaca, mempengaruhi kesadaran dan keputusan tindakan mereka.

Sumber Facebook Nuruddin Asyhadie *tambahan dari status terbaru.

NB: 
Kecerdasan puitik itu penting. Anak umur 4 tahun yang hafal 4 Nursery Verse yang secara komposisional benar, akan memiliki kemampuan memahami dan berpikir 4 kali lipat pada umur 10 tahun dari pada teman-teman seumurannya yang pada umur 4 tahun tidak hafal atau hafal kurang dari jumlah itu atau hafal karya yang buruk. Itu berkaitan dengan perkembangan kesadaran fonologis (phonological awareness) dan penalaran spasial (spatial reasoning). Lebih baik usahakan suatu ekstra kurikuler kecerdasan puitik dan jaga mereka dari tulisan-tulisan buruk, yaitu tulisan yang penuh word salad, argumen-argumen lemah, inkohesif dan inkoheren. Sumber.

Kecerdasan puitik itu berkaitan dengan pembangunan kemampuan melihat yang tak terlihat atau penemuan, pemahaman, menganalisis, dan penciptaaan. Berlatih menulis dan membaca puisi, kalau benar berlatihnya, dapat membangun kemampuan-kemampuan itu. Kemampuan menciptakan metafor adalah tanda kejeniusan (Aristotle), tapi bukan metafor dalam pemahaman Goenawan Muhammad, bukan pasemon. Metafor adalah penyibak realitas, syarat-syarat metafor sama dengan syarat-syarat bagi kebenaran, bukan penjauhan realias seperti pasemonnya GM. Sumber.

Link terkait:
Metaphorming, Merangsang Inovasi dan Kreativitas
http://www.koran-sindo.com/node/351486

Thinking Like a Genius: Using Metaphorming to Describe Ideas
http://prezi.com/d28xfs5pkpww/thinking-like-a-genius-using-metaphorming-to-describe-ideas/

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas