(Puisi) Vertaallab 61 Saut Situmorang – Aku adalah Mayat

Sunday 16 February 2014

Saut Situmorang
yang terapung di sungai
di samping rumahmu
aku adalah laki laki itu yang kemarin
berpapasan denganmu tapi tak kau hirau
aku adalah laki laki itu yang
melompat masuk ke dalam bus kota
sesak dengan anak anak sekolah dan orang orang pergi kerja
aku adalah bau busuk di sungai
yang meresahkan cicak cicak kecil di rumahmu
aku duduk di bangku kayu warung pinggir jalan
dan memesan sepiring nasi, sepotong ikan asin,
dan sambal belacan
aku adalah laki laki itu yang berteduh di bawah
pohon di pinggir jalan waktu turun hujan
dan sebuah mercedes mencipratkan air lumpur
ke baju dan celanaku
aku selalu ingin makan di restauran mewah
dengan seorang perempuan muda yang jelita
menemani di meja
aku adalah mayat membusuk yang terapung
tersangkut bambu di sungai dekat rumahmu
aku adalah laki laki itu yang mendayung becak
penuh air laut dalam mimpiku
aku adalah laki laki itu yang berjalan terburu buru
tiap kali polisi memapasiku
aku adalah sepucuk surat yang ditunggu tunggu
tapi tak pernah muncul di kampungku
aku adalah laki laki itu yang melambaikan tangannya
dan tinggal airmata di pipi ibu tercinta
aku adalah mayat busuk tak berbaju
yang mengapung di sungai pagi itu
aku adalah perempuan muda tak berbaju yang
terapung di sungai di samping rumahmu
aku adalah perempuan itu yang naik bus antar provinsi
ditangisi sawah sawah tak berpadi di kampungku yang jauh
aku adalah perempuan itu yang duduk termangu
di stasiun bus kotamu sore sore mau ke mana tak tahu
aku didekati seorang laki laki yang pandai berkata kata
aku adalah perempuan itu yang cuma punya
sepuluh ribu di saku
aku adalah bau busuk yang mengganggu tidurmu
sepanjang malam itu
aku berdiri di trotoar jalan ditutupi malam
menunggumu
aku tidur sepanjang hari di kampung kumuh
dipagari hotel hotel tinggi bernama asing
aku adalah perempuan itu yang bermimpi
sambil merias diri
aku adalah bus antar provinsi penuh debu
yang tak pernah pulang kembali
kami bertemu di atas truk polisi waktu
bulan purnama gemerlapan di air sungai
aku adalah laki laki itu yang memungut puntung
rokok dari dekat kakimu
aku adalah perempuan itu yang memungut
pecah belah dari tong sampah depan rumahmu
aku adalah laki laki itu yang tersenyum tapi tak kau hirau
aku adalah perempuan itu yang tersenyum tapi tak kau hirau
kami adalah wajah wajah itu yang menatap kosong
waktu rumah tepas kami kau buldozer
kami adalah wajah wajah itu yang tertunduk
di atas truk diangkut seperti sampah busuk
aku adalah laki laki itu yang diusir dari kota
terpisah dari istri tercinta
aku adalah perempuan itu yang diusir dari kota
terpisah dari suami tercinta
aku adalah laki laki itu yang menyusup kembali
ke kota mencari istri tercinta
aku adalah perempuan itu yang menyusup kembali
ke kota mencari suami tercinta
aku adalah laki laki itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu melihat
gedung gedung kota terbakar membara
aku adalah perempuan itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu melihat
gedung gedung kota terbakar membara
aku adalah laki laki itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu…
aku adalah perempuan itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu…
kota terbakar!
kota terbakar!
kami adalah mayat membusuk yang
terapung tanpa baju di sungai
di samping rumahmu
pagi itu!

_____
Saut Situmorang (*29 June 1966, Tebing Tinggi, North Sumatera, Indonesia) was raised in Medan. He spent eleven years (1989-2000) as an immigrant in New Zealand, where he did his BA in English Literature, and MA in Indonesian Literature, and was actively involved in underground poetry readings. For his English-language poetry he received the Original Composition Prize from Victoria University of Wellington, and the Blues Award from the University of Auckland. He returned to Indonesia in 2000. He now lives in the city of Yogyakarta, where he works as a full-time writer. He has published several books of poems, saut kecil bicara dengan tuhan (2003), catatan subversif (2004), otobiografi (2007) and Les mots cette souffrance (Collection du Banian, Paris, 2012), as well as a book of literary essays. His Indonesian-language poems and short stories have been translated into English, Italian, Czech, French, and German.
Situmorang has been a pioneer of internet literature in Indonesia. At present he is editor of the Indonesian underground literary journal boemipoetra. Between 2005-07 he was the literature curator for the Festival Kesenian Yogyakarta (Yogyakarta Arts Festival). In 2012 he was curator for the International Poetry Festival Indonesia What Is Poetry?. He took part in many international literary festivals such as What is Poetry? in South Africa, and Zimbabwe, and Poetry On The Road in Bremen, Germany. Listen to recordings of his poetry readings here.

Thanks to Regina Dyck, Poetry on the Road.

Sumber http://ooteoote.nl/2014/02/vertaallab-61-saut-situmorang-aku-adalah-mayat/

2 Komentar:

el said...

kalau mau beli online buku catatan subversif karya situmorang mungkin anda bisa membantu heheh soalnya di toko-toko buku belum nemu

Unknown said...

Waha, saya tidak punya stoknya, Elsa. Cobalah kontak ke penerbit Indie Book Corner. Tapi kelihatannya habis stok juga. Tapi cobalah.. :D

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas