Kupanggil Namamu dalam Hening Rindu dan Setiaku (Joglosemar, 9 Juni 2013)

Sunday 9 June 2013

Kupanggil Namamu dalam Hening Rindu

kupanggil namamu dalam hening rindu
ketika bara nyala di jurang gelap
dan tanggatangga jatuh menimpa
ada getir yang tumbuh dalam kegelapan itu
tak ada  lentera jiwa

kupanggil namamu dalam sunyi pilu
ketika darah semakin ngalir  meresap
dan jarum-jarum menyuntik daging
serupa kaing anjing yang kesakitan
ngilulah bertetes-tetes empedu racun

lalu kemana sajakah dirimu yang terkasih
kupanggil namamu berulang-ulang
sepertinya engkau enggan datang

lalu kemana sajakah cahaya putih
kupanggil namamu berkali-kali
sekerat dagingku meniadakan takdir diri

kupanggil namamu dalam hening rindu
serupa arca yang membisu
cinta yang harap
hujan melelehkan perjalanan
arca-arca sunyi
semakin batu

lalu kemana sajakah nyanyi nostalgia
kupanggil namamu berkali-kali
halaman-halaman rindu dalam pada kertas-kertas usang
cinta yang debar semakin rajin mengirim doa

Jakal KM 14 Jogja, 01 September 2012


Setiaku

hujan selalu mengingatkanku
akan keberadaan rindu yang bergeletar
memanggil namamu

hujan selalu menakutkanku
akan kenangan yang hilang
membawa arus sejarah tenggelam ke laut biru

hujan selalu mengingatkanku
akan senandung gelisah keberadaanmu memudar
aku kawatir kehilangan kenangan itu

hujan selalu menakutkanku
akan kenangan yang usang
membawa rindu senja pada rona jingga di langit yang tak lagi biru

hujan selalu membawaku
kepingkeping rindu kian usang
namun kakiku setia merunut cintamu

hujan selalu membawaku
selamat datang keping-keping sunyi
bertambahlah kesunyian yang aku miliki

senandung kesetiaan yang usang namun abadi
cintaku

Jakal KM 14 Jogja, 07 Oktober 2012

*) Dimuat Joglosemar, 9 Juni 2013


Wajahmu Menempel Erat di Mataku
: Alm Boedi Ismanto SA (penyair Yogyakarta)

Geliat tubuh pada pertemuan-pertemuan puisi kita
Gurat wajahmu membayang di kepalaku
Begitu erat, sampai-sampai itu adalah wajahku

Perjumpaan-perjumpaan dengan wajah para penyair
Adalah perjalanan wajah menuju perjalanan misteri
Dan kini, wajahmu mengadu pada misteri paling Puisi

Selamat jalan penyair
Wajahmu masih menempel membedaki puisi-puisiku
Wajahmu erat di antara pertemuan-pertemuan penyair
Tersenyumlah di sana, wajah akan ku pahat selalu

Solo, 11 Maret 2013

Sumber: http://edisicetak.joglosemar.co/berita/puisi-puisi-ekohm-abiyasa-141153.html

0 Komentar:

Post a Comment

Bila tertarik ingin berkomentar, memberi kritik maupun saran, silakan ketik komentar Anda di bawah ini.

Salam SABUDI (Sastra Budaya Indonesia)

 
 
 

Postingan Terbaru

Komentar Terbaru

Recent Comments Widget

Trafik

Total Dilihat

 
Kembali ke atas